Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Dubes Sulis Ungkap Peluang Baru Di Korsel
RI Berpotensi Isi Pasar Batubara Dan Minyak Sawit
Jumat, 3 Juni 2022 08:05 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Indonesia bisa mengisi peluang baru di Korea Selatan (Korsel), di tengah kondisi perang Rusia-Ukraina. Antara lain, memasok kebutuhan batubara dan minyak sawit.
Hal ini disampaikan Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Korsel Gandi Sulistiyanto Soeherman.
“Kita akan coba langsung masuk ke Korsel, karena volumenya saat ini masih sedikit,” ungkap Dubes yang akrab disapa Sulis itu kepada wartawan peserta program The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea, di Seoul.
Selain itu, lanjut mantan Chief Executive Officer (CEO) PT Asuransi Jiwa Eka Life (Sinar Mas MSIG Life) ini, karena banyak pabrik Korsel yang berinvestasi di Indonesia, dia mengupayakan, agar barang-barang jadinya, juga bisa diekspor kembali dari Indonesia ke Korsel.
Ini semua, menurutnya, akan menjadi kumulatif dari sisi perdagangan. Ditambah lagi nanti dengan adanya Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), yang masih digodok di DPR.
Baca juga : Gus Falah: Puan Selalu Berhasil Emban Tugas Dan Menang
“Kalau CEPA sudah ditandatangani DPR, akan ada ribuan barang yang tidak perlu lagi bea masuk, dari dan ke Korsel,” jelas pria yang menghabiskan satu dekade awal kariernya di perusahaan otomotif Astra International ini.
Sulis menargetkan DPR sudah menandatanganinya pada semester pertama tahun ini. “Saya akan dorong lagi. Lebih cepat lebih baik,” tegasnya.
Terkait energi baru terbarukan, Sulis mengingatkan kembali pada tiga prioritas utama G20. Yaitu arsitektur kesehatan global, transformasi digital ekonomi dan transisi energi ke energi baru terbarukan.
“Ini juga prioritas saya. Saya akan kejar ketiganya menjadi sebuah deliverable program dari G20 Indonesia, yang saya selalu monitor dari waktu ke waktu,” tegas alumni jurusan Advanced Management Program (AMP) di Harvard Business School, Amerika Serikat ini.
Sulis menjelaskan, terkait energi baru terbarukan, energi matahari merupakan andalan di Korsel. Sementara di Indonesia, juga mulai menerapkannya, meski menurutnya masih ditemui sejumlah kendala aturan.
“Hambatan atau kendala ini jadi PR kita bersama,” ingatnya. Padahal, ungkap Sulis, semua investor dari Korsel sudah bersiap bikin panel surya.
Tentunya dengan pembatasan-pembatasan atau syarat tertentu, yang sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) misalnya. Termasuk terkait materi-materi lokalnya.
Lebih jauh, Sulis menyinggung pertemuan puncak pertama antara Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden dengan Presiden Korea Selatan (Korsel), Yoon Suk-yeol pada Sabtu, 21 Mei lalu, di Kantor Kepresidenan di Yongsan, Seoul.
Menurutnya, di pertemuan itu AS mempromosikan Pacific Forum, dimana Indonesia juga akan terlibat. Tapi, ujar Sulis, karena hanya sebuah forum, maka tidak ada aspek legal yang mengikatnya (legal binding).
Berbeda dengan The Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) misalnya, karena ada legal binding-nya, yang juga harus diratifikasi DPR.
Baca juga : Cek Harga Sembako, Puan Berpotensi Besar Didukung Suara Emak-emak
The Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea diikuti 10 wartawan Indonesia. Yakni Muhammad Rusmadi (Rakyat Merdeka/ RM.id), Adhitya Ramadhan (Kompas), Ana Noviani (Bisnis Indonesia), Desca Lidya Natalia (Antara), Dian Septiari (The Jakarta Post), Idealisa Masyrafina (Republika), Laela Zahra (Metro TV), Riva Dessthania (CNN Indonesia), Suci Sekarwati (Tempo) dan Tanti Yulianingsih (Liputan6.com).
Indonesian Next Generation Journalist Network on Korea merupakan wadah bagi para jurnalis profesional Indonesia, untuk mendapatkan wawasan yang lebih mendalam tentang hubungan Indonesia-Korea, yang masih kurang terjamah karena keterbatasan akses informasi.
Program ini juga merupakan kerja sama antara Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), yang didirikan dan dipimpin Dr Dino Patti Djalal, dengan Korea Foundation (KF).[RUS]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya