Dark/Light Mode

Kearifan Lokal Dorong Moderasi Beragama dengan Kedepankan Toleransi

Senin, 22 April 2024 14:55 WIB
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat Iip Hidajat. (Foto: Istimewa)
Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat Iip Hidajat. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Meskipun Idul Fitri telah usai, semangat persaudaraan dan kerukunan yang didapat setelah merayakannya masih terasa. Ketupat, makanan yang identik dengan hari raya, ternyata menyimpan makna filosofis tentang semangat persatuan dan kesatuan Indonesia. Artinya, tradisi kearifan lokal mampu mendorong moderasi beragama dengan mengedepankan toleransi.

Membahas relevansi budaya dan tradisi kearifan lokal dengan persaudaraan sesama manusia, Ketua Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Barat Iip Hidajat menjelaskan, kata “ketupat” memiliki banyak arti yang mendalam.

“Ketupat berasal dari kata ‘kupat’ dan memiliki arti ganda yakni ‘ngaku lepat’ (mengakui kesalahan) dalam Bahasa Sunda dan ‘laku papat’ (empat tindakan) dalam Bahasa Jawa. Empat tindakan yang dimaksudkan antara lain: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar) dan laburan (menyucikan diri),” terang Iip, Senin (22/4).

Menurut Iip, ketupat pernah digunakan Sunan Kalijaga dalam penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Selain itu, ketupat juga telah membudaya sebagai sarana penyambung tali silaturahmi dan persaudaraan. Maka dari itu, sangat erat kaitannya antara ketupat dengan anjuran silaturahmi dalam Islam.

Baca juga : Demokrasi Mengamanatkan Nilai-nilai Pancasila

Akademisi dan pemerhati isu toleransi antar golongan ini juga menggarisbawahi proses akulturasi budaya ketupat dengan ajaran Islam di Indonesia. Dia mengatakan, produk dari akulturasi tersebut memiliki pengaruh positif pada kerukunan masyarakat Indonesia.

“Terlebih lagi, bahwa di Indonesia, ketika suatu agama merayakan hari besar keagamaannya maka seluruh unsur masyarakat turut merasakan kebahagiaan dan keberkahannya,” imbuhnya.

Mengingat beragamnya hari besar keagamaan yang ada di Indonesia, Iip berujar bahwa masing-masing wilayah di Indonesia punya ciri khas dalam menyemarakkan perayaannya. Misalnya saja, Di Kuningan, Jawa Barat, ada upacara tahunan keagamaan dari agama kepercayaan yang dikenal dengan istilah Seren Taun. Upacara ini adalah bentuk syukur masyarakat setempat atas segala macam keberkahan yang berlangsung selama setahun penuh, terutama pada sektor pertanian yang dihitung berdasarkan kalender dari kebudayaan Sunda.

“Dalam pelaksanaannya, Upacara Seren Taun sudah menjadi agenda tahunan dan daya tarik pada aspek kebudayaan dan kepercayaan bagi para wisatawan yang mengunjungi wilayah Kuningan, Jawa Barat,” ujar Iip.

Baca juga : Indonesia Intensifkan Diplomasi, Dorong Deeskalasi Ketegangan Di Timur Tengah

Menurutnya, dari upacara ini dapat terpancar bahwa tradisi lokal mampu mendorong modernisasi beragama dengan mengedepankan rasa toleransi, melalui perwujudan syukur kepada Sang Pencipta. Rasa syukur atas segala keberkahan dan rezeki yang diterima, serta kenyamanan dalam hidup berdampingan dan kedamaian, adalah maksud yang ingin dicapai dari Upacara Seren Taun.

“Kita juga perlu melihat fenomena sosial yang ada, melalui Upacara Seren Taun yang dilaksanakan secara rutin, menandakan adanya penerimaan dan toleransi yang tinggi pada wilayah Kuningan (Paseban), Jawa Barat, kendati tidak semua masyarakatnya menganut agama kepercayaan,” ungkap Iip.

Dia melanjutkan, memang di banyak wilayah Indonesia belum tentu ada budaya atau kearifan lokal yang khusus yang dilakukan saat Idul Fitri dalam rangka membendung intoleransi dan radikalisme. Namun, budaya yang umum dilaksanakan seperti memberikan parsel atau bingkisan Lebaran serta mengundang masyarakat untuk berkunjung atau dikenal dengan istilah open house di saat Idul Fitri, menjadi salah satu kebiasaan yang dapat memupuk rasa kebersamaan dan deradikalisasi di masyarakat.

Iip berharap agar perayaan Idul Fitri yang dipadukan dengan budaya lokal sesuai dengan daerah masing-masing, dapat meningkatkan semangat toleransi antar golongan masyarakat.

Baca juga : Indonesia Minta Dewan Keamanan PBB Segera Bertindak

“Perayaan Idul Fitri di mana pun tempatnya, dan bagaimana pun tradisinya, selayaknya menjunjung tinggi kebersamaan dalam hal kebaikan dan muhasabah diri. Kesemuanya diniatkan untuk menjadi pribadi yang lebih baik sesuai perintah agama, serta selalu menjalin silaturahmi antar sesama manusia. Dengan begitu, semangat toleransi akan tetap terjaga,” pungkas Iip.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.