Dark/Light Mode

Teknis Pengendalian OPT Ramah Lingkungan Di Kampung Cabe

Selasa, 21 September 2021 08:36 WIB
Cabe siap olah/Ist
Cabe siap olah/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Ada empat fokus perhatian Kementerian Pertanian (Kementan) membangun komoditas hortikultura, yaitu meningkatkan daya saing produksi, produktivitas, akses pasar dan dukungan logistik. 

Budidaya yang dikembangkan juga merupakan sistem modern yang ramah lingkungan, serta mendorong peningkatan nilai tambah produk untuk kesejahteraan petani. Hal tersebut diharapkan dipahami dan dikuasai oleh para petani. 

Oleh karena itu, Kementan melalui Direktorat Jenderal Hortikultura secara rutin melakukan bimbingan teknis (bimtek) untuk memperluas formasi pengetahuan bagi para petani.

Direktur Perlindungan Hortikultura Inti Pertiwi dalam kesempatan di salah satu bimtek mengatakan, peran perlindungan hortikultura yaitu mengamankan produksi dari serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim untuk memperkuat ketahanan pangan

Selain itu, termasuk pemberdayaan petani yang mandiri dan mendukung akselerasi produk hortikultura.

“Bimtek kali ini membahas bagaimana pengelolaan OPT cabe dengan pengendalian ramah lingkungan. Diketahui cabe merupakan salah satu komoditas hortikultura yang membutuhkan perhatian khusus karena sifatnya dinamis dan fluktuatif,” ujar Inti.

Baca juga : Erick Tinjau Penggunaan Aplikasi PeduliLindungi Di Pelabuhan Ketapang Dan Gilimanuk

Komoditas cabe sangat berkaitan dengan pemenuhan produksi dalam negeri. Hal tersebut perlu dikelola dengan ramah lingkungan dan pengendalian hama, agar produksinya aman dan terhindari dari virus yang mengganggu jalannya produksi.

Menurut dia, pentingnya pengendalian OPT cabe ramah lingkungan berawal dari kesadaran buruknya pengaruh negatif residu pestisida. Budidaya ramah lingkungan memegang peranan penting meningkatkan kuantitas dan kualitas produk pertanian.

Akademisi pertanian dari UNS, Puji Harsono menyebutkan, produksi cabe nasional Juli 2021 mencapai 163.293 ton dengan kebutuhan masyarakat 158.855 ton.

Sementara, fluktuasi harga yang tajam dan tidak menentu adalah dampak dari adanya gangguan OPT pada produksi cabe nasional, sehingga produksi cabe mengalami penurunan. Terdapat surplus 4.439 ton.

Namun demikian, besarnya angka produksi itu, cabe terus dibayang-bayangi gangguan OPT yang kerap menyebabkan penurunan produksi. 

“Beberapa hal yang umum dilakukan antara lain rotasi tanam, pembersihan tanaman inang, eradikasi, penggunaan benih bebas virus dan aplikasi akarisida atau biopestisida,” jelasnya.

Baca juga : Komitmen Ramah Lingkungan, PUJ Hadirkan Bengkel "Sampah Tukar Oli"

Nano teknologi biopestisida, terang Puji, merupakan cara efektif meningkatkan stabilitas agents aktif pada hama sasaran dan menurunkan toksisitas bagi manusia dan lingkungan.

Irigasi gravitasi dari sumur Sibel di musim kemarau pada budidaya cabe input rendah dapat mengefisiensi penggunaan air yang tinggi, mengurangi biaya tenaga kerja dan menekan pertumbuhan gulma. Selain itu, bisa mendapatkan harga jual cabe tinggi serta meningkatkan pendapatan petani lahan kering.

Menurut Akademisi IPB Suryo Wiyono, faktor yang mempengaruhi kelimpahan dan keanekaragaman dari komoditas cabe, yaitu varietas, ketinggian, penggunaan pestisida. Termasuk beberapa faktor lainnya seperti budidaya di lahan komoditas.  

Peran penting selain pengendalian OPT pada komoditas cabe, yaitu penginduksi adaptasi stres abiotik. Peningkatan suhu pada 20 tahun terakhir yang meningkat sekitar 0,9 derajat yang mengharuskan tanaman hortikultura diantisipasi terhadap suhu tinggi. Ini berdampak buruk pada kondisi tanaman.

Ada pun permasalahan yang ada dalam pengembangan cendawan endofit sebagai agens pengendali hayati, yaitu banyak yang tidak membentuk spora, foto patogenisitas, teknik preservasi, banyak spesies bersifat slow growing, serta teknik produksi dan formulasi sebagai biopestisida dan biofertilizer.

Salah seorang petani milenial Yareli menyebutkan, salah satu masalah peningkatan produksi dan kualitas mutu cabai adalah adanya serangan organisme pengganggu tanaman (OPT). Apabila tanaman cabe terlihat kerdil, berdaun kuning serta tidak menghasilkan buah maka petani harus waspada terhadap serangan kutu kebul. 

Baca juga : Kemenkumham Raih 2 Penghargaan Keuangan Dari Kemenkeu

“Penggunaan BioFarm dan PGPR berfungsi untuk imunisasi tanaman muda, pengolahan tanah dan pemupukan berimbang bisa meningkatkan imunitas tumbuhan terhadap serangan OPT,” ujar Yareli.

Yareli dan Kelompok Juli Tani mengantisipasi virus dengan pemilihan bibit yang berkualitas, pemasangan mulsa hitam, persiapan tanaman serta pemeliharaan tanaman.

“Aplikasi Biofarm dan PGPR dilakukan melalui pengamatan sejak awal tanam sampai masa produksi. Ada pun manfaat dari BioFarm, yaitu ZPT, pengendali OPT serta peningkatan imunitas tanaman,” terangnya. [KAL]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.