Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Pancasila dan Nasionalisme Indonesia (11)

Antara Politik Islam dan Islam Politik (2)

Sabtu, 7 Maret 2020 15:46 WIB
Nasaruddin Umar
Nasaruddin Umar
Tausiah Politik

RM.id  Rakyat Merdeka - Politik Islam bukan untuk mentolerir jatuhnya korban hanya untuk mencapai kemenangan politik secara simbolis. Kemenangan sub stansial jauh lebih berharga ketimbang kemenangan simbolik.

Untuk apa kemenangan simbolik jika substansi Islam tidak bisa diimplementasikan. Ketika Ali dan Mu’awiyah berseteru, masing-masing tidak ada yang mau mengalah.

Ali sudah dilantik menjadi khalifah keempat tetapi tidak diakui oleh Mu’awiyah. Karena tidak ada yang mau mengalah maka terjadilah peperangan yang disebut Perang Shiffin. Mu’awiyah didukung oleh ‘Aisyah, isteri Nabi dan Ali tentu saja didukung oleh isterinya, Fathimah, putri Nabi.

Baca juga : Antara Politik Islam dan Islam Politik (1)

Perang tidak dapat dielakkan antara keduanya. Di tengah perang saudara ini, Amr ibn ‘Ash yang dikenal sebagai politikus cerdik di pihak Mu’awiyah, menyerukan gencatan senjata dan perdamaian.

Ia menggunakan symbol 500 Al-Qur’an yang diusung diujung tombak sambil mengajak semua pasukan untuk kembali kepada penyelesaian secara Al-Qur’an. Ali dan Mu’awiyah menyetujuinya.

Ali mengutus Abu Musa al-Asy’ary, seorang ulama yang disegani dan Amru ibn Al-Ash mewakili pihak Mu’awiyah. Amr ibn ‘Ash tahu keshalihan dan kelemahan Abu Musa.

Baca juga : Negara Pancasila (2)

Amr meminta agar demi kemuliaan Islam dan demi kemaslahatan umat Islam, sebaiknya Ali dan Mu’awiyah mengundurkan diri lalu dicari tokoh lain yang lebih netral.

Dengan lugu Abu Musa, perunding mewakili pihak Ali ibn Ai Thalib menerima usulan itu. Ia diminta berpidato lebih awal di depan massa dan pasukan kedua belah pihak.

Ia menyerukan bahwa sekarang ini tidak ada lagi khalifah dan kini saatnya kita akan mencari khalifah yang dapat diterima oleh semua pihak.

Baca juga : Negara Pancasila (1)

Tiba giliran Amr ibn ‘Ash, menelikung pernyataan itu dengan mengatakan, oleh karena sekarang tidak ada lagi khalifah maka dengan ini kami melegalkan Mu’awiyah sebagai khalifah.

Tentu saja pihak Ali tidak menerimanya maka peperangan pecah kembali. Begitulah seterusnya hingga Ali mati terbunuh dengan disaksikan para sahabatnya. ***

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.