Dark/Light Mode
- Erick Thohir: Jangan Berpuas Diri, Lawan Filipina Akan Berat!
- Marc-Andre Ter Stegen Sudah Nggak Betah Di Barcelona
- Juventus Tawar Jadon Sancho Rp326 Miliar
- Aquabike Indonesian Championship Piala Menpora 2025 Digelar Di Pantai Jepara
- Jelang BRI Super League, Level Kebugaran Pemain Persib Baru 50 Persen
Beragama Dalam Keberagaman (7)
Agama Dan Negara Saling Mengontrol

Tausiah Politik
RM.id Rakyat Merdeka - Agama dan negara bisa saling mengontrol satu sama lain. Agama bisa mengontrol Negara agar tidak jatuh menjadi Negara sekuler. Namun, Negara juga mengontrol penerapan ajaran agama agar Negara tidak menjadi Negara agama.
Idealnya, kontrol antar keduanya sebaiknya terukur dengan mengacu kepada kondisi obyektif bangsa. Jika negara berada dalam kontrol ketat agama, maka ketika itu negara subordinasi dari kekuatan agama dan menjadilah negara itu sebagai negara agama, seperti yang pernah ditampilkan sejumlah negara agama, seperti negara Republik Islam Iran, Pakistan, Afganistan, dan negara-negara lainnya. Sebaliknya, jika negara mengontrol ketat agama, maka agama akan menjadi subordinasi kekuatan negara yang diwakili pemerintah.
Jika ini terjadi, maka dikhawatirkan bisa terjadi dua hal. Pertama, agama dirangkul dan dijadikan kekuatan legitimasi oleh penguasa untuk meraih loyalitas dan dukungan. Kedua, agama dijadikan target atau sasaran kebijakan, dan sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk memperoleh eksistensi dan pengaruh luas di dalam masyarakat, karena agama dianggap sebagai rival yang juga menuntut loyalitas masyarakat.
Ketika sebuah rezim memperalat agama sebagai kekuatan legitimasi untuk mengukuhkan kekuasaan, maka pada saat itu agama akan tampil dengan wajah garang.
Baca juga : Kekhususan Indonesia
Ini mengingatkan kita ketika paruh pertama rezim orde baru yang mengontrol agama sedemikian kuatnya. Seolah-olah agama, menjadi bagian dari ancaman strategis nasionalisme yang perlu dimata-matai.
Berbagai akronim menakutkan ikut mengambil bagian, seperti komando jihad, kelompok fundamentalis, aliran sesat, NII, dan akronim lainnya. Aktivis agama seringkali diperhadapkan dengan institusi negara yang menakutkan seperti Kopkamtib yang pernah memiliki kewenangan amat luas itu.
Yang ideal sebenarnya ialah agama menjadi parner aktif pemerintah di dalam mewujudkan cita-cita NKRI.
Sebaliknya, jika sebuah rezim memperalat negara sebagai kekuatan legitimasi guna mengukuhkan kekuasaan, maka saat itu agama akan ditekan sehingga dianggap sebagai ancaman nasionalisme yang amat berbahaya. Negara bisa jatuh ke dalam negara totaliter yang menganggap nilai dan ajaran agama dianggap sebagai rival nilai-nilai negara yang selalu harus dicurigai. Akibatnya, negara bisa jatuh menjadi negara sekuler.
Baca juga : Kerancuan Negara Agama
Sejarah seringkali berulang. Ketika sang penguasa memegang kendali agama dan digunakan sebagai kekuatan ekstra untuk melegitimasi kekuasaan, maka di situ akan terjadi bencana kemanusiaan yang mengerikan.
Betapa tidak, manusia akan dipaksa tunduk di bawah otoritas penguasa. Siapapun yang berusaha membangkang dari otoritas itu bisa berarti malapetaka baginya.
Peristiwa yang menimpa Galileo yang harus menjadi tumbal dari kekejaman raja sering dijadikan contoh akan bahayanya jika agama menjadi stempel legitimasi penguasa.
Idealnya, agama dan Negara saling mengontrol dalam rangka mencapai cita-cita dan tujuan luhur bangsa. Jika hal ini bisa dicapai, maka cita-cita dan tujuan agama dan Negara bisa dicapai secara paralel. Satu sama lain saling mendukung dan tidak terkesan ada persaingan satu sama lain.
Baca juga : Kerancuan Negara Sekuler
Agama dan negara memang berpotensi berhadap-hadapan satau sama lain karena keduanya menuntut loyalitas penuh dari obyek yang sama. Kita sangat yakin, Indonesia yang berdasarlan Pancasila dan UUD 1945 akan berjalan serasi dan saling mendukung satu sama lain menuju baldatun thayyibah wa Rabbun gafur.
Artikel ini tayang di Harian Rakyat Merdeka Cetak, Halaman 1 & 8, edisi Minggu, 10 November 2024 dengan judul "Beragama Dalam Keberagaman (7) Agama Dan Negara Saling Mengontrol"
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.