Dark/Light Mode

Ramadan Di Bawah Ancaman Bombardir Israel

Warga Gaza Kelaparan Dan Kedinginan Parah

Rabu, 13 Maret 2024 06:20 WIB
Asap membumbung tinggi selama operasi darat Israel di Khan Younis, seperti yang terlihat dari sebuah kamp yang menampung para pengungsi Palestina di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 11 Maret 2024. Foto: REUTERS/BASSAM MASOUD
Asap membumbung tinggi selama operasi darat Israel di Khan Younis, seperti yang terlihat dari sebuah kamp yang menampung para pengungsi Palestina di Rafah, di Jalur Gaza selatan, 11 Maret 2024. Foto: REUTERS/BASSAM MASOUD

RM.id  Rakyat Merdeka - Hari pertama Ramadan pada Senin (11/3/2024), warga Palestina di Jalur Gaza dihantui kelaparan dan penyakit. Mereka menggigil di tenda-tenda, di tengah ancaman bom yang bisa tiba-tiba menghantam.

Sudah lebih dari lima bulan pertempuran Israel dan Hamas berlangsung, sejak serangan 7 Oktober 2023. Lebih dari 31.000 warga Palestina meninggal du­nia. Namun tak ada tanda-tanda perang akan berakhir.

Banyak warga Gaza yang terus mencari korban selamat dan jenazah di antara puing-puing rumah yang hancur oleh gempuran Israel.

Baca juga : Cantik Berkerudung

Shalat tarawih pada Minggu (10/3/2024) malam diadakan di lapangan terbuka, di tengah puing-puing bangunan yang hancur. Warga Gaza, Palestina, menggelar shalat tarawih perta­ma Ramadan tahun ini di sekitar reruntuhan masjid Farouk, Rafah, Gaza Selatan. Masjid tersebut hancur akibat serangan Israel.

“Anda tidak melihat siapa­pun dengan kegembiraan di matanya,” kata warga bernama Sabah al-Hendi, dilansir Associ­ated Press, Senin (11/3/2024).

Sabah sedang berbelanja makanan di Kota Rafah, wilayah selatan Jalur Gaza. Ia mengatakan, keluarga di Palestina biasanya berbuka puasa setiap hari dengan suka cita. Namun tahun ini hanya ada makanan ka­leng yang tersedia dan harganya terlalu mahal bagi banyak orang.

Baca juga : Berkah Ramadan & Politik Sejuk

“Setiap keluarga sedih. Se­tiap keluarga memiliki seorang martir (kerabat yang meninggal dunia),” lanjutnya.

Sebuah laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), yang mengutip Kementerian Kesehatan di Gaza, menyebutkan, 25 orang meninggal karena kekurangan gizi dan dehidrasi. Kebanyakan dari mereka adalah anak-anak.

“Kita kehabisan waktu,” kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP), Cindy McCain, Senin (11/3/2024), dilansir Chan­nel News Asia.

Baca juga : 16 Tokoh Merasa Mega Bisa Reparasi Demokrasi

“Jika kita tidak secara ekspo­nensial meningkatkan jumlah bantuan yang masuk ke wilayah utara Gaza, kelaparan akan segera terjadi,” lanjutnya.

Laporan PBB juga melapor­kan kesulitan khusus dalam mengakses Gaza utara untuk pengiriman makanan dan bantu­an lainnya. “Kami tidak tahu apa yang akan kami makan untuk berbuka puasa,” kata Zaki Abu Mansour (63), di dalam tenda.

“Saya hanya punya tomat dan mentimun. Saya tidak punya uang untuk membeli apa pun,” curhatnya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.