Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Menteri Sosial Juliari P. Batubara

Ini Pekerjaan Gila, Gendeng Kalau Dikerjain Sendiri

Senin, 20 April 2020 17:59 WIB
Menteri Sosial Juliari P. Batubara. (Foto: Sophan Wahyudi/RM)
Menteri Sosial Juliari P. Batubara. (Foto: Sophan Wahyudi/RM)

RM.id  Rakyat Merdeka - Menteri Sosial, Jualiari P. Batubara termasuk salah satu menteri yang paling sibuk di tengah perang melawan corona. Soalnya, Kementerian Sosial (Kemensos) yang dipimpinnya, menjadi garda terdepan dalam penyaluran beraneka ragam bantuan sosial yang diberikan pemerintah ke rakyat yang terdampak corona.

Bertempat di rumah dinasnya di kawasan Widya Chandra, Jakarta, Mensos bercerita panjang kesibukannya saat ini. Kepada Rakyat Merdeka, politisi PDI Perjuangan ini bicara lugas, tegas, juga ada jenakanya. Berikut petikan wawancaranya:

Pak Menteri bisa dijelaskan Bansos apa saja yang disiapkan Kemensos bagi rakyat yang terdampak corona saat ini?        

Kita bagi dua dulu. Pertama, yang reguler. Mau ada covid atau nggak ada covid, jalan. Kedua, yang karena covid. Yang reguler tuh apa? Di Kemensos, ada program PKH sudah jalan sejak 2007. Kemudian Program Kartu Sembako (PKS), sudah jalan juga. Di babak-babak awal covid ini, Maret lalu, saya lagi duduk di sini (taman dalam rumah dinas), saya berpikir, saya harus amankan dulu nih yang miskin, yang dalam kondisi normal aja miskin, apalagi dalam kondisi tidak normal. Tambah miskin. 

Lalu?         

Saya kemudian ajukan ke Presiden, saya bilang, pak yang reguler naikin dulu pak, kalau disetujui, jumlah penerimanya sama indeksnya. Saya mau amankan ini dulu deh'. Kemudian disetujui, dari 15 juta menjadi 20 juta keluarga. Kemudian Saya koordinasi dengan bu Menkeu (Sri Mulyani).

Apa yang dikoordinasikan?     

Saya bilang, gini bu, kita nggak usah ngomong yang terlalu complicated, kondisi sudah begini, cari yang paling simple saja, kasih pemenuhan kebutuhan pokok mereka. Itu dulu, tok. Yang lain-lainnya belakangan, udah nggak usah mikir. Paling gampang itu, kasih makan, kasih duit. Wong Amerika yang negara maju saja, yang diurusi perut dulu kok. Mereka juga ada BLT. Sama. 

Menkeu setuju?      

Iya. Saya bilang ke bu Menkeu, setelah saya naikin program sembako menjadi 20 juta keluarga, di data yang jadi acuan Kemensos, Data Terpadu Kesejahteraan Sosial atau DTKS, ada 29 juta keluarga yang termiskin. Yang 9 juta ini, selama ini bantuan langsung kan nggak dapat. Memang ada subsidi listrik, BPJS, tapi itu kan sifatnya subsidi. Saya mau kasih uang deh bu, sama yang 9 juta ini.   

Baca juga : Soal Unjuk Rasa dan Pekerja Keguguran, Ini Kata Produsen Es Krim Aice

Saat lapor presiden, apa responnya?      

Nah, ini momennnya pas juga mau Ramadhan. Yang di Jabodetabek ngeri kalau sampai mudik. Saya bilang biarkan saja di sini jadi episentrum. Kita harus tahan mereka supaya nggak mudik. 'Kasih sembako' kata Presiden. Yang di luar Jabodetabek yang terdampak corona juga gimana? Kan nggak mungkin kita kasih sembako juga. Masa satu republik dikasih sembako. Dari mana logistiknya? Nggak mungkin! Saya usulkan, bantuan tunai saja.           

Presiden kan berpikirnya simple, saya suka itu. 'Udahlah sampeyan aja, Rp 600 ribu'. Jadi yang satu bentuk sembako, yang satu bentuk tunai. Saya nggak ngusulkan banyak-banyak. Nyesel juga saya. Tau gitu kasih aja Rp 20 juta sekalian. Hehe. Selesai. Tapi saya berpikir, suatu saat ini kan program ini dipertanyakan. Ini kan anggaran gede.

Dana Kemensos cukup untuk jalankan semua program itu?      

Orang sering bilang Kemensos ini anggarannya besar. Jangan lupa, 95 persen anggaran Kemensos ada di 2 program itu, PKH dan sembako, Rp 59 triliun sekian. Ini nggak bisa diutak-atik, daftar penerimanya sudah ada. Sudah fix. Sisanya, anggaplah Rp 3 triliun itu kan kurangi gaji pegawai bla bla bla. Jadi yang bisa dimainin itu kecil, cuma ratusan miliar, nggak gede.  Berarti Kemensos juga lakukan pemotongan anggaran? Saya bilang ke tim saya, sudahlah kita refocusing dulu, Perjalanan dinas, potong, dan lain-lain. Ini kita jalanin sendiri dulu sembako yang dari anggaran kita ini. Makanya, kita ada posko di Kalibata itu, kita bikin 300 ribu paket sembako untuk Jabodetabek. Itu udah jalan mulai tanggal 7 April. Tapi paket Sembakonya nggak bisa mahal-mahal, wong anggarannya cilik, Rp 200 ribu per paket. Maksud saya begini, ini untuk menjembatani sampai bansos utamanya keluar, jadi nggak kosong di lapangan. 

Berarti butuh banyak anggaran dong?        

Iya. Kalau hanya realokasi anggaran, kecil. Yang diperlukan tambahan anggaran. Itu sudah dilakukan. Melihatnya gini, sekarang berdasarkan instruksi presiden, ada tiga hal yang jadi fokus, yakni kesehatan, perlindungan sosial, ekonomi.  Apa Kemenkes bisa bekerja dengan realokasi anggaran? Pasti tidak. Oleh karena itu dia dapat tambahan, Rp 75 triliun. Perlindungan sosial dari Rp 405 triliun itu dialokasikan Rp 110 triliun. 

Kemensos dapat berapa?     

Dari Rp 110 triliun itu, kita ambil porsi dari 4 program. Perluasan sembako, perluasan PKH, ini perluasan bansos reguler. Kemudian ada program bansos tambahan sembako dan tunai. Totalnya Rp 43,4 triliun dari  Rp 110 triliun itu. Sementara pemulihan ekonomi lebih banyak non cash, ada yang bentuknya insentif.           

Kapan anggarannya keluar?       

Baca juga : Peringati Hari Pekerja Sosial Sedunia, UMJ Gelar Seminar ICSW

Rabu (15/4) kemarin DIPA-nya keluar yang baru. Tetapi seminggu sebelumnya saya sudah bilang kepada tim saya, kita persiapkan dulu nih buat sembako. Jadi begitu uangnya sudah di rekening kita, tinggal satu-dua hari lagi salurkan.

Pengadaan sembakonya mudah Pak?          

Menyediakan sembako sebanyak itu juga nggak gampang. Nggak ada yang mau juga. Nggak mungkin juga Kemensos belanja sendirian, bisa gendeng beneran. Kita kan harus panggil orang nih, kontraktor segala macem.         

Saya dipanggil khusus bersama Menkeu sampai 3,5 jam. Saya nawarin pertamanya BUMN. Presiden bilang, 'ya boleh, tapi jangan semuanya BUMN, kita libatkan saja banyak orang. Ibaratnya ada proyek, biar orang juga ada kerjaannya'.  'Libatkan itu pedagang yang di sini, di sini…'. Kerjaan gede loh ini, bukan kerjaan kecil. Harus cepat, tepat, nggak boleh libatkan yang itu-itu aja, kan nggak gampang. 

Kenapa bisa ribet?      

Nyari swastanya juga nggak gampang. Nyediain sembako 1,8 juta keluarga selama tiga bulan loh. Orang kan mikirnya cepet, cepet, cepet. Belanjanya juga susah, karena apa? Dalam waktu yang berbarengan, semua orang juga belanja sembako.  Pemda, perusahaan-perusahaan, yayasan-yayasan belanja sembako. Jadi cepet-cepetan. Harus DP dulu, sementara kita kan ada prosedur. Bayangin menyediakan ratusan ribu paket sembako di beberapa wilayah tertentu, dengan waktu yang cepat. Pekerjaan gila ini, belum pernah ada ngurusin kaya ginian. Harus punya modal, pedagang minta DP.

