Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Tarik Pasukan Dari Suriah, Trump Dipuji Dan Dikritik

Sabtu, 22 Desember 2018 14:35 WIB
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (Foto: IG @realdonaltrump)
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump (Foto: IG @realdonaltrump)

RM.id  Rakyat Merdeka - Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik sebagian besar pasukannya di Suriah, mendapat sambutan hangat dari Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun sekutu mengkritisi, sebab teror belum berakhir.

Trump belum menyebut kapan pastinya pasukannya akan dipulangkan dari Suriah. Ada sekitar 2.000 tentara AS di sana. Putin berharap pasukan AS bisa ditarik sesegera mungkin. 

“Keputusan AS menarik pasukannya sudah sangat benar. Langkah yang tepat usai mendapatkan kemenangan dari pasukan teroris adalah mengembalikan kepada pasukan negara berdaulat itu, "ujar Putin. 

Kamis malam (20/12), Kementerian Luar Negeri Rusia sudah mengeluarkan pernyataan dukungan pada keputusan AS. Juru bicara Kemlu Rusia Mariza Zakharova menyebut, langkah Trump sangat penting. Apalagi pasukan AS telah hadir di Suriah secara ilegal, tanpa adanya undangan dari Pemerintah Suriah dan tanpa resolusi Dewan Keamanan (DK) PBB. 

Turki juga mendukung langkah Trump. Turki diuntungkan jika AS benar-benar menarik pasukannya dari Suriah. Itu terkait kebijakan mereka untuk menyerang milisi Kurdi. Milisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) selama ini merupakan salah satu daya tempur aliansi Pasukan Demokratik Suriah (SDF).

Adapun SDF beraliansi dengan AS untuk menggempur kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Persekutuan dengan SDF disebut membuat Ankara meradang. Pasukan YPG, yang dianggap Turki sebagai kelompok teroris. 

Sementara itu, Pemerintah Prancis dan Inggris mengkritisi keputusan Trump. Mereka menganggap meski pasukan teroris sudah berhasil didepak dari Suriah, bukan berarti ancaman teror berhenti di sana. “Masih banyak hal yang harus dilakukan.

Hilangnya kekuatan teroris di Suriah bukan akhir dari koalisi mereka secara global. Kita harus terus bekerja untuk menghapus mereka dari muka bumi, ”bunyi pernyataan Kementerian Luar Negeri Inggris, kemarin.

“Kelompok Negara Islam (ISIL/ISIS) mungkin sudah dilemahkan di satu tempat. Tapi kita velum menghapus keberadaan mereka sampai akar-akarnya, ”kicau Menteri Pertahanan Prancis Florence Parly dalam akun Twitternya. Menteri Prancis untuk Uni Eropa Nathalie Loiseau menegaskan bahwa pasukan Prancis akan tetap berada di Suriah.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga menyuarakan kekhawatirannya mengenai keputusan Trump. Dia curiga pasukan pemberontak dari Iran akan kembali ke Suriah dan mengganggu ketenangan di sana. “Kami akan tetap bersiap dengan serangan dari pasukan Iran, terutama pasukan Hizbullah. Mereka masih tersebar di dekat Suriah. ”tandas Netanyahu, dilansir Channel News Asia. [DAY]
 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.