Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Kementan Komitmen Kembangkan Produksi Susu Segar Dalam Negeri
Jumat, 24 September 2021 10:16 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) berkomitmen mengupayakan peternakan sapi perah untuk produksi berkelanjutan.
Kementan bekerja sama dengan Danish Veterinary Food and Administration (DVFA) dalam kerangka kerja sama Strategic Sector Cooperation (SSC) Indonesia-Denmark.
Menurut Sekretaris Ditjen PKH Makmun, susu menjadi salah satu sumber protein hewani dengan kandungan gizi yang tinggi untuk kebutuhan manusia. Keberadaannya strategis menghasilkan SDM berkualitas untuk pembangunan nasional.
“Maka perlu disiapkan produksi secara berkelanjutan," ujar Makmun.
Menurut dia, kandungan makronutrien dan mikronutrien yang lengkap pada susu juga berpengaruh sangat vital pada masa pertumbuhan, menunjang kesehatan dan kecerdasan, serta mampu berperan dalam pencegahan stunting pada anak.
Secara nasional, jumlah populasi sapi perah relatif stagnan. Untuk tahun 2020 berjumlah 584.582 ekor dengan produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) sebanyak 997 ribu ton.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2020 juga masih berkisar 16,27 kg per kapita/tahun.
Masih lebih rendah dibandingkan dengan negara tetangga, seperti Vietnam yang mencapai 20 kg/kapita/tahun atau Malaysia sekitar 50 kg/ kapita/tahun.
Baca juga : Barcode Vaksin Kita Kudu Terbaca Di Seluruh Negara
Sedangkan kebutuhan susu di Indonesia saat ini mencapai 4,3 juta ton per tahun, dan kontribusi susu dalam negeri terhadap kebutuhan susu nasional baru sekitar 22,7 persen. Sisanya masih dipenuhi dari impor.
"Nah, ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku impor ini jadi suatu tantangan, sekaligus peluang yang besar. Khususnya untuk pengembangan produksi susu segar dalam negeri," jelas Makmun.
Makmun mengatakan, program produksi susu keberlanjutan ini sejalan dengan Blue Print Persusuan Indonesia Tahun 2013-2025 yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.
Harapannya, pada tahun 2025, target pemenuhan kebutuhan susu nasional dari susu segar dalam negeri sebesar 60 persen.
"Tujuannya, agar membuat produktivitas sapi perah 20 liter/hari, konsumsi susu meningkat menjadi 30 liter/kapita/tahun dan populasi sapi perah menjadi 1,8 juta ekor," jelasnya.
Makmun menjabarkan, langkah yang telah dilakukan pemerintah untuk pengembangan persusuan dari hulu-hilir, antara lain dengan peningkatan populasi melalui program Sikomandan/Upsus SIWAB.
Kemudian, pemasukan Sapi Perah (heifer) dan rearing atau pemeliharaan pedet, serta pemberian insentif investasi berupa tax allowance.
Selain itu, pemerintah juga telah berupaya meningkatkan produktivitas melalui perbaikan genetik, mengembangkan jenis sapi perah baru, pendampingan penerapan Good Farming Practices (GFP), perbaikan kualitas dan kuantitas pakan.
Baca juga : Kementan Optimalkan SPI Terintegrasi Wujudkan Zona Integritas
Sedangkan, perbaikan kualitas susu segar dan penjaminan keamanan produk dilakukan melalui pendampingan dan bimtek penerapan GFP, Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP).
"Kami juga telah memfasilitasi sarana prasarana peternakan berbasis sumber daya lokal. Serta melakukan perluasan pasar dengan promosi lewat akses pemasaran digital," tuturnya.
Makmun memaparkan, sejatinya pengembangan peternakan sapi perah perlu dilakukan secara terintegrasi dari hulu hingga hilir untuk menjamin keberlanjutan usaha peternakan.
Salah satu upaya di hilir adalah pengolahan limbah peternakan sapi perah menjadi biogas dan pupuk organik.
Dengan pengolahan limbah peternakan, selain berkontribusi terhadap mitigasi pencemaran lingkungan dan efek gas rumah kaca, juga dapat meningkatkan pendapatan peternak.
"Jadi peternak sapi perah selain menjual susu segar, mengolah susu menjadi produk olahan, juga dapat menjual pupuk organik dari limbah ternaknya," sambung dia.
Senada, Direktur Jenderal PKH Nasrullah juga menyampaikan, terkait berbagai upaya peningkatan produksi susu segar serta peningkatan nilai tambah dan daya saing melalui diversifikasi produk olahan dan pengembangan produk unggulan, diharapkan dapat meningkatkan minat masyarakat dalam mengkonsumsi susu.
Selain itu, meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk yang lebih sehat dan berkualitas, merupakan peluang besar bagi pengembangan produk susu organik di Indonesia.
Baca juga : Jokowi Bubarkan Tiga Perusahaan Pelat Merah
Pasalnya, terdapat momentum yang positif dari The 4th Joint Agriculture Working Group Indonesia-Denmark yang diadakan 4-6 Desember 2019 di Kopenhagen Denmark.
Hasil pertemuan itu menyepakati kerja sama untuk fokus pada Pengembangan Produksi Susu Organik.
"Seperti yang kita ketahui bahwa Denmark adalah produsen susu organik terbesar di Dunia. Kerja sama ini tertuang dalam kerangka Strategic Sector Cooperation (SSC)," ucap Nasrullah.
Sebagai informasi, program kerja sama ini ditandatangani 27 Januari 2021 dan akan berlangsung selama 3 tahun ke depan, yang termasuk dalam kemitraan setara antara Indonesia dan Denmark.
Melalui kerja sama ini, diharapkan Indonesia dapat memproduksi susu organik dengan melibatkan peternak sapi perah dan industri pengolah susu (IPS) sebagai offtaker dalam pengolahannya.
"Kami berharap bisnis peternakan sapi perah organik di Indonesia dapat berkembang baik dan menghasilkan produk susu organik yang berkualitas. Jadi, dapat memenuhi kebutuhan protein hewani masyarakat Indonesia, bahkan dapat menembus pasar ekspor," harapnya. [KAL]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya