Dark/Light Mode

Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (83)

Jihad Para Nabi: Diplomasi (2)

Sabtu, 26 Agustus 2023 05:55 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Banyak contoh yang bisa ditujukkan, antara lain Diplomasi Hudaibiyyah yang terkenal itu. Rasulullah lebih menonjol sebagai diplomat ketimbang seorang jenderal perang, meskipun semasa di Madinah, beliau disuguhi sejumlah peperangan dan beberapa kali di antaranya ia memimpin langsung peperangan itu.

Rasulullah dalam perjanjian ini sangat tidak populis. Bahkan sahabat terdekatnya seperti Umar tidak mau menuliskan perjanjian itu, karena bukan hanya tidak tetapi juga melecehkan simbol-simbol aqidah.

Sepintas memang perjanjian ini tidak adil dan melanggar rambu-rambu aqidah, berupa pencoretan kalimat Rasulullah tadi, namun Rasulullah tetap menganggap itu batas maksimum yang dapat dilakukan, terutama untuk mengatasi ­jumlah korban jiwa akibat peperangan. Rasulullah tahu apa akibat yang akan dialami umat Islam jika tidak dilakukan gencatan senjata. Ia juga tahu langkah-langkah lebih lanjut yang akan dilakukan.

Baca juga : Jihad Para Nabi: Diplomasi (1)

Para sahabat belum tahu apa arti kebijakan Rasulullah itu. Seandainya saja Rasulullah hanya sebagai pemimpin Arab biasa, bukan Nabi, maka sudah pasti ia tidak akan mendapat dukungan kelompoknya. Akan tetapi para sahabatnya tahu, bahwa Rasulullah di samping seorang cerdas juga ia seorang Nabi.

Belakangan, apa yang di­tetapkan Rasulullah ternyata benar. Sekiranya para pelintas batas kaum kafir Quraisy harus ditahan di Madinah maka sudah barang tentu akan memberikan beban ekonomi tambahan bagi masyarakat Madinah yang sudah kebanjiran pengunsi dari Meca.

Sebaliknya kalau para pelintas batas dari Madinah ditahan di Mekkah dibiarkan, karena pasiti mereka itu para kader dan dapat melakukan uapay politik pecah-belah di antara suku-suku yang ada di dalam masyarakat Quraish.

Baca juga : Mengatasi NII (3)

Pada saat bersamaan, Rasulullah terus menggalang pengaruh dengan kabilah-kabilah pinggiran dan karena kepiawaiannya, maka Rasulullah berhasil memukai sejumlah kabilah-kabilah kecil dan bersatu di bawah kekuatan Rasulullah.

Kabilah-kabilah yang tadinya terpecah belah di kawasan Yatsrib (Madinah), Rasulullah berhasil disatukannya, terutama dua suku besar yaitu suku ‘Aus dan suku Khazraj. Akhirnya kekuatan umat Islam yang juga didukung oleh umat Agama lain semakin besar.

Pada saat bersamaan, diplomasi publik dan diplomasi internasional Rasulullah jalan terus, melampaui batas-batas geografis Arab, termasuk menjali kerjasama dengan negara adidaya Romawi Bizantium di Barat dan Persia di Timur. 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.