Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tanam Cabe Di Musim Kemarau, Kementan Minta Petani Terapkan Jurus Ini

Rabu, 10 Juni 2020 13:28 WIB
Tanam Cabe Di Musim Kemarau, Kementan Minta Petani Terapkan Jurus Ini

RM.id  Rakyat Merdeka - Cabe merupakan salah satu komoditas strategis hortikultura. Berbagai jenis cabe dapat dijumpai hampir di seluruh Indonesia. 

Namun, bukan perkara mudah untuk membudidayakannya. Butuh keuletan dan keterampilan ketika akan menanam cabe, terutama adanya serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT). OPT merupakan salah satu kendala terhadap kersediaan cabe terutama di masa sulit air atau kemarau.

Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa salah satu kunci keberhasilan produksi cabe yaitu dengan melakukan monitoring serangan OPT, sehingga dapat dikendalikan. Selain itu, petani bisa menerapkan budidaya cabe ramah lingkungan dimana biaya produksi menjadi lebih rendah.

“Petani tidak harus membeli pestisida dan pupuk kimia yang mahal harganya. Produk cabe yang dihasilkan juga lebih sehat, lebih lama daya simpannya, dan aman dikonsumsi,” ujar Prihasto dalam keterangannya, Rabu (10/6).

Prihasto memaparkan, Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah komando Syahrul Yasin Limpo (SYL) tetap mendorong dan memacu jajaran di Kementan untuk lebih giat dalam  penerapan teknologi pertanian. Ini dilakukan sebagai upaya pengelolaan OPT. 

“Tujuannya tak lain untuk memastikan ketersediaan cabai untuk tetap aman dan terjaga,” kata Anton-sapaannya.

Baca juga : Komoditas Cabe Punya Prospek Cerah, Kuncinya Penerapan Inovasi

Informasi dari BMKG bahwa pada Mei dan Juni di sebagian besar wilayah Indonesia (wilayah Sumatera, Jawa, Bali, Kalimantan bagian Timur dan Papua bagian Utara) akan memasuki musim kemarau. Puncaknya akan terjadi di bulan Agustus. 

“Keadaan kemarau ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap berkurangnya ketersedian air untuk kebutuhan tanaman. Biasanya terjadi kekeringan dan berpengaruh terhadap peningkatan serangan hama,” jelas dia.

“Maka dari itu penting untuk memperhatikan betul penanaman cabenya,” pungkas dia. 

Mengenali Gejala Cabe Yang Terserang Hama

Kepala BPTPH Jawa Barat, Ajat Sudrajat menyatakan, berdasarkan data Angka Tetap (ATAP) 2019 produksi cabai besar di provinsi Jawa Barat mencapai  2.639.492 kwintal. Atau berkontribusi sebesar 22%  terhadap produk cabai besar nasional. 

“Maka dari itu menjadi keniscayaan bagi kami harus amankan pertanaman di lapangan dan memastikan bisa berproduksi secara optimal,” kata dia.

Baca juga : Stabilkan Harga Cabe, Kementan Minta Petani Terapkan 10 Jurus Ini

Adapun upaya yang dilakukan yaitu dengan melakukan pemantauan lapangan terkait intensitas serangan OPT. OPT yang menyerang cabe di Jawa Barat pada musim kemarau antara lain trips, kutudaun dan virus kuning. 

“Kami saat ini terus melakukan monitoring intensif,” tegas dia. 

Hal yang sama diungkapkan oleh Budi kepala Laboratorium Pengamat Hama dan Penyakit (LPHP) Cianjur. Budi memaparkan sebaiknya petani atau pelaku usaha mengenal OPT cabe di musim kemarau bisa dilihat dari gejala serangannya. 

Gejala serangan trips ditandai dengan permukaan bawah daun berwarna keperak-perakan mengkilat, pada serangan lanjut daun akan berwarna coklat, menjadi keriting dan keriput, pada serangan berat daun, pucuk serta tunas menggulung keatas, daun mengecil timbul benjolan seperti tumor, kerdil bahkan pucuk mati. 

“Serangan pada buah menyebabkan permukaan buah kasar berwarna kecoklatan,” jelas dia. 

Sementara, gejala serangan tungau ditandai dengan perubahan bentuk daun menjadi abnormal seperti daun menebal dan warna menjadi tembaga/kecoklatan, terpelintir, menyusut serta keriting, tunas dan bunga gugur. Gejala serangan virus kuning ditandai dengan warna kuning terang pada daun tanaman yang terinfeksi, tulang daun mengalami pemucatan dimulai dari daun-daun pucuk.

Baca juga : Demokrat Minta SPP Sekolah Dipangkas Selama Pandemi

“Selanjutnya tulang daun akan menebal dan menyebabkan daun menggulung ke atas, daun mengecil dan berwarna kuning terang, tanaman kerdil dan tidak berbuah. Penyebab virus adalah serangga vektor kutu kebul, oleh karena itu yang perlu dikendalikannya adalah vektornya,” ungkapnya. 

Budi menambahkan pengendalian OPT trips dan kutu kebul sebagai vektor virus kuning dapat dilakukan secara ramah lingkungan. Di antaranya penggunaan perangkap likat sebanyak 40 buah/ha, penanaman tanaman penghalang (barrier) seperti jagung di sekeliling pertanaman cabai (5-6 baris) dengan jarak tanam yang rapat 15-20 cm yang ditanam 2-3 minggu sebelum tanam cabai dan penanaman cabai dengan kubis atau tomat secara tumpang sari. 

“Di wilayah Jawa Barat  dalam pengendalian OPT, sebagian petani sudah menerapkan pengendalian OPT yang ramah lingkungan, namun penggunaan pestisida kimia juga masih dilakukan,” ungkap dia. 

Menyikapi merebaknya OPT cabe di musim kemarau, Direktur Perlindungan Hortikultura Sri Wijayanti Yusuf,  mengajak dan menghimbau petani untuk terus menggunakan bahan pengendali OPT yang ramah lingkungan dalam mengendalikan OPT. 

“Harapannya produksi yang dihasilkan aman konsumsi dan jika menggunakan pestisida kimia perlu memperhatikan prinsip 6 (enam) tepat yaitu tepat sasaran, mutu, jenis pestisida, waktu, dosis & konsentrasi dan cara penggunaan,” tutup dia. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.