Ada kendala lain?         

Di saat harus kerja cepat dan tepat, kita disuruh WFH (work from home). Saya kan ODP karena kontak sama sebelah, Pak Budi Karya. Beberapa kali rapat saya di samping dia. Saya sampai dites dua kali swab, sekali rapid. Sebulan kemarin 13 Maret-13 April saya kerja dari sini. Begitu eskalasi meningkat, Presiden sangat demanding harus cepat, saya ngantor.

Kenapa tak pernah sampaikan kendala-kendala ini ke publik?  Saya kan harus empati sama orang. Publik nggak mau dengerin gitu-gituan. Mereka cuma mau denger, kapan cair? Udah gitu aja. Saya, kemarin-kemarin tiap 10 menit ke belakang, mules (tertawa). Anggarannya masih kita minta-minta, belanjanya susah.  Saya tak pernah sampaikan ke publik karena saya ini pejabat publik. Publik nggak usah tahu banyak lah kesulitan saya. Karena saya pelayan untuk publik. Biar saya yang tahu aja. Saya hanya kasih informasi yang benar untuk publik, kapan, bentuknya seperti apa, isinya apa. Seru Mas. Hehehe.

Padahal Kemensos terus bekerja ya?   

Baca juga : Narasi Saya, Narasi Pemberdayaan

Publik boleh tau boleh enggak. Kita kerja harus cepat. Kita melakukan ekstra-ekstra pekerjaan, kalau biasanya pulang jam 6 sekarang jam 10. Percepatan dalam pekerjaan-pekerjaan itu harus terus dipercepat.  Trus apa langkah selanjutnya?          Saya ngomong langsung sama daerah. Saya mau dengar feedback. Saya bilang begini, jadi mulai minggu depan, akan banyak gelontoran-gelontoran program. Dari APBD daerah, Kartu Prakerja, Kemendes dengan Bansos Tunai. Saya hitung yang bentuknya tunai saja sudah Rp 57 triliunan. Kita harus hindari terjadi penumpukan. Kita kirimkan informasi alokasi ke daerah-daerah karena mereka harus tau dapat jatah berapa. Pemda nanti tinggal lihat program-program bansos dari pusat akan banyak. Yang penting mereka bisa atur. 

Data penerima di daerah ditentukan pemerintah daerah?     

Ya. Saya nggak mau ngatur terlalu detail. Yang penting, datanya bisa dipertanggungjawabkan. Kamu mau kasih siapa silakan, kalian paling tau siapa paling layak diberikan. Kita ada data dari DTKS, jadikan referensi utama, tapi kalau ada di luar ini yang perlu dibantu, saya kira monggo. Yang penting kamu bisa pertanggungjawabkan, namanya siapa, alamatnya di mana, teleponnya di mana. Kalau suatu saat penegak hukum datang ya silakan cek datanya. Itu kenapa Kemensos tidak melakukan pendataan. Malah bisa kacau. 

Ada arahan lain untuk Pemda?   

Saya minta juga teman-teman daerah nggak usah nunggu. Kemarin dalam video conference saya sampaikan juga tuh. Ada duit bisa digunakan, gelontorin, gitu aja. Nggak usah nunggu pusat kapan. Pokoknya begitu kita turun yang sampeyan distribusikan.         

Jadi daerah juga jangan hanya nanya dan nunggu saja. Kamu ada uang berapa, timpe dulu di bawah. Ini kan manajemen krisis, bukan normal.

Agar masyarakat tenang, kapan aneka Bansos ini diterima rakyat?         

Tergantung daerahnya. Mulai Senin itu, Jakarta jalan. Sabtu-Minggu udah mulai jalan, mulai digelontorkan agak banyak Senin. Jakarta dulu. Bodetabek menyusul. Nggak sebulan menyusulnya, tapi kita kejar. Bansos tunainya mengikuti. Yang penting Jabodetabek dulu, kenapa? Menghindari mudik.

Apa pesan bapak untuk rakyat?         

Yang penting, publik harus tenang. Yang susah ini bukan hanya Indonesia. Sedunia ini hampir bangkrut semua. Ikuti instruksi-instruksi pemerintah. Saya rasa kalau ini bisa dijalankan secara kolaboratif antara rakyat dengan pemerintah, mungkin kurva kita akan mulai menurun. [OKT]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.