Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Nilai Trump Presiden Terburuk dalam Sejarah Amerika

Mantan Pentolan FBI dan CIA Dukung Biden

Sabtu, 22 Agustus 2020 06:33 WIB
Mantan Direktur CIA, Michael V Hayden [Foto: Associated Press]
Mantan Direktur CIA, Michael V Hayden [Foto: Associated Press]

RM.id  Rakyat Merdeka - Calon Presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat Joe Biden didukung oleh mantan pentolan pejabat badan intelijen dan biro investigasi AS.

Mereka ini berasal dari Partai Republik. Namun, gegara dendam dengan Donald Trump, mereka pun banting stir dan balik mendukung Biden. Mereka menyebut Donald Trump korup dan tidak layak kembali menjabat presiden.

Kelompok yang menamakan diri Mantan Pejabat Keamanan Nasional Republik beranggotakan 73 orang terdiri atas beberapa pejabat senior di FBI dan CIA yang pernah bertugas saat pemerintahan presiden Ronald Reagan, George H.W Bush, George Bush dan Donald Trump.

Di antara mantan pejabat yang memastikan dukungan pada Biden antara lain pensiunan jenderal Michael Hayden yang pernah menjabat sebagai Direktur Keamanan Nasional dan Kepala CIA, William Webster bekas Kepala CIA dan FBI, John Negroponte bekas Direktur Pertama Intelijen Nasional, Michael Leiter bekas Direktur Pusat Kontraterorisme Nasional, dan Mike Donley bekas Sekretaris Angkatan Udara.

Para bekas atase keamanan Amerika Serikat dari Partai Republik itu juga beralasan, mereka memberikan dukungan kepada Biden karena kekecewaan pada Trump yang dinilai telah melupakan jasa beberapa anggota partainya sendiri. Terutama mereka yang pernah bekerja di intelijen serta para veteran kebijakan luar negeri AS.

Baca juga : Agar Proses Belajar Lancar, Kemenag Beri Bantuan Pesantren Rp 2,5 Triliun

"Trump telah menunjukkan bahwa dia tidak memiliki karakter dan kompetensi untuk memimpin bangsa ini dan telah terlibat dalam perilaku korup yang membuatnya tidak layak menjabat sebagai presiden," demikian pernyataan kelompok itu dikutip Reuters, Jumat (21/8).

"Kami menyimpulkan bahwa Donald Trump telah mengecewakan negara dan Joe Biden harus terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat berikutnya," lanjut pernyataan itu lagi.

Kelompok itu adalah salah satu dari sejumlah organisasi Partai Republik yang menentang pencalonan Trump dalam pemilihan presiden (pilpres) pada November 2020.

Secara kolektif, mereka keberatan dengan sejumlah langkah dan kebijakan Trump baik dalam maupun luar negeri. Mereka menyoroti penanganan Covid-19 di AS yang telah menginfeksi lebih dari 3,5 juta orang dan menewaskan lebih dari 170.000 orang. Isu lainnya yang tak kalah krusial yakni perang dagang dengan China, pemulihan ekonomi serta diskriminasi rasial.

Bob Tuttle, yang merupakan Direktur Personel di bawah pemerintahan Ronald Reagan dan duta besar untuk Inggris di bawah George W. Bush mengatakan, penanganan Trump terhadap krisis Covid-19 sangat buruk.

Baca juga : Kinerja 2019, Pertamina Tetap Sejajar dengan Perusahaan Kelas Dunia

"Dia adalah seorang narsis yang ganas dan pembohong. Dia manusia tercela dan presiden terburuk dalam sejarah Amerika," kata Tuttle.

Sebelumnya, Biden juga menyerukan warga AS untuk tidak memilih Trump dalam pilpres 3 November nanti. Dia beralasan kalau Trump lanjut memimpin empat tahun lagi, maka AS bakal makin terpuruk.

"Kalian tahu apa yang akan terjadi. Kasus dan kematian (akibat Covid-19) akan tetap tinggi. Usaha orang tua kalian akan tutup. Keluarga para kelas pekerja akan kesulitan, dan satu persen kelompok orang-orang kaya justru akan mendapat keleluasaan pajak jika undang-undang yang baru disahkan," ujar Biden, dalam pidato nominasi capres di hari terakhir Konvensi Nasional Partai Demokrat AS di Chase Center, Wilmington, Delaware, Kamis (20/8).

Biden juga mengatakan, pemerintahan Trump juga akan terus mencoba membatalkan pemberlakuan Undang-Undang Jaminan Kesehatan yang disahkan pada masa Presiden Barack Obama.

Dia mengumpamakan pilpres AS tahun ini adalah pertarungan untuk memperebutkan jiwa bangsa. "Izinkan kami dan kalian tetap berada di satu negara yang berlandaskan ketuhanan, bersatu dalam kasih sayang satu dengan lainnya di Amerika. Cinta lebih kuat dari kebencian, harapan lebih kuat dari ketakutan, dan cahaya lebih kuat daripada kegelapan.”

Baca juga : Hassan Rouhani: Iran Selalu Menang

“Ini adalah misi kita, ini adalah momentum kita. Masa kegelapan Amerika akan berakhir malam ini, sebagaimana cinta, harapan dan cahaya akan mengiringi dalam pertempuran memperebutkan jiwa bangsa. Dan kita pasti akan menang dan akan melakukannya bersama-sama," ujar Biden.

AS di masa pemerintahan Presiden Trump lanjutnya, masuk ke dalam pusaran kegelapan dan badai. "Sejarah telah memperlihatkan kita, bahwa Amerika tengah menghadapi empat kesulitan. Empat masalah dalam waktu bersamaan, ini bagaikan badai yang besar," ujar Biden.

Selain itu, Biden meminta para calon pemilih untuk mendukungnya. Dia dan calon Wakil Presiden Kamala Harris berjanji akan mampu melewati masa-masa kelam AS.

Pilpres AS akan digelar 3 November mendatang. Pasangan Joe Biden dan Kamala Harris diperkirakan bakal bersaing ketat dengan duet petahana Donald Trump-Mike Pence. Satu kandidat lagi adalah Jo Jorgensen yang diusung Partai Libertarian. DAY

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.