Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Jiang Zemin, Mantan Pemimpin China Meninggal Dalam Usia 96

Rabu, 30 November 2022 16:36 WIB
Jiang Zemin (Foto: Reuters via CNN)
Jiang Zemin (Foto: Reuters via CNN)

RM.id  Rakyat Merdeka - Jiang Zemin, pemimpin komunis China yang membuka jalan bagi kemunculan Negeri Tirai Bambu sebagai negara adidaya global, meninggal dunia di Shanghai karena leukemia dan kegagalan multiorgan dalam usia 96 tahun, Rabu (30/11).

Xinhua menyebut, Jiang meninggalkan seorang istri, dua putra dan dua cucu.

Setelah dijauhi oleh Barat setelah tragedi Tiananmen pada 1989,  Jiang berhasil mengantar China mengintegrasikan diri ke dalam komunitas internasional.

Baca juga : Kemenperin Maksimalkan Penggunaan Produk Dalam Negeri

Negara berpenduduk terbanyak di dunia itu, berhasil mendapatkan kembali kedaulatan atas Hong Kong, dan memenangkan tawaran untuk menjadi tuan rumah Olimpiade 2008 di Beijing. Terpenting, bisa bergabung dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

"Itu mungkin merupakan katalis kunci untuk lonjakan pertumbuhan besar, dari pertumbuhan dua digit selama satu dekade atau lebih," kata Robert Lawrence Kuhn, penulis biografi tahun 2005: “The Man Who Changed China: The Life and Warisan Jiang Zemin.”

Namun, banyak juga pengamat yang melihat pemerintahan Jiang menabur begitu banyak benih korupsi, yang memicu ketidakpuasan besar-besaran hingga hari ini.

Baca juga : Basarah: Prof. Haedar Pemimpin Sejuk Dan Mengayomi

CNN International menyebut, Jiang menggembar-gemborkan manfaat dari "setiap orang menghasilkan uang secara diam-diam", di tengah penekanan yang terus berlanjut pada aturan satu partai, alih-alih reformasi politik.

Jiang yang awalnya dianggap sebagai tokoh transisi, relatif kurang dikenal, ketika ia dipilih menjadi Pemimpin Partai Komunis China pada tahun 1989 oleh pemimpin tertinggi saat itu, Deng Xiaoping. 

"Jiang adalah sosok yang kontradiktif dan pemimpin yang tidak disengaja,” kata Pin Ho, pendiri dan CEO Mirror Media Group, penerbit buku dan situs web berbahasa Mandarin berpengaruh di New York, yang fokus pada politik China.

Baca juga : Aktor Lawas Rudy Salam Meninggal Dalam Usia 73

"Jiang boleh saja mengagumi dan menghormati budaya Barat. Tetapi, dia juga harus hidup dalam sistem politik China. Jiang tidak siap menjadi pemimpin yang berpikiran baik dan visioner,” beber Pin Ho.

“Dia hanya memperpanjang kekuasaan Deng, dengan menjalankan kebijakannya," imbuhnya.

Kebijakan tersebut berfokus pada liberalisasi ekonomi dan globalisasi, yang mengarah pada peningkatan standar hidup serta kesenjangan kekayaan yang melebar. Dengan tetap mempertahankan cengkeraman besi partai atas urusan politik, ideologi, dan militer. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.