Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Menkes: Kesehatan Salah Satu Modal Utama Capai Target Indonesia Emas 2045
- Jangan Sampai Kehabisan, Tiket Proliga Bisa Dibeli di PLN Mobile
- Temui Cak Imin, Prabowo Ingin Terus Bekerjasama Dengan PKB
- Jaga Rupiah, BI Naikkan Suku Bunga 25 Bps Jadi 6,25 Persen
- Buntut Pungli Rutan, KPK Pecat 66 Pegawainya
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Ekspansi Ke China Ribet
Dubes Djauhari: Jangan Ngeluh, Manfaatkan E-Commerce
Sabtu, 18 September 2021 22:11 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Duta Besar (Dubes) RI untuk China Djauhari Oratmangun menyemangati para pengusaha Indonesia, yang berniat ekspansi pasar ke Negeri Tirai Bambu.
"Jangan mengeluh. Karena kalau sudah mengeluh, merasa susah, ya jangan masuk ke sini," ujar Dubes Djauhari dalam "IDEA Cloud Conference 2021" yang digelar secara daring dari Indonesia, Sabtu (18/9).
Tidak sedikit pengusaha asal Indonesia yang mengeluh, sehingga gagal merambah China yang memiliki pasar dagang terbesar di dunia.
Bila dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN lainnya dalam merambah pasar China, Indonesia masih tertinggal.
Birokrasi dan regulasi bisnis yang diterapkan otoritas perdagangan di China terbilang rumit, sehingga banyak dikeluhkan oleh pengusaha Indonesia.
"Kalau Malaysia, Vietnam, Thailand, dan Singapura bisa, kenapa kita tidak?" kata Dubes dalam webinar yang diikuti oleh sejumlah pengusaha rintisan dari Indonesia itu, seperti dikutip Antara.
Baca juga : Luhut: Yang Nggak Ngerti, Jangan Ngomong Dulu Deh
5 Catatan Penting
Dubes Djauhari pun memberikan beberapa catatan penting kepada para pengusaha yang hendak melakukan ekspansi ke China.
"Pertama, kalau ingin kerja sama dengan China, harus punya semangat kemitraan jangka panjang. Kedua, harus memahami peraturan-peraturan di China. Ketiga, rantai suplai. Beberapa provinsi punya kerja sama yang baik dengan China. Keempat, fokus pada produk-produk bernilai tambah. Dan yang terakhir, gunakan platform e-commerce," paparnya.
Ia menyebutkan, salah satu perusahaan kerupuk udang asal Indonesia yang berhasil mengeruk pendapatan setara Rp12 miliar dalam sepuluh menit dari pasar China setelah memanfaatkan aplikasi video streaming dalam memasarkan produknya.
Dubes juga mengingatkan para pengusaha, untuk berkonsultasi dengan Inacham yang mewadahi para pengusaha Indonesia di China.
"Inacham ini punya 300 anggota perusahaan Indonesia di China. Mereka sangat paham betul regulasi-regulasi di sini," ujarnya.
Baca juga : Temui Dubes Zuhair, Kiai Said Aqil: Israel Akan Kalah!
Masih Tertinggal
Pengusaha Indonesia juga harus bisa memanfaatkan perjanjian kerja sama ekonomi internasional, seperti Kesepakatan Perdagangan Bebas ASEAN-China (ACFTA). Agar bisa mendapatkan manfaat nol persen bea masuk.
Total perdagangan Indonesia dengan China pada 2020, mencapai 78 miliar dolar AS.
Pada semester pertama 2021, nilai perdagangan kedua negara mencapai 63,7 miliar dolar AS.
Indonesia masih mengalami defisit perdagangan dengan China. Namun, pada 2020, defisit tersebut berkurang 70 persen.
"Komoditas perdagangan kita masih didominasi produk-produk UMKM makanan dan minuman," kata Dubes Djauhari.
Baca juga : Ekspor Sarang Burung Walet Jangan Terhambat Prosedur
Melalui Negara Ketiga
Saat ini, posisi Indonesia masih tertinggal dari Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Menurut Dubes Djauhari, salah satu faktor penyebab ketertinggalan itu terletak pada kemasan makanan dan minuman yang dipasarkan ke China.
Tidak sedikit produk makanan dan minuman asal Indonesia yang diekspor ke China dari Malaysia dan Singapura, sehingga pengusaha Indonesia tidak mendapatkan pertambahan nilai yang maksimal.
Dubes RI untuk Selandia Baru Tantowi Yahya yang juga menjadi pembicara pada webinar tersebut sepakat dengan pendapat Dubes Djauhari.
Dubes Tantowi menyebut, produk-produk Indonesia yang masuk ke pasar Selandia Baru dan negara-negara di kawasan Pasifik lainnya juga melalui negara ketiga. [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya