Dark/Light Mode

Sukses Bikin Ventilator, Rapid Test, & Mesin Deteksi Covid-19

Insya Allah, September Kita Stop Impor Alkes

Rabu, 22 Juli 2020 06:39 WIB
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi 
Nasional Bambang Brodjonegoro saat menerima ventilator karya Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. (Foto: Istimewa)
Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro saat menerima ventilator karya Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset Dan Inovasi Nasional (Kemenristek/BRIN) terus berupaya mengembangkan alat kesehatan (alkes), untuk mendukung penanganan Covid-19.

Dalam waktu dekat ini, ditargetkan, Indonesia lepas dari ketergantungan impor.

"Insya Allah, September kita tidak lagi impor alat kesehatan Covid-19,” ungkap Menteri Riset dan Teknologi/ Badan Riset Dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam acara RMinsight, Senin (20/07).

Baca juga : GAMKI: Siapkan Pendeteksi Covid-19 dan Alat Sterilisasi Portabel di Fasilitas Publik

Bambang menyebutkan sejumlah produk alkes yang sudah berhasil dikembangkan Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, sebuah konsorsium bentukan Kemenristek/BRIN. Antara lain, ventilator, alat bantu pernapasan.

Sejauh ini, setidaknya sudah ada lima ventilator yang sudah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

Ventilator itu sudah diproduksi dan didistribusikan ke berbagai rumah sakit dan fasilitas kesehatan di seluruh Indonesia. Hal ini tentu membuat impor alkes itu menurun drastis.

Baca juga : Bamsoet: Rapid Test Covid-19 Harus Dilakukan Merata

Meskipun sudah hasilkan 5 ventilator, hingga kini peneliti dan dosen tergabung di Konsorsium masih terus mengembangkan ventilator jenis lainnya. Ada 5 sampai 10 jenis ventilator yang kini sedang dalam tahap pengujian.

Selain ventilator, Konsorsium mengembangkan rapid test. Alat untuk skrining awal virus itu juga sudah berhasil dibuat anak bangsa. Rapid test itu memiliki sensitivitas mencapai 90 persen. Artinya, cukup akurat sebagai alat skrining.

“Rapid test yang mulai diproduksi dalam jumlah besar. Alat itu bisa menggantikan rapid test impor yang membanjiri Indonesia pada awal masa pandemi. Ini sesuai dengan arahan Presiden Jokowi, yang sudah beberapa kali menegaskan apabila alatnya sudah diproduksi dalam negeri. Indonesia perlu mengurangi, bahkan menyetop impor alat rapid test,” ungkapnya.

Baca juga : Senayan Minta Kementan Stop Bagi-Bagi Benih Kurang Bermutu Ke Petani

Bambang menyebutkan, produksi rapid test itu pada bulan Juli ini sudah mencapai 200 ribu. Bulan depan, produksi diperkirakan mencapai 400 ribu. Dan, September sudah sudah 1 juta unit.

Dengan begitu, kebutuhan dalam negeri yang sangat banyak untuk skrining mudah-mudahan bisa dipenuhi oleh rapid test karya anak bangsa. Alat tes lainnya, lanjut Bambang, Konsorsium juga sudah berhasil mengembangkan PCR test kit.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.