Dark/Light Mode
- Turun Rp 11.000, Harga Emas Dibanderol Rp 1.343.000 Per Gram
- Akhir Pekan, Rupiah Melemah Ke Rp 15.985 Per Dolar AS
- Indra Karya Jempolin Manfaat Bendungan Multifungsi Ameroro Di Sulteng
- Pertamina EP Pertahankan Kinerja Positif Keuangan Tahun Buku 2023
- PGN Saka Kantongi Perpanjangan Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas
Menggagas Fikih Siyasah Indonesia (82)
Jihad Para Nabi: Diplomasi (1)
RM.id Rakyat Merdeka - Kesuksesan misi dakwah Nabi lebih banyak ditentukan oleh kepiawaian berdiplomasi ketimbang dengan jihad melalui peperangan. Dari segi kekuatan perang, Rasulullah SAW sesungguhnya tidak ada apa-apanya dibanding dengan dua kekuatan adidaya yang mengapitnya, yaitu kekuatan Romawi Bizantium di Barat dan kekuatan Persia di Timur.
Sukses yang gemilang Rasulullah lebih banyak ditentukan oleh perjuangan diplomasi. Diplomasi adalah bagian dari jihad yang paling diandalkan Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW amat piawai di dalam berdiplomasi. Terkadang diplomasinya menempuh jalan-jalan yang sama sekali tidak populis, tetapi ia tetap istiqamah. Rasulullah SAW betul-betul berorientasi pada tujuan sebuah perjuangan, bukannya mengedepankan peroses.
Berjihad melalui diplomasi selain resikonya sangat minim, juga hasilnya bisa lebih permanen. Diplomasi bisa meniadakan atau paling tidak menunda peperangan yang akan menelan korban jiwa dan materi. Karena itu, para Nabi dibekali dengan kekuatan diplomasi yang amat piwai.
Lihat misalnya bagaimana kepiawaian Nabi Sulaiman bisa menaklukkan sebuah kekuatan adidaya yang dipimpin oleh seorang perempuan bernama Balqis. Kepiawaian Balqis dilukiskan sebagai seorang ratu yang diberi gelar "pemilik kerajaan besar" (laha 'arsyun 'adhim) sebagaimana disebutkan dalam Q.S. Al-Naml/27:23. Pada akhirnya Nabi Sulaiman bisa menaklukkan kerajaan ini tanpa setetes darah yang mengalir.
Contoh lain, ketika Nabi Ibrahim ditanya oleh Raja Namrud: "Siapa yang menghancurkan berhala-berhala kami" lalu dengan diplomatis Nabi Ibrahim menjawab: "Itu yang paling besar", sambil menunjuk berhala paling besar yang dikalungi kampak, setelah sebelumnya berhala-berhala lain dihancurkan.
Baca juga : Antara Pilpres Kita Dan Pilpres Singapura
Nabi Ibrahim tidak berbohong karena yang ditunjuk memang adalah berhala paling besar, walaupun maksudnya bukan dia yang menghancurkan berhala-berhala itu. Berhala-berhala yang dihancurkan Nabi Ibrahim seharusnya Nabi Ibrahim.
Dalam kasus lain, Nabi Yusuf menundukkan saudara-saudaranya yang pernah berusaha mencelakakan dirinya ke dalam sumur, bukan dengan cara membalas dendam ketika ia menjad raja di Mesir, tetapi ia menguji mental saudara-saudaranya dengan cara menyembunyikan alat timbangan ke dalam karung gandum saudara-saudaranya. Para saudaranya dihadapkan kembali kepada raja setelah ditemukan alat bukti di dalam karung.
Nabi Yusuf bukannya menghukum saudara-saudaranya tetapi memaafkannya. Akhirnya saudara-saudaranya tertunduk malu dan menyesali seluruh perbuatan yang pernah dilakukan di masa lalu.
Mereka berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak akan pernah mengulangi perbuatan yang memalukan itu.
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.