Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Waspada, 13,2 % Kematian Covid Dialami Pengidap Hipertensi

Kamis, 15 Oktober 2020 05:15 WIB
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Tidak Menular Kemenkes, Cut Putri Arianie
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Tidak Menular Kemenkes, Cut Putri Arianie

RM.id  Rakyat Merdeka - Bagi Anda pengidap penyakit hipertensi alias tekanan darah tinggi, kudu meningkatkan kewaspadaan. 

Berdasarkan data yang dihimpun Satuan Tugas Penanganan Covid-19 per 13 Oktober 2020, dari total kasus terkonfirmasi positif Covid-19, sebanyak 1.488 pasien tercatat memiliki penyakit penyerta alias komorbid. 

Dari data tersebut, persentase terbanyak dari total kasus terkonfirmasi positif Covid-19, yakni 50,5 persen di antaranya memiliki penyakit hipertensi. 

Diikuti diabetes melitus 34,5 persen dan penyakit jantung 19,6 persen. Dan dari 1.488 kasus pasien yang meninggal diketahui 13,2 persen memiliki penyakit komorbid hipertensi, 11,6 persen dengan diabetes melitus serta 7,7 persen dengan penyakit jantung. 

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakti Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Cut Putri Arianie mengatakan, di masa pandemi Covid-19, orang dengan penyakit penyerta merupakan kelompok yang sangat rentan terpapar virus. 

Penyandang Penyakit Tidak Menular (PTM) yang terkonfirmasi Covid-19 berpotensi besar mengalami perburukan klinis, sehingga meningkatkan risiko kematian. 

Baca juga : Waspada, Penggunaan BBM Ron Rendah Bisa Bikin Pasien Covid-19 Makin Parah

Lebih lanjut, Cut mengatakan, penyakit hipertensi merupakan penyakit katastropik yang tidak dapat disembuhkan, tapi dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risiko. 

Apabila tidak dicegah dan dikendalikan akan menjadi bom waktu yang dapat menyebabkan terjadinya kasus hipertensi baru. 

Menurutnya, hipertensi sangat mungkin dicegah dengan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat. 

“Terutama di masa pandemi ini, kita harus berhati-hati dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pandemi ini bisa kita jadikan momentum untuk membudayakan gaya hidup sehat,” kata Cut di Jakarta, kemarin. 

Dia menjabarkan, pola hidup bersih dan sehat bisa dimulai dengan mengukur tekanan darah secara teratur, menjaga makanan tetap sehat dengan membatasi konsumsi gula, garam dan lemak. 

Termasuk menghindari makanan manis, perbanyak makan buah dan sayur, menjaga berat badan ideal, melakukan aktivitas fisik secara rutin seperti jalan atau melakukan aktivitas seharihari di rumah. 

Baca juga : Puskemas Yang Tentukan, Pasien Covid Dirawat Di RS Atau Hotel

Di samping menjaga pola hidup bersih dan sehat, Cut menambahkan, upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi dapat dilakukan dengan melakukan deteksi sedini mungkin. 

Bagi orang yang memiliki faktor risiko, maka deteksi dini berupa pengukuran tekanan darah hendaknya dilakukan sebulan sekali. 

Sementara bagi orang sehat, tetap harus melakukan pemeriksaan minimal sekali dalam rentang waktu 6 bulan sampai 1 tahun. 

Upaya ini kemudian ditindaklanjuti dengan rujukan ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) sehingga permasalahan hipertensi dapat segera dicegah dan dikendalikan. 

Pemeriksaan dan deteksi dini pengukuran tekanan darah yang benar dan teratur merupakan kunci utama menemukan kasus sedini mungkin, sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat. 

Karena itu, untuk mendorong kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya promotif preventif, Kemenkes telah melakukan kegiatan monitoring dan pemeriksaan secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat melalui Pos Binaan Terpadu (Posbindu). 

Baca juga : Hargai Perjuangan Dokter, Patuhi Protokol Kesehatan

Cut mengatakan, hingga kini dari 80 ribu desa tercatat 60 ribu desa telah memiliki Posbindu.

Ke depan, ditargetkan setiap satu desa terdapat satu Posbindu. Tapi, cakupan masyarakat untuk melakukan pemeriksaan masih sangat rendah. 

Hal ini dikarenakan Posbindu tidak memberikan pengobatan bagi para pasien, sehingga banyak masyarakat enggan memanfaatkannya. [DIR]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.