Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Curhat Seru Insinyur Wanita Pertama di Palang Merah Internasional

Dari Lebaran di Daerah Konflik, Sampai Masak Pakai Kotoran Sapi

Senin, 24 Mei 2021 23:49 WIB
Foto: Youtube Rakyat Merdeka TV.
Foto: Youtube Rakyat Merdeka TV.

RM.id  Rakyat Merdeka - Tidak mudah menjalani tanggung jawab di organisasi Palang Merah Internasional atau atau International Committee Of The Red Cross (ICRC), apalagi di wilayah konflik. Ini dialami Dining Tantri Samiyarsi Sonia Devi, insinyur perempuan pertama yang dipercaya ICRC.

Dining bertahun-tahun menjalani tugas sebagai Project & Water Habitat Engineer ICRC. Dia membuat water supply, baik sanitasi, maupun air bersih. Kepada RM.id dalam diskusi virtual beberapa waktu lalu, panjang lebar dia menceritakan kisah-kisah serunya yang penuh tantangan.

Dining menceritakan alasan menyukai tugas di berbagai negeri konflik. Mulanya, saat kuliah di Universitas Negeri Lampung, dia diberitahu temannya bahwa Palang Merah Internasional membutuhkan Insinyur hidrolik. Syaratnya, harus bisa bahasa Inggris.

"Pengen tapi dalam hati bilang aduh bahasa Inggris gue jelek banget. Tapi coba saja. Eh keterima. Di lapangan ketemu dengan warga dan perjalanan menuju lokasi saya senang travelling ternyata bisa saya nikmati," kisah Dining.

Tahun demi tahun dia lewati dengan petualangan. Pengalaman terbarunya, berlebaran seorang diri di tempat karantina, di Myanmar, negara yang suhu politiknya tengah panas. Loh kok bisa?

Baca juga : Hukuman Bagi Yang Mudik Lebaran, Kerasin Saja Pak!

Dining bertutur, pada bulan ramadan, dirinya sempat pulang ke Tanah Air. Dia baru terbang lagi menuju Myanmar pada 7 Mei. Transit di Kuala Lumpur. Tapi karena penerbangan yang terbatas, dua malam dia bermalam di sana.

Sampai Myanmar pada 9 Mei, Dining harus menjalani karantina selama 10 hari, sesuai aturan otoritas setempat untuk mencegah Covid-19. "Jadi pas tanggal 13 Mei, saya lebaran di dalam karantina hotel," ucapnya sambil tertawa.

Dining merayakan Lebaran seorang diri dengan bekal makanan yang dibawanya dari Tanah Air. "Sudah bawa makanan seperti balado teri, ada rendang juga, bawa nasi uduk juga, dibekukan. Juga kue nastar dan kastangel," imbuh dia.

Bersyukur, meski dakses internet Myanmar sangat terbatas, tapi di hotel ini dia masih bisa melakukan video call bersama kerabat dari Lampung tempat dia tinggal di Indonesia.

Selain di Myanmar, Dining juga pernah merayakan Lebaran di Kashmir, Pakistan. Menurutnya, suasana Idul Fitri di sana mirip dengan Indonesia. Makanan tradisional, dihampar di lantai. Semacam lesehan. Bedanya, tak ada takbiran. 

Baca juga : Kowani: Perempuan Indonesia Siap Masuki Era 5.0

Di Suriah pun, Dining pernah merayakan Lebaran. Dia bertugas di sana pada 2019-2020. "Di Suriah juga pernah, tapi cuma disuguhi kue-kue dan minuman saja. Persediaan ada, tapi ada beberapa bahan yang harganya naik karena perang. Tapi karena dianggap penting ya mereka beli untuk lebaran," beber Dining.

Beda kisahnya ketika dia ada di Afrika, tepatnya di Sudan. Dining menceritakan, suhu di sana sangat panas dan terik karena semi padang pasir. Sulit mencari pohon.

Karena itu, untuk memasak, warga di sana tidak mengandalkan kayu dari pohon. Tapi, mengandalkan kotoran sapi. Hah? Nggak salah? Iya, kotoran sapi.

"Mereka butuh api untuk membakar, tapi pohon jauh, jadi mereka kumpulkan kotoran sapi yang sudah kering dari berbagai area," tuturnya.

Kotoran sapi yang telah kering itu, dicampur sedikit ranting, disulut dengan api. Kemudian kotoran terus ditumpuk sampai membara seperti arang.

Baca juga : Militer Myanmar Tutup Bandara Internasional Yangon Sampai Mei

"Kemudian daging sapi yang baru dipotong potong kecil-kecil langsung ditaruh di atas di atas kotoran sapi yang membara itu," ungkapnya.

Tidak sampai di situ. Potongan-potongan daging itu kembali ditumpuk lagi dengan kotoran sapi. "Barangkali itu supaya cepat mateng ya atas atas bawah dikasih kotoran sapi. Jadi hasilnya ya seperti itu dagingnya warna hitam gosong," seloroh Daning.

Host RM.id Muhammad Rusmadi usil menanyakan rasa makanan itu kepada Dining. "Hmmm, rasanya… lupa, kaya pahit aja tuh, soalnya gosong," jawabnya sambil tertawa renyah. [JAR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.