Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Kendalikan Harga, Menteri Teten Bikin Koperasi Petani Bawang Di Ngajuk
Sabtu, 23 Oktober 2021 16:28 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Naik turunnya harga bawang secara liar, kerap kali membuat petani bawang merah menjerit di Nganjuk, Jawa Timur. Nah, untuk mengatasinya adalah dengan berkoperasi. Dengan begitu, harga bawang bisa terkendali.
Begitu kata Menteri Koperasi Dan UKM Teten Masduki dalam kunjungannya meninjau proses pembibitan benih bawang merah sekaligus sistem pergudangan di Nganjuk, Jawa Timur, Jumat (22/10).
Teten melihat, Nganjuk sebagai daerah kedua terbesar produk bawang merah setelah Brebes, justru banyak petaninya yang kurang sejahtera. Sebab, selama ini petani bawang merah dibiarkan sendiri-sendiri menjual hasil panennya di pasaran.
Kondisi ini membuat petani di tingkat bawah tak bisa bersaing dengan petani bermodal besar bahkan industri. Alhasil harga bawang anjlok.
Baca juga : Tekan Impor, Menteri Teten Luncurkan Cangkul Merah Putih Berlabel SNI Di Tulungagung
"Kami sudah siapkan timnya (bentuk koperasi). Ini kelembagaan dan model bisnisnya yang perlu kita perbaiki. Petani yang kecil-kecil ini perlu dikonsolidasikan dalam sebuah koperasi. Supaya posisi tawar menawar petani bisa lebih baik lewat kelembagaan koperasi," beber Teten.
Menurut dia, peran koperasi sebagai offtaker akan melakukan kesepakatan dengan industri atau buyer. Petani hanya perlu menjualnya ke koperasi dengan harga yang stabil. Koperasi nantinya juga harus memiliki teknologi pengolahan.
"Bawang merah ini salah satu penyumbang inflasi. Jadi ekonomi nasional kita juga bergantung pada harga bawang merah di bawah, yaitu tingkat petani. Jadi perlu sekali membuat harga itu stabil dan petani sejahtera," ujarnya.
Teten berjanji akan mengkolaborasikannya dengan Kementerian Pertanian (Kementan), Bank Indonesia (BI) dan Himbara (Himpunan Bank-bank Milik Negara) dari sisi pembiayaan, maupun lembaga lainnya.
Baca juga : Datang Ke KPK, Menteri Suharso Bahas Remunerasi Penegak Hukum
Karena di banyak negara, sambung Teten, yang berperan mengendalikan produksi dan harga-harga di tingkat petani adalah koperasi. Misalnya produksi susu di New Zealand yang dikelola koperasi besar dunia, Fontera menjadi offtaker bagi para peternak sapi, sehingga mereka tidak perlu repot mencari penjual. Kemudian Fontera juga yang mengurus dan mengolahnya.
"Saat kelebihan produksi bagaimana caranya tak memukul harga kemudain diolah. Jadi bisa menjadi penyelamat,” katanya.
Ketua Asosiasi Penangkar Benih Bawang Merah Nganjuk, Bambang Suparno menuturkan, sebenarnya sudah berdiri koperasi sejak 2016, namun tidak berjalan baik. Diakuinya, selama ini petani bawang merah kerap kali teriak ketika harga bawang jatuh saat panen, dan tak ada solusi untuk masalah itu.
“Ada sekitar 4 bulan, di bulan ke 7 sampai 11 panen melimpah dan produksi bagus, pasti harganya jatuh. Ketika tak produksi, stok terbatas dan harga melambung tinggi, konsumen menjerit. Prosesnya selalu berulang seperti itu. Mudah-mudahan dengan adanya koperasi yang profesional bisa teratasi masalah ini,” ucap Bambang.
Baca juga : KPK Tetapkan Bupati Kuansing Tersangka Korupsi Perizinan HGU Sawit
Ia juga berharap, adanya koperasi bisa membuka jalan bagi segala urusan petani. Mulai dari permodalan, akses pasar, hingga harga yang terkendali. “Sehingga ada pergerakan dari bawah. Petani tak lagi dipermainkan tengkulak, karena prosesnya langsung di-cut oleh koperasi. Akhirnya bisa membuat petani sejahtera,” ujarnya.
Ke depan, produksi bawang merah di Nganjuk tak hanya bisa fokus memenuhi kebutuhan bawang merah di dalam negeri, tetapi juga untuk pasar ekspor. Nganjuk juga harus bersaing dengan bawang merah impor dari tiga negara yaitu Thailand, Vietnam dan Filipina.
Plt Bupati Nganjuk Marhaen Djumadi menambahkan, kehadiran koperasi di tengah-tengah petani bawang merah Nganjuk, bisa menyelesaikan tiga permasalahan utama sekaligus. Pertama, masalah harga yang naik turunnya cukup drastis. Kedua, terkait minimnya akses pasar, dan ketiga dominasi para tengkulak.
“Harga pasar ini didominasi tengkulak. Kalau petani modal besar bisa menimbun tak masalah. Lah kalau petani modal kecil ini mikir hari ini makan apa, mau dijual harganya jatuh. Maka disinilah peran koperasi dengan menciptakan kestabilan harga,” imbuhnya di kesempatan yang sama. [DWI]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya