Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Bukan Cuma 4, Ini 6 Pembantu Patrick Kluivert Poles Timnas
- Baru Dipanggil Masuk Timnas, Neymar Malah Cedera
- Alhamdulillah, Joey, Dean Dan Emil Audero Resmi Bisa Bela Timnas Indonesia
- Telkom Akses Bantu Rumah Ibadah & Panti Asuhan di Berbagai Daerah
- Liga Europa: Man United, Spurs Dan Lazio Lolos Perempat Final
Wawancara Eksklusif Rakyat Merdeka Dengan Duta Besar Republik Islam Pakistan, Abdul Salik Khan
71 Tahun Tragedi Black Day Berlalu, 500.000 Lebih Warga Kashmir Dibantai
Rabu, 31 Oktober 2018 20:03 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Sabtu (27/10), tepat 71 tahun konflik di Kashmir tak jelas kesudahannya. Dugaan pelanggaran HAM berat terus terjadi di wilayah yang diperselisihkan antara Pakistan-India itu. Mayoritas warga Kashmir yang beragama Islam ingin bergabung dengan Pakistan. Pada 27 Oktober 1947, India mengerahkan pasukannya untuk menguasai kawasan tersebut. Berikut wawancara eksklusif wartawan Rakyat Merdeka Muhammad Rusmadi dan fotografer Patrarizki Syahputra, Jumat (26/10), dengan Duta Besar Republik Islam Pakistan untuk Indonesia dan ASEAN Abdul Salik Khan di kantornya, di kawasan Jakarta Selatan.
Pada 27 Oktober lalu, dikenal sebagai tragedi Kashmir Black Day. Bagaimana kondisi keamanan di Kashmir saat ini?
Betul. 27 Oktober dianggap sebagai Black Day. Baik oleh orang-orang Kashmir di Kashmir yang saat ini diduduki India, di wilayah Azad Jammu & Kashmir, juga masyarakat di seluruh dunia. Hampir 7 dekade lalu (1947 -red), pada 27 Oktober, India tanpa pembenaran konstitusional dan moral secara paksa menguasai dan menduduki wilayah Jammu dan Kashmir. Pasukan India tanpa belas kasihan membunuh warga Kashmir yang tidak berdosa dan tidak bersenjata, merusak properti mereka dan terlibat dalam tindakan tidak manusiawi lainnya.
Bagaimana gambaran tidak manusiawi yang anda maksud?
Sejak November 1947, menurut laporan otentik, lebih dari 500.000 warga Kashmir dibantai di Jammu & Kashmir yang diduduki India. Tahun-tahun berikutnya, lebih dari belasan kali terjadi pembantaian warga Kashmir yang tidak berdaya menjadi sasaran. Selama 70 tahun terakhir, pasukan pendudukan India tanpa ampun membunuh dan meneror orang-orang tak berdosa di wilayah yang diduduki India. Mereka mengabaikan sepenuhnya prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia, kebebasan dan keadilan.
Sebanyak empat generasi Kashmir telah sangat menderita. Pasukan penjajah India menggunakan peluru tajam dan peluru angin terhadap warga sipil tanpa alasan hukum. Aksi yang membabi-buta dan disengaja ini, amat bertentangan dengan sejarah dunia yang beradab. Aksi pemerkosaan pun digunakan untuk mempermalukan dan meneror penduduk setempat.Pemberlakuan jam malam yang diperpanjang, malah memperburuk krisis kemanusiaan. Ini sangat mempengaruhi mata pencaharian dan menambah kesengsaraan warga Kashmir. Namun warga Kashmir yang pemberani dan ulet, bangkit melawan kekejaman yang disponsori negara tersebut.
Apa hal ini juga sudah diketahui lembaga internasional yang otoritatif?
Ya, banyak bukti kebrutalan yang dilakukan oleh pasukan pendudukan India di Jammu & Kashmir. Kantor Tinggi Komisaris untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) dalam laporan baru-baru ini tentang Kashmir, menyoroti secara detail pengerahan pasukan bersenjata yang berlebihan oleh pasukan pendudukan India terhadap orang-orang Kashmir yang tidak berdaya. Termasuk penggunaan penyiksaan, penghilangan paksa, penahanan sewenang-wenang, pemerkosaan sebagai alat penindasan dan pelanggaran hak asasi manusia yang mendasar di Kashmir.
Laporan ini memvalidasi permintaan lama Pakistan untuk pembentukan Komisi Penyelidikan (COI) untuk melakukan penyelidikan internasional yang komprehensif, terhadap dugaan pelanggaran hak asasi manusia di Jammu dan Kashmir.
Bagaimana harapan Pakistan terhadap dunia internasional?
Komunitas internasional tidak boleh cuek saja. Mereka harus maju membantu warga Kashmir mencapai impian mereka, untuk menentukan nasib sendiri, yang telah dijanjikan kepada mereka oleh PBB. Ini tanggung jawab bersama. Jika kita ingin menjadikan dunia ini tempat yang damai. Rakyat Pakistan dan orang-orang yang cinta kemerdekaan di seluruh dunia menghormati keberanian warga Kashmir.
Kami pun menyatakan solidaritas penuh terhadap saudara-saudara kami di sana, yang terus menderita hingga hari ini di tangan penjajah yang brutal. Kami akan terus memberikan dukungan moral, politis, dan diplomatik yang gigih dalam perjuangan mereka secara adil, untuk hak menentukan nasib sendiri. Dukungan kami akan terus berlanjut. Hingga terwujudnya impian berharga bagi kebebasan jutaan orang Kashmir dari pendudukan India yang kejam.
