Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Kementan Terus Tingkatkan Pengembangan Sentra Sayuran Organik

Sabtu, 20 April 2019 20:46 WIB
Kementan terus tingkatan pengembangan sayuran organik di Karang Anyar, Jawa Tengah. (Foto: Kompas.com)
Kementan terus tingkatan pengembangan sayuran organik di Karang Anyar, Jawa Tengah. (Foto: Kompas.com)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggenjot berbagai daerah agar menjadi sentra produksi sayuran organik, salah satunya Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Hal ini penting karena mengingat sayuran organik memiliki potensi pasar supermarket dan bisa ekspor hingga dipastikan mendongkrak kesejahteraan petani dan pendapatan nasional.

Disampaikan Direktur Jenderal Hortikultura Suwandi, Indonesia sangat kaya akan komoditas tanaman sayuran. Terbukti  berbagai jenis tanaman sayuran yang dihasilkan di Desa Nglebak, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

"Daerah ini menjadi sentra tanaman sayuran organik dengan berbagai jenis tanaman pakcoy, seledri, kacang capri, cabai, wortel, bawang daun dan lainnya," ujar Suwandi saat meninjau tanaman sayuran di Desa Nglebak, Jumat (19/4) dalam keterangan tertulisnya.

Baca juga : Kementan Pacu Pengembangan Sentra Tanaman Hias di Tawangmangu

Suwandi menyebutkan, Kementan sampai saat ini terus mendorong sentra-sentra tanaman sayuran sejenis di daerah lain agar produksi dan volume ekspor semakin meningkat.

Sebagai informasi, tanaman sayuran tumbuh subur di dataran tinggi, seperti di Brastagi, Solok, Kerinci, Puncak, Lembang, Pangalengan, Ciwidey, Magelang, Sleman, Wonosobo, Tawangmangu, Batu, Malang, Enrekang, Modoinding dan lainnya.

"Kami targetkan juga mendorong sayuran berkualitas, sayuran organik, ramah lingkungan, dan menyehatkan untuk masuk supermarket dan bahkan ekspor agar pendapatan petani dan negara meningkat," ujarnya.

Suwandi menambahkan target ini pasti bisa diwujudkan karena tanaman baby buncis, capri, edamame, kubis, dan 30 jenis sayuran lainnya memiliki daya saing yang tinggi dan sudah diekspor. Pihaknya pun mengklaim bahwa ekspor sayuran 2018 naik lebih tinggi dibandingkan 2017.

Baca juga : Kementan Kembangkan Budidaya Jahe Merah Di Cilacap

Sementara itu, Hartono, petani sayuran organik di Desa Nglebak mengatakan, para petani menanam sayuran organik dengan sistem tumpangsari. Meski demikian, ia mengatajan bahwa harga sayuran organik lebih mahal dari sayuran biasanya.

"Untuk organik harga lebih mahal, misal seledri dalam ikat seberat 2 ons, harga 5 ikat setara Rp 27.500 per kilogram. Hal sama untuk pakcoy harga Rp 15.000 per kg dan kacang capri Rp 50.000 per kg," katanya.

Namun, Hartono menyebutkan biaya produksi organik lebih efisien karena tidak dipupuk dan pestisida kimiawi. Misalnya, pakcoy organik hanya butuh biaya perawatan dengan total Rp 5.000 per kilogram. "Ini lumayan menguntungkan. Kami terus berupaya memperluas tanam organik," jelasnya.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Karanganyar, Supramnaryo menuturkan, kawasan pertanian di Tawangmangu (Desa Nglurah) ini tidak hanya menjadi sentra budidaya sayur-sayuran.

Baca juga : Kemenkes Siapkan Sumber Daya Untuk Dukung Penambahan 10.000 Kuota Haji

"Hal ini membuat Desa Nglebak menjadi sentra sayuran organik sedangkan Desa Nglurah dinobatkan sebagai desa wisata tanaman hias di Tawangmangu," pungkasnya. [SRI]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.