Dark/Light Mode

Pahlawan Iklim Indonesia-AS Bicara Di Forum FPCI

Selamatkan Lingkungan Tanpa Korbankan Ekonomi

Kamis, 2 Desember 2021 12:45 WIB
Pahlawan Iklim Indonesia-AS Bicara Di Forum FPCI Selamatkan Lingkungan Tanpa Korbankan Ekonomi

RM.id  Rakyat Merdeka - Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) kembali mengadakan Climate Heroes. Program bulanan ini menghadirkan dua tokoh iklim yang masing-masing berasal dari Indonesia dan Amerika Serikat, membahas isu-isu seputar perubahan iklim.

Diskusi Climate Heroes bulan ini bertajuk “Why the Environment and the Economy is Not a Zero Sum Game” (Menyelamatkan Lingkungan Tanpa Harus Mengorbankan Ekonomi), digelar secara virtual pada Selasa (30/11/2021) malam.

Baca juga : Persib Vs Madura United, Maung Bandung Siap Amankan Posisi 3 Besar

Prof Emil Salim, Menteri Negara Lingkungan Republik Indonesia pertama (1978–1993), menjadi ‘Pahlawan Iklim’ Indonesia. Sementara ‘Pahlawan Iklim’ dari Amerika Serikat adalah Rachel Kyte, Penasihat Sekretaris Jenderal PBB dalam Aksi Iklim (United Nations Secretary General Advisor on Climate Action).

Kedua pembicara membahas mengenai akar masalah dari perspektif, bahwa Pemerintah seakan harus memilih antara memulihkan ekonomi dan menggiatkan aksi iklim yang lebih baik.

Baca juga : Indonesia-Singapura Tingkatkan Kerja Sama Penanganan Covid-19

Emil menegaskan, situasi kini yang kian tidak menentu, menciptakan dilema bagi Pemerintah, untuk memprioritaskan penanganan Covid-19 dan krisis iklim. Yang keduanya sama-sama sangat membutuhkan dana besar. Padahal, kucuran dana tersebut sangat tipis dalam krisis global saat ini. Hal ini yang sangat menghambat transisi hijau di banyak negara, terutama negara berkembang.

Tokoh lingkungan hidup internasional penerima penghargaan The Leader for the Living Planet Award dari World Wide Fund (WWF) ini menegaskan, kini dibutuhkan kegiatan untuk bergerak ke energi bersih dan emisi gas rumah kaca nol bersih.

Baca juga : Bukan Tempur, Tapi Utamakan Isi Dapur

“Persoalannya, bagaimana memobilisasi dana untuk membiayai kebutuhan perubahan energi berstruktur batubara, untuk mendorong energi terbarukan,” ujar Emil.

Sementara Rachel Kyte, yang juga merupakan Dekan Fletcher School, Amerika Serikat (AS) menambahkan, terdapat beberapa masalah fundamental, seperti struktur lembaga internasional yang harus diperbaiki dan dibuat lebih relevan untuk menjawab sejumlah isu, salah satunya krisis iklim.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.