Dark/Light Mode

Dapat Bintang Mahaputera, Amran Sulaiman: Ini Penghargaan Untuk Petani Indonesia

Rabu, 11 November 2020 19:15 WIB
Andi Amran Sulaiman/Ist
Andi Amran Sulaiman/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Mantan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menerima penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana langsung dari Presiden Jokowi di Istana Negara, Rabu (11/11). 

Tanda kehormatan ini diberikan berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 118/TK/TH 2020 tanggal 6 November 2020 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera dan juga berdasarkan Keppres Nomor 119/TK/Th 2020 tanggal 6 November 2020 tentang Penganugerahan Tanda Kehormatan Bintang Jasa.

Andi Amran Sulaiman yang ditemui usai acara mengatakan, penganugrahan ini bentuk penghargaan kepada para petani Indonesia yang selama ini telah bekerja keras demi kejayaan pertanian Indonesia. 

“Ini penghargaan untuk para petani Indonesia. Saya hanya mewakili para petani kita,” ujarnya.

Kementerian Pertanian (Kementan) yang pernah dikomandoi Andi Amran dinilai berhasil mewujudkan kedaulatan pangan sekaligus mengangkat harkat dan martabat kesejahteraan petani Indonesia. 

Hasil kerja keras tersebut perlahan mulai menampakkan hasilnya. Bahkan tak urung, Presiden Jokowi memberi acungan jempol terhadap kinerja tersebut.

Saat dipimpin Amran, Kementan melakukan berbagai terobosan baik di internal maupun dalam hal menggenjot produksi pangan nasional.

Hal ini ditandai dengan transformasi dan reformasi birokrasi yang menempatkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kejaksaan Agung dan Kepolisian ikut aktif melakukan pengawasan internal. 

Sedangkan upaya eksternal, yakni mengeluarkan berbagai kebijakan serta program yang langsung menyentuh akar persoalan. Semua ini dilakukan demi kecintaannya kepada petani dan bangsa ini.

Baca juga : Khofifah: Ini Untuk Keluarga Besar Kemensos Ketika Saya Mengabdi

Secara sistemik, Kementan telah menyusun roadmap pembangunan pertanian komoditas jangka panjang. Pada dokumen tersebut disebutkan secara jelas pada 2017 tidak ada impor beras, jagung, cabe dan bawang merah.

Sedangkan pada 2019 tidak impor gula konsumsi, 2025 tidak impor gula industri, 2027 tidak ada impor daging sapi dan pada  2045 ditargetkan menjadi lumbung pangan dunia.

Guna mewujudkan nawacita dan roadmap jangka panjang, beberapa kebijakan strategis ditempuh. Pertama, merevisi regulasi yang menghambat. Kedua, membangun infrastruktur irigasi 3,2 juta hektar, cetak sawah dan mekanisasi secara besar-besaran alat dan mesin minimal 80 ribu unit per tahun.

Ketiga, memperkuat sistem budidaya dan pasca panen. Keempat, penataan tata niaga pangan dan kelima, mengendalikan impor dan mendorong ekspor.

Upaya pencapaian swasembada merupakan langkah simultan dengan mensejahterakan petani. Pada 2015 Kementan merehabilitasi jaringan irigasi tersier lebih dari 2,4 juta hektar, menyediakan lebih dari 80 ribu unit dan benih padi 2,7 juta hektar.

Berbagai kajian menunjukkan faktor kunci sukses produksi padi 2015 naik 6,42 persen menjadi 75,39 juta ton gabah adalah keberhasilan menyelesaikan aspek mendasar air, alat mesin pertanian dan sarana produksi.

Kebijakan komprehensif menangani aspek hulu sampai hillir diikuti dengan eksekusi di lapangan telah berdampak secara signifikan.

Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah/beras dan program Serap gabah (Sergab) telah melindungi petani dari harga jatuh di saat panen raya dan memperkuat stock pangan. Harga gabah di saat panen raya stabil dan demikian juga stok beras saat ini 2,1 juta ton cukup aman sampai dengan Mei 2017.

Berbagai indikator produksi dan kesejahteraan petani 2015-2016 menunjukkan tren meningkat signifikan dan kinerja ini diakui berbagai lembaga survei dalam dan luar negeri.

Baca juga : BKS Terima Penghargaan Bintang Mahaputera Adipradana Dari Presiden Jokowi

Jadi, dalam kurun waktu 2015-2016 kemiskinan di pedesaan semakin menurun. Buktinya data series BPS menyebut penduduk miskin September 2015 mencapai 28,51 juta orang atau 11,13 persen, menurun 80 ribu orang jika dibandingkan Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang. Penduduk miskin di pedesaan turun 50 ribu dari 17,94 juta orang menjadi 17,89 juta orang.

Indek rasio gini atau indeks gini diukur BPS pada Maret 2016 sebesar 0,397 menurun 0,011 poin dibandingkan dengan rasio gini tahun 2015 sebesar 0,408. 

Rasio gini di daerah perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,327 menurun 0,007 poin dibanding rasio gini Maret 2015 sebesar 0,334 dan menurun 0,002 poin dibanding rasio September 2015 yang sebesar 0,329.

Menurut publikasi BPS, Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pertanian (termasuk perikanan) untuk bulan Agustus 2016 sebesar 101,56 atau naik 0,17 persen terhadap bulan Juli 2016. NTP nasional, demikian juga NTP tanpa perikanan juga menunjukkan peningkatan.

Kenaikan NTP tersebut disebabkan persentase kenaikan pada IT yang lebih besar dibandingkan IB, dimana IT naik 0,30 persen persensedangkan IB naik 0,13 persen.

NTUP juga terjadi kenaikan indeks 0,05 persen, yaitu 110,02 pada bulan Juli 2016 menjadi 110,08 pada bulan Agustus 2016. Artinya kemampuan petani untuk membeli biaya produksi untuk usaha taninya sedikit meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, terutama kontribusi dari kenaikan NTUP pada sub sektor tanaman perkebunan rakyat 0,02 persen.

Memang jumlah petani semakin menurun dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan sedang terjadi proses transformasi ekonomi dari menuju negara industri.  

Hal ini telah diantisipasi oleh pemeringah dengan mengawal mereka untuk terjun ke sektor industri dan lainnya, serta untuk ketenagakerjaan sektor pertanian diatasi dengan mekanisasi. 

Modernisasi pertanian dilakukan dengan program penyaluran alat dan mesin pertanian secara besar-besaran dan dikawal dengan ketat sehingga telah mampu meningkatkan efisiensi input, meningkatkan produktivitas serta mengurangi susut hasil.

Baca juga : Dapat Bintang Mahaputera, Yasonna Janji Bikin Kinerja Kemenkumham Makin Kinclong

Kebijakan pengendalian impor dan mendorong ekspor telah menunjukkan hasil.  Neraca perdagangan pertanian surplus di saat ekonomi global lesu. Impor pangan semakin menurun dan tahun 2016 sudah tidak ada lagi impor bawang merah.

Menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS ketika itu (Kecuk Suhariyanto), perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2016 sangat dipengaruhi dari kontribusi sektor pertanian yang melampaui prediksi dan kontribusi sektor pertanian sangat besar yakni 14,14 persen dari total pertumbuhan ekonomi nasional.

Fakta membuktikan, walaupun di tahun 2015 pertanian Indonesia dalam kondisi El Nino, Program Upaya Khusus (Upsus) ternyata berhasil meningkatkan produksi pangan secara tangguh. Produksi padi 2015 naik 6,42 persen, jagung naik 3,18 persen dan kedelai naik 0,86 persen dibandingkan tahun 2014 (BPS 2016). 

Empat program, yakni irigasi, bantuan alsintan, subsidi pupuk, pendampingan dan lainnya dengan tingkat kepuasan petani 76,8 persen kepuasan tertinggi pada pendampingan sebesar 89,6 persen (INDEF 2016). 

Keberhasilan program pertanian ini dianalisis oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan indeks ketahanan pangan global atau Global Food Security Index (GFSI) tahun 2016 Indonesia meningkat dari peringkat ke 74 menjadi ke 71 dari 113 negara. 

Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami perubahan terbesar pada indeks keseluruhan (2.7). Aspek Ketersediaan Indonesia tahun 2016 berada pada peringkat ke 66, jauh di atas peringkat Keseluruhannya (ke-71). [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.