Pada tingkat hubungan bilateral Pakistan-India, bagaimana perkembangan pembicaraan kedua negara tentang Kashmir ini?
Pakistan telah berulang kali menyatakan, satu-satunya solusi penyelesaian semua masalah yang luar biasa, termasuk perselisihan Jammu & Kashmir ini, terletak pada dialog bilateral komprehensif, tanpa gangguan, dan tidak terputus. Pakistan tidak akan malu membahas masalah terorisme dengan India. Ini hanya bisa dilakukan melalui dialog.
Lalu bagaimana respons India?
Sayangnya, seruan kami untuk dialog belum mendapat tanggapan positif dari India. Baru-baru ini, Perdana Menteri (Pakistan) Imran Khan, dalam pidato kenegaraan pertamanya mengundang India melakukan pembicaraan yang awalnya disetujui India. Tapi India kemudian menyatakan dalih sepele, lalu mundur dari komitmennya. Sikap ini tidak mendukung resolusi damai atas sengketa Jammu & Kashmir. Saya berharap pengertian yang lebih baik terjadi dalam kepemimpinan India tentang masalah ini.
Bagaimana dengan upaya lobi internasional, seperti di PBB dan OKI? Dunia internasional tampaknya tidak peduli dengan masalah Kashmir?
Sebenarnya, Indialah yang membawa sengketa Jammu & Kashmir ini ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1 Januari 1948. Selanjutnya, Dewan Keamanan PBB mengeluarkan beberapa resolusi. Resolusi Dewan Keamanan PBB 47, 21 April 1948, resolusi Komisi PBB untuk India dan Pakistan (UNCIP) 13 Agustus 1948 dan 5 Januari 1949 menyatakan, disposisi akhir Negara Bagian Jammu & Kashmir akan dibuat sesuai dengan kehendak rakyat untuk bergabung dengan India atau Pakistan. Ini diwujudkan melalui metode demokratis dari sebuah pemungutan suara yang bebas, adil dan tidak memihak. Dilakukan di bawah naungan PBB. Prinsip ini ditegaskan kembali dalam sejumlah resolusi selanjutnya dari Dewan Keamanan. Pakistan berulang kali menekankan, bahwa resolusi Dewan Keamanan PBB ini memberikan solusi damai dan demokratis terhadap sengketa Jammu dan Kashmir. Kami terus mengangkat masalah ini di semua pertemuan bilateral dan multilateral, termasuk di OKI dan PBB.
Soal kerja sama Indonesia-Pakistan saat ini, apa perkembangan terbaru yang bisa anda sampaikan?
Pakistan dan Indonesia punya hubungan sejarah yang sangat baik, berakar kuat dalam saling menghormati dan mendukung di tingkat regional dan global. Ada keselarasan dan kerja sama yang erat antara kedua negara dalam masalah-masalah global dan regional. Kedua negara terus memperkuat hubungan. Kunjungan Presiden Joko Widodo ke Pakistan awal tahun ini, juga telah menambah momentum lebih lanjut untuk hubungan baik kami. Tahun lalu, kami mengadakan Forum Konsultasi Bilateral pertama untuk memperkuat hubungan kita. Setidaknya, disepakati lebih dari 30-an perjanjian antara kedua negara. Ini menunjukkan kuatnya hubungan Pakistan-Indonesia.
Bagaimana dengan kerja sama ekonomi?
Indonesia telah menjadi mitra dagang penting Pakistan. Perdagangan bilateral Indonesia-Pakistan meningkat dari 466,5 juta dollar AS pada 2004, menjadi sekitar 2,6 miliar dolar AS pada 2017. Indonesia telah menjadi mitra dagang terbesar ke-8 Pakistan, sementara Pakistan saat ini menempati peringkat ke-19 di antara mitra dagang Indonesia.
People to people contact kedua negara juga meningkat. Kami berterima kasih kepada pemerintah Indonesia. Karena telah membuka kebijakan visa liberalnya terhadap Pakistan. Ada kebutuhan untuk menambahkan substansi lebih lanjut hubungan kita guna memandu kemajuan masa depan hubungan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan antara kedua negara.
Apa saja tantangan hubungan kedua negara sejauh ini?
Seperti yang saya jelaskan, hubungan kita sangat baik, punya ikatan persaudaraan, dan bersejarah. Kepemimpinan kedua negara telah memberi kita arah yang positif. Tantangan terbesar saat ini adalah, kita harus bergerak maju dengan kemungkinan kecepatan maksimum. Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari hubungan kita. Terutama di bidang ekonomi, perdagangan, dan peningkatan hubungan people to people. Volume perdagangan bilateral kita bukanlah cerminan sesungguhnya dari potensi yang kita miliki. Kita perlu membawanya lebih jauh untuk kemakmuran rakyat kedua negara.
Apa target khusus anda, melanjutkan apa yang telah dilakukan Dubes Pakistan sebelumnya?
Para pendahulu saya telah bekerja dengan sepenuh hati, meningkatkan kerja sama di semua bidang. Fokus utama saya juga akan sama: meneruskan momentum, di mana hubungan kita telah bertumbuh selama bertahun-tahun, dan untuk meningkatkan volume perdagangan bilateral. [RUS]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya