Dark/Light Mode

Diungkapkan Menteri Bambang

Yang Miskin 26 Juta, Yang Nganggur 7 Juta

Kamis, 11 April 2019 10:58 WIB
Kepala Bappenas Bambang 
Brodjonegoro. (Foto : Istimewa).
Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro. (Foto : Istimewa).

RM.id  Rakyat Merdeka - Pengentasan pengangguran dan kemiskinan masih menjadi tantangan berat di bidang perekonomian. Walau angkanya mengalami penurunan, jumlah orang miskin masih sangat besar.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat per Agustus 2018 angka pengangguran di Indonesia sebesar 5,34 persen atau setara 7 juta orang. Jumlah tersebut memang berkurang dibandingkan angka pengangguran Agustus 2015 yang jumlahnya di atas 8 juta orang, tetapi jumlah itu masih besar.

“Jumlah itu melebihi jumlah total penduduk Singapura yang tercatat tahun 2018 sebesar 5,6 juta orang. Menangani permasalahan pengangguran di Indonesia tidak gampang,” ungkap Bambang saat berbicara di Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Provinsi DKIJakarta, di Balai Agung, Jakarta Pusat, kemarin.

Masalah kemiskinan juga sama. Bambang menuturkan, walau turun jumlah orang melarat alias miskin lebih besar dari jumlah penduduk Australia. Jumlah orang miskin di Indonesia mencapai 26 juta. Sedangkan total jumlah penduduk Australia hanya 25 juta orang.

Bambang mengatakan, pemerintah selama ini terus berupaya mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan. Namun menanggulanginya bukan masalah mudah.

Baca juga : Karding Minta Habib Rizieq Tak Sebar Hoaks

“Menangani masalah di Indonesia memang nggak gampang. Tidak semata-mata kita bisa dibandingkan begitu saja dengan negara tetangga,” imbuhnya.

Dia meminta, pemerintah daerah (pemda) berperan mengatasi pengangguran dan kemiskinan. Jangan hanya bergantung pada pemerintah pusat.

“Harus ada upaya kebijakan lokal untuk ciptakan lapangan kerja dan mencari strategi terbaik untuk mengurangi kemiskinan,” tambahnya.

Bambang menyebutkan, khusus untuk kemiskinan di Jakarta, tercatat mengalami penurunan menjadi 3,55 persen atau sekitar 350 ribu keluarga. Tetapi, untuk angka pengangguran di DKI Jakarta masih tinggi sekitar 6,24 persen. “Masalah itu harus mendapatkan perhatian. Terutama masalah pengangguran,” pintanya.

Bergantung SDA

Baca juga : Pegawainya Diciduk KPK, Menteri Agama Minta Maaf

Pada acara ini, Bambang buka-bukaan mengenai pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mandek di kisaran 5 persen. Menurut Bambang, selain masih dipengaruhi gejolak ekonomi global, sumber-sumber pertumbuhan potensial di Indonesia juga masih belum mampu dimanfaatkan dengan optimal.

“Indonesia masih terlalu bergantung pada sumber daya alam (SDA) sebagai pendorong pertumbuhan. Sementara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, kinerja investasi harus optimal,” paparnya.

Bambang mencontohkan capaian DKIJakarta. Pertumbuhan ekonomi ibukota mampu kalahkan pertumbuhan nasional. Hal itu terjadi karena banyak ditopang kinerja investasi. “Jakarta bisa tumbuh di atas 6 persen karena tidak bergantung sumber daya alam,” ujarnya.

Selain bergantung pada SDA, Indonesia juga belum mampu menciptakan produk industri bernilai tambah tinggi. Padahal ini menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.

Direktur Eksekutif Center of Reform in Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal menilai, perekonomian Indonesia masih berpotensi tumbuh di atas 5 persen pada tahun ini. Namun demikian, ada beberapa faktor yang harus diatasi pemerintah untuk mencapainnya. Antara lain, soal perlambatan ekonomi global.

Baca juga : Jokowi Sangat Berani Koreksi Kebijakan Hutan

“Pemerintah harus bisa mengendalikan impor agar defisit neraca dagang bisa dipersempit. “Jika neraca perdagangan kita membaik, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa lebih positif,” katanya.

Selain itu, potensi kenaikan harga minyak dunia yang pasti berpengaruh terhadap harga Bahan bakar Minyak (BBM) dan Tarif Dasar Listrik (TDL) di dalam negeri. Menurut Faisal, pemerintah harus menyiapkan antisipasi kenaikan itu tidak mengganggu kinerja perekonomian. [NOV]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.