Dark/Light Mode

Sedihnya, Korban Gempa Suriah Kesulitan Dapat Bantuan

Kamis, 9 Februari 2023 23:26 WIB
Warga berdiri di depan sebuah bangunan yang runtuh setelah gempa di kota Jandaris, yang terletak di pedesaan kota barat laut Suriah, Afrin, Provinsi Aleppo yang dikuasai oposisi. (Foto AFP/ Rami al Sayed)
Warga berdiri di depan sebuah bangunan yang runtuh setelah gempa di kota Jandaris, yang terletak di pedesaan kota barat laut Suriah, Afrin, Provinsi Aleppo yang dikuasai oposisi. (Foto AFP/ Rami al Sayed)

RM.id  Rakyat Merdeka - Bantuan kemanusiaan dari banyak negara dan organisasi internasional sudah berdatangan untuk korban gempa Turki. Sayangnya, negara tetangganya, Suriah, yang juga merasakan dampak buruk gempa berkekuatan Magnitudo 7,8 itu, sulit menerima bantuan.

Diberitakan CNN, kemarin, bantuan kemanusiaan sulit masuk Suriah bukan dikarenakan medan yang sulit pasca gempa. Tapi situasi politik di Suriah yang membuat aliran bantuan sulit masuk.

Beberapa wilayah di Suriah dikuasai kelompok yang berbeda. Sejumlah kawasan yang paling terkena dampak gempa dikendalikan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Yang lain dikuasai pasukan oposisi yang didukung Turki dan Amerika Serikat, pemberontak Kurdi, dan pejuang Islam Sunni.

Baca juga : Papdesi Sulsel Perkuat Ketahanan Dan Kesejahteraan Desa

Idlib, salah satu kubu oposisi terakhir Suriah, dikendalikan Hayat Tahrir al-Sham (HTS), sebuah kelompok Islam Sunni bersenjata.

Pemerintah Assad dikesampingkan secara internasional dan mendapat sanksi berat karena penindasan brutal terhadap pemberontakan yang dimulai pada 2011. Rezim Assad bersikeras, semua bantuan gempa untuk Suriah harus diarahkan ke Damaskus.

Para aktivis dan pengamat tak terima. Pasalnya mereka khawatir, rezim dapat menghambat bantuan tepat waktu untuk ribuan korban gempa di daerah yang dikuasai oposisi. Menurut PBB, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.

Baca juga : Kaia Gerber, Kesepian Saat Merintis Karier

Sejauh ini, Uni Emirat Arab, Irak, Iran, Libya, Mesir, Aljazair, dan India telah mengirimkan bantuan langsung ke bandara yang dikontrol rezim. Negara lain seperti Afghanistan yang dikuasai Taliban, Arab Saudi, Qatar, Oman, China, Kanada dan Vatikan telah menjanjikan bantuan, meskipun tidak jelas apakah bantuan itu akan dikirim langsung ke rezim tersebut.

Pada Rabu (8/2), pemerintaham Assad mengatakan, telah mendirikan lebih dari seratus tempat penampungan yang dilengkapi dengan pasokan bantuan bagi mereka yang terkena dampak gempa di seluruh wilayah yang dikuasai pemerintah. Wilayah itu termasuk di kota Aleppo, Hama, Homs, Tartus dan Latakia, yang memiliki jumlah kematian gempa tertinggi yang dihitung di Suriah. Dan, lebih dari 100 bangunan runtuh.

Sebelumnya, Suriah telah dituduh bermain politik dengan bantuan kemanusiaan pasca gempa. Hal ini muncul setelah Duta Besar Suriah untuk PBB, Bassam Sabbagh, mengatakan, negaranya harus bertanggung jawab atas pengiriman semua bantuan ke Suriah, termasuk daerah-daerah yang tidak berada di bawah kendali rezim Assad. 

Baca juga : Kenapa Gempa Turki Sangat Mematikan

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres meyakinkan banyak negara bahwa badan tersebut akan melakukan semua yang dapat membantu Suriah menangani situasi yang sangat sulit ini.

Hingga Kamis (9/2), korban jiwa gempa Turki dan Suriah terus bertambah. Setidaknya sudah ada lebih dari 12.000 orang yang terkonfirmasi tewas.

Berdasarkan data resmi dari pemerintah setempat dan tim medis, sebanyak 9.057 orang telah tewas di Turki dan setidaknya sebanyak 3.042 tewas di Suriah akibat gempa berkekuatan magnitudo 7,8 yang terjadi pada Senin (6/2). Total kematian telah mencapai 12.099 dan berpotensi berlipat ganda.***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.