Dark/Light Mode
RM.id Rakyat Merdeka - Joe Biden berjanji akan memberikan hadiah istimewa kepada rakyat Amerika pada hari kemerdekaan 4 Juli mendatang. Hadiah tersebut berupa pemberian vaksin massal dengan target 70 persen warganya telah divaksin. Sehingga mereka dapat merayakan Independence Day bersama keluarga. Piknik di taman sambil bakar-bakaran atau barbeque merupakan ritual wajib bagi warga Amerika dalam merayakan kemerdekaan. Di sisi lain, program vaksinisasi menunjukkan kekuatan birokrasi pemerintah dalam menghadapi pandemi.
“Kita juga punya program satu juta vaksin, Mo,” celetuk Petruk tidak mau kalah. Romo Semar manggut tanda mengamini komentar anaknya Petruk. Semar cuma merasa heran saja orang mau vaksin direpotkan harus daftar online dan bawa surat domisili. Kenapa tidak dibuat simple dengan cara jemput bola. Petugas kesehatan datang ke rumah-rumah sekaligus melakukan contact tracing.
Ubi rebus dan kopi pahit selalu setia menemani sarapan pagi Romo Semar. Walaupun Semar kurang bernafsu untuk melahap penganan kampung tersebut. Kepulan asap rokok klobot membawanya ke zaman Mahabarata, ketika perang Baratayuda sudah berlangsung selama 18 hari. Prabu Salya menjadi senopati Hastina melawan Puntadewa.
Baca juga : Pasangan Bukan Pelarian
Kocap kacarito, Prabu Salya sempat bimbang ketika harus maju menjadi senopati Hastina melawan para satria Pandawa. Sebagai raja Mandaraka sebetulnya tidak ada urusan dengan perang dunia keempat yakni perang Baratayuda. Prabu Duryudana raja Hastina kawin dengan Dewi Banowati anak kedua Prabu Salya. Hubungan anak mantu inilah yang menjadi alasan Salya memihak Kurawa.
Selain itu, Prabu Salya memiliki adik perempuan bernama Dewi Madrim. Dewi Madrim kawin dengan Prabu Pandu bapaknya satria Pandawa. Perkawinan Pandu dengan Dewi Madrim melahirkan dua anak yakni Nakula dan Sadewa. Jadi dalam hubungan kekerabatan, Prabu Salya merupakan paman para Pandawa. Hubungan inilah yang membuat Salya kurang semangat untuk berperang melawan satria Pandawa. Karena
Pandawa khususnya Nakula dan Sadewa merupakan keponakan Prabu Salya.
Baca juga : Belajar Dari Kiai Puntadewa
Prabu Kresna jeli dalam strategi perang Baratayuda. Melihat Salya maju sebagai senopati Hastina, Kresna minta Nakula dan Sadewa menemui Prabu Salya sehari sebelum perang dimulai. Nakula dan Sadewa minta saran siapa yang bisa menandingi kesaktiannya. Salya sudah tanggap sasmita dengan maksud kedatangan kedua keponakannya tersebut. Prabu Salya minta Puntadewa yang harus maju melawan dirinya.
Senjata pamungkas Prabu Salya adