Dark/Light Mode

Dubes Penny Williams Gambarkan Tantangan Ekonomi Australia Di Kampus UI

Rabu, 29 November 2023 06:01 WIB
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams menerima tanda mata dari Chief Executive Officer Economix FEB UI Unix Bryan Sadikin, di Gedung Purnomo Prawiro Hall Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (27/11/2023). (Foto NG Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka/RM.id)
Duta Besar Australia untuk Indonesia Penny Williams menerima tanda mata dari Chief Executive Officer Economix FEB UI Unix Bryan Sadikin, di Gedung Purnomo Prawiro Hall Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Senin (27/11/2023). (Foto NG Putu Wahyu Rama/Rakyat Merdeka/RM.id)

RM.id  Rakyat Merdeka - Duta Besar (Dubes) Australia untuk Indonesia, Penny Williams, mengisi kuliah umum di Universitas Indonesia (UI), Depok, Senin (27/11/2023). Acara itu bertajuk ‘International Seminar: 21st Economix, Global Economic Challenge.’

Dubes perempuan itu memaparkan perkembangan ekonomi Australia, serta tantangan perubahan iklim (climate change) dalam ekonomi dunia. Menurutnya, 14,13 persen komposisi perekonomian Australia berasal dari pertambangan.

Pasar ekspor terbesar Australia adalah ke China, diikuti Jepang. Australia juga merupakan produsen batubara. Williams tidak menampik bahwa Negeri Kanguru masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Sedangkan saat ini dibutuhkan lebih banyak ekonomi hijau (green economy) untuk mengatasi perubahan iklim.

Baca juga : Penarikan Cukai Plastik Dikhawatirkan Turunkan Pertumbuhan Ekonomi

“Merupakan tantangan bagi semua pemerintahan untuk memiliki ekonomi yang lebih ramah lingkungan, sementara juga menjaga pasar global tetap terbuka,” kata Williams.

Menurut Williams, permasalahan-permasalahan tersebut juga ada dalam kaitannya dengan politik, keseimbangan politik, keseimbangan wilayah, kompleksitas eksplorasi ekonomi yang ingin dilakukan suatu negara.

Dubes Williams mengatakan, kompleksitas tantangan ekonomi di Indonesia kemungkinan juga terjadi di Australia. Dia menjelaskan, suatu negara harus sangat berhati-hati untuk menjaga keseimbangan agar ekonomi tidak tergelincir, namun juga harus mampu mengupayakan sesuatu yang bisa mengatasi tantangan iklim.

Baca juga : Dubes Rusia Tawarkan Pembangunan Energi Nuklir Di IKN

“Sebab itu, tidak ada satu negara pun yang bisa mengatasi tantangan iklim tersebut sendiri,” tuturnya.

Australia telah bekerja sama dengan Indonesia dalam hal green economy dan merespons perubahan iklim. Australia dan Indonesia telah menandatangani kemitraan senilai 200 juta dolar Australia (sekitar Rp 2 triliun) untuk mengatasi perubahan iklim dan infrastruktur. Kerja sama ini mencakup komponen pendanaan.

Pekan lalu, Menteri Perindustrian Australia, Ed Husic datang ke Indonesia untuk ketiga kalinya dalam 18 bulan. Ia menandatangani nota kesepahaman mengenai kerja sama kendaraan listrik.

Baca juga : Iman Brotoseno Dorong TVRI Jatim Hadirkan Tayangan Pemilu Netral dan Damai

“Kami ingin berkolaborasi dan bekerja sama dengan Indonesia, serta mengatasi tantangan-tantangan tersebut, karena tidak ada satu pun kita yang mempunyai jawabannya sendiri,” ujarnya.

Seminar ini juga diisi Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Indonesia, Jusuf Kalla (JK). 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.