Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

G20 Tak Boleh Lumpuh Di Masa Presidensi RI, Jangan Lupa Gaet China

Minggu, 3 April 2022 20:33 WIB
Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal (Foto: YouTube)
Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal (Foto: YouTube)

RM.id  Rakyat Merdeka - Pendiri dan Ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina telah berdampak besar bagi G20.

Wajar, jika marak pertanyaan dan perdebatan, mengenai keanggotaan Rusia dalam kelompok 20 negara perekonomian terbesar di dunia.

"Apakah G20 akan tetap menjadi G20? Atau menjadi G19 tanpa Rusia? Atau bahkan menjadi G13, tanpa G7? Atau bubar menjadi G0?" kata Dino melalui kanal YouTube Sekretariat FPCI. 

Apa pun perkembangan yang terjadi, Dino meyakini, G20 tidak akan sama seperti sebelumnya.

"G20 kini sedang sakit. Terpecah-belah. Kalau tidak hati-hati, bisa menjadi disfungsional," ucap mantan Wakil Menteri Luar Negeri di masa pemerintahan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Baca juga : Sesuai Tugas Presidensi, RI Undang Semua Anggota Ke KTT G20 Bali

Dino menjelaskan, dalam tubuh G20, negara-negara G7 yang terdiri dari Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat kompak menentang kehadiran Rusia.

Negara-negara MIKTA (Meksiko, Indonesia, Korea Selatan, Turki, dan Australia), juga sudah retak karena Perdana Menteri Australia Scott Morrison menentang kehadiran Presiden Rusia Vladimir Putin di KTT G20 Bali.

Sementara negara-negara BRICS (Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan), tampaknya juga akan menentang upaya mengeluarkan Rusia dari G20.

Sedangkan negara-negara Amerika Latin seperti Argentina, Meksiko dan Arab Saudi dan Korea Selatan masih belum diketahui posisinya. Meski, seperti halnya Indonesia, mereka semua mendukung Resolusi Majelis Umum PBB yang mengecam Rusia.

Tak Mau Semeja Dengan Putin

Baca juga : Reisa: Jangan Euforia!

Untuk diketahui, 14 dari total negara G20 mendukung Resolusi Majelis Umum PBB, yang menentang invasi Rusia ke Ukraina.

11 negara tersebut bahkan menjadi co-sponsored resolusi tersebut.

"Yang perlu dicermati, suasana politik dalam tubuh G20 kini menjadi sangat buruk. Pertikaian geopolitik antara Barat dan Rusia semakin tajam. Sanksi ekonomi juga semakin gencar," terang Dino.

Dia menegaskan, pemimpin-pemimpin negara Barat di G20 tidak mau duduk semeja dengan Presiden Putin.

Menurutnya, kalau Rusia berhasil menaklukkan Ukraina dalam beberapa minggu atau bulan, pertikaian Rusia dan Barat akan semakin memuncak.

Baca juga : Di Eropa Kasus Covid Naik Lagi, Jangan Sampai Masuk Sini

Dan kalaupun ada perdamaian di Ukraina, pertikaian antara Barat dan Rusia juga akan terus berlanjut. Karena sudah menjadi konflik strategis dan sistemik.

"Saya yakin, invasi Rusia ke Ukraina akan dicatat sejarah sebagai sebuah kesalahan besar. Sama seperti invasi Irak ke Kuwait pada tahun 1990, dan invasi AS ke Irak pada 2003. Saya juga yakin, sejarah Rusia juga akan mencatat invasi ini sebagai suatu tindakan salah langkah. Yang tak hanya mengakibatkan destabilisasi dunia, tetapi juga merugikan Rusia sendiri," jelas Dino.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.