Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

840 Tewas Empat Bulan Pasca Kudeta, Militer Myanmar Gagal Padamkan Demo

Rabu, 2 Juni 2021 19:57 WIB
Unjuk rasa hampir tiap hari terjadi di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari 2021. (Foto AFP/STR)
Unjuk rasa hampir tiap hari terjadi di Myanmar sejak kudeta militer 1 Februari 2021. (Foto AFP/STR)

RM.id  Rakyat Merdeka - Empat bulan sejak kudeta, aksi demonstrasi anti junta militer terus terjadi di Myanmar. Meski kerap melakukan tindakan represif terhadap para demonstran, militer gagal menghentikan unjuk rasa tersebut. Selama itu, kelompok aktivis menyebut, pasukan keamanan telah menewaskan 840 orang. Sedangkan pemimpin Junta Jenderal Min Aung Hlaing mengatakan, jumlah korban mendekati 300.

Pada 1 Juni 2021, genap empat bulan pasca kudeta militer, demontran menggelar aksi di Kota Laung Lone. Sementara, di pusat Kota Yangon, sekelompok pengunjuk rasa yang kebanyakan anak muda muda berunjuk rasa di distrik Kamayut.

"Ini belum berakhir. Kita masih mendapat giliran," bunyi kata-kata di selembar kertas yang dibawa seorang pengunjuk rasa.

Baca juga : Selamatkan Garuda, Erick Bakal Pangkas Jumlah Komisaris

Kendati demikian, para pengunjuk rasa di daerah perkotaan sering menggunakan flash mob atau aksi protes dalam jumlah massa lebih kecil. Demi menghindari peluru aparat. Pasalnya, usai aksi demo besar-besaran, pasukan keamanan tak sungkam menembakkan peluru ke arah massa.

Tak hanya itu. Konflik puluhan tahun antara militer dan tentara etnis minoritas di daerah perbatasan juga muncul kembali sejak kudeta. Milisi etnis yang bersekutu dengan pemerintah sipil bayangan, telah meningkatkan serangan terhadap tentara. Yang kemudian diresposn dengan senjata berat dan serangan udara. Tak pelak lagi, hal ini memaksa ribuan orang melarikan diri.

Dalam sebuah rekaman ponsel yang diperoleh Reuters dari seorang penduduk di negara bagian Kayah, yang berbatasan dengan Thailand, tampak militer menggunakan artileri (senjata berat (di darat) yang dirancang mampu meluncurkan proyektil melintasi jarak jauh) ditembakkan dari ibu kota Kayah (Loikaw) ke Demoso yang jaraknya sekitar 14,5 km.

Baca juga : Lion Parcel Catat Kenaikan Pengiriman 100 Persen

Penduduk di Loikaw mengatakan, sekitar 50 peluru telah ditembakkan pada Senin (31/5/2021) dan enam kali, pada Selasa (1/6/2021). Pasukan Pertahanan Kebangsaan Karenni, sebuah milisi yang aktif di negara bagian Kayah, mengatakan dalam sebuah posting di akun Facebook, 80 tentara tentara telah tewas pada Senin lalu (31/5). Sementara salah satu pejuangnya dan seorang warga sipil juga menjadi korban.

Pertempuran di Kayah telah membuat sekitar 37 ribu orang mengungsi dalam beberapa pekan terakhir. Banyak yang melarikan diri ke hutan dan membutuhkan makanan serta obat-obatan.


Pasukan sipil, yang sering kali dipersenjatai dengan senapan sederhana dan pelatihan terbatas, telah dibentuk di kota-kota dan wilayah di seluruh Myanmar untuk melawan militer demi mendukung pemerintahan bayangan, Pemerintah Persatuan Nasional (National Unity Government/NUG) yang dicap pemerintah teroris. [PYB]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.