Dark/Light Mode

G20 Tak Boleh Lumpuh Di Masa Presidensi RI, Jangan Lupa Gaet China

Minggu, 3 April 2022 20:33 WIB
Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal (Foto: YouTube)
Pendiri dan Ketua FPCI Dino Patti Djalal (Foto: YouTube)

 Sebelumnya 
Hal Sakral Dilanggar

Invasi Rusia juga mengusik jati diri Indonesia sebagai bangsa yang mencintai kemerdekaan, kedaulatan, perdamaian, persatuan bangsa, demokrasi, dan kemanusiaan.

"Semua hal yang sakral bagi kita ini, jelas dilanggar Rusia di Ukraina. Lantas bagaimana dengan nasib G20? Walaupun G20 sedang kisruh, Indonesia sangat berkepentingan menjaga G20," tutur Dino.

Sebagai negara yang memiliki andil melahirkan proses KTT G20 pada tahun 2008, Dino menilai, Indonesia memiliki kepentingan untuk menjaga agar G20 tetap utuh dan tidak runtuh.

Kenapa? Karena saat ini Indonesia juga sedang berada dalam situasi perjuangan besar menghadapi agenda berat internasional. Yaitu pemulihan ekonomi, pandemi, dan perubahan iklim.

Baca juga : Sesuai Tugas Presidensi, RI Undang Semua Anggota Ke KTT G20 Bali

Semuanya mutlak memerlukan kehadiran dan kerja sama G20.

Negara-negara G20 mencakup 85 persen dari ekonomi dunia, tiga perempat perdagangan dunia, dua pertiga dari total penduduk bumi, dan 80 persen emisi global.

Sehingga, secara global, kesepakatan yang diambil G20 jauh lebih berdampak dibanding Resolusi PBB atau ASEAN.

Jangan Lumpuh

Kalau G20 lumpuh, maka solusi terhadap masalah-masalah dunia ini akan semakin rapuh. Karena itulah, G20 menjadi ujian terberat bagi diplomasi Indonesia.

Baca juga : Reisa: Jangan Euforia!

"Jangan sampai, sejarah mencatat, G20 lumpuh dalam masa Presidensi Indonesia. Kita pasti akan ditarik-tarik ke berbagai arah," cetus Dino.

Sebagai Presiden G20, Dino menyarankan Indonesia untuk memperhatikan pandangan semua anggota G20. Meski G20 adalah forum ekonomi, faktor politik tampaknya akan banyak mempengaruhi.

Modal Politik

Untuk menjaga G20, Dino mengatakan, Indonesia harus bisa memanfaatkan modal politik dan diplomatik. Baik terhadap negara Barat, Rusia, China, dan sesama middle powers.

"Kita masih punya modal politik dengan Rusia. Karena walaupun mendukung resolusi PBB yang keras terhadap Rusia, Indonesia tidak menerapkan sanksi terhadap Rusia," urai Dino.

Baca juga : Di Eropa Kasus Covid Naik Lagi, Jangan Sampai Masuk Sini

"Hubungan bilateral Jakarta-Moskow juga masih normal," sambungnya.

Dino menekankan, Indonesia perlu menjaga, agar pembahasan dalam pilar-pilar G20 terus bergerak. Seperti Business20, Civil20, Urban20, Labor20, ThinkTank20, Science20, Parliament20, Youth20, Woman20.

Tak kalah penting, Dino menganjurkan Presiden Jokowi, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi melakukan zoom diplomacy. Yaitu lobi melalui telekonferensi secara intensif, dengan pemimpin G20 lainnya, untuk mencari formula yang dapat menjaga keutuhan G20.

"Solusi keutuhan G20 harus dirintis sejak awal. Jangan telat menunggu situasi semakin tak terkendali. KTT ASEAN-AS pada pertengahan tahun ini, juga perlu dimanfaatkan Presiden Jokowi untuk meyakinkan Presiden AS Joe Biden secara bilateral," tegas Dino.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.