Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

KLHK Edukasi Bahaya Merkuri Pada Produk Makanan Dan Kosmetik

Kamis, 14 Oktober 2021 13:33 WIB
Diskusi dengan tema Merkuri Bikin Rugi diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan United Nations Development Programe (UNDP), Rabu (13/10). (Foto: Ist)
Diskusi dengan tema Merkuri Bikin Rugi diselenggarakan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan United Nations Development Programe (UNDP), Rabu (13/10). (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) bekerjasama dengan United Nations Development Programe (UNDP), menggelar diskusi bertajuk Merkuri Bikin Rugi secara daring, Rabu (13/10).

Webinar ini bertujuan  mengedukasi masyarakat mengenai bahaya dari merkuri yang saat ini banyak terkandung dalam produk-produk di sekitar masyarakat.

"Merkuri merupakan senyawa yang berbahaya, sehingga kita harus hati-hati, dan jeli dalam mencari Informasi soal kandungan merkuri yang ada pada produk-produk di sekitar kita. Misalnya makanan, bisa dilihat kandungannya, dan izin dari pemerintah. Soal kosmetik juga begitu, bisa dilihat izin BPOM-nya," ujar Direktur Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan, Beracun, Berbahaya (PSLB3) KLHK Rosa Vivien Ratnawati dalam diskusi yang dihadiri oleh aktris Diah Permatasari ini.

Baca juga : Lestari Minta Evaluasi Berkala Pembukaan Aktivitas Publik

Saat ini, lanjut Rosa Vivien, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk mengurangi dan menghapus penggunaan merkuri serta menjadikan merkuri sebagai masa lalu. Ini ditunjukkan melalui penerbitan Peraturan Presiden Nomor 21 Tahun 2019 tentang Rencana Aksi Nasional Pengurangan dan Penghapusan Merkuri (RAN-PPM).

Langkah lainnya adalah dengan menetapkan program penghapusan Merkuri pada pertambangan emas skala kecil (PESK) sebagai Program Prioritas Nasional, hingga penyusunan dan pelaksanaan peraturan pelaksanaan melalui Peraturan Menteri LHK dengan memfokuskan program penghapusan merkuri di empat bidang prioritas, yakni bidang manufaktur, energi, PESK, dan Kesehatan.

Dermatovenereologist, dr. Nenden Sobarna menjelaskan, kosmetik yang mengandung merkuri memang berpotensi membuat kulit penggunanya tambah putih. Namun dampak dari senyawa tersebut sangat berbahaya bagi kulit, sehingga menurutnya, masyarakat harus menghindari produk-produk kecantikan yang mengandung merkuri.

Baca juga : KPK Kasih Pembekalan Antikorupsi Kepada Pejabat Kemendag

"Jangan terpesona dengan testimoni-testimoni bahwa sebuah produk bisa membuat kulit anda putih dalam waktu singkat. Kalau ternyata setelahnya anda justru terkena penyakit, anda sendiri yang rugi. Banyak produk-produk yang sama efektifnya, yang tidak mengandung merkuri," jelas Nanden.

Lebih lanjut, Direktur Pengawasan Kosmetik BPOM Arustyono menjelaskan bahwa merkuri sangat berbahaya bagi masyarakat, oleh karena itu BPOM tidak akan memberikan toleransi terhadap produk-produk kesehatan maupun makanan, yang terbukti mengandung merkuri.

Arustyono menekankan, bahwa masyarakat bisa mempercayai produk-produk yang sudah mendapat izin dari BPOM.

Baca juga : Kejagung Cium Indikasi Korupsi Korporasi Pada Praktik Perdagangan Orang

"Jadi masyarakat bisa memeriksa label dari makanan, obat atau kosmetik yang hendak dibeli, dan memeriksa izin dari Badan POMnya. Jadi kalau ada produk yang tidak ada izinnya, apalagi labelnya menggunakan bahasa asing semua, kalau bisa produk-produk seperti itu lebih baik dihindari," jelasnya.

Diskusi Merkuri Bikin Rugi adalah bagian dari rangkaian sosialisasi The Fourth Meeting of the Conference of Parties (COP-4) Konvensi Minamata Mengenai Merkuri, yang akan dilangsungkan di Bali pada tahun 2022. Bersamaan dengan penunjukan Indonesia sebagai tuan rumah, Presiden COP-4 Konvensi Minamata, Rosa Vivien Ratnawati ditunjuk sebagai Presiden COP-4 Konvensi Minamata. [FAQ]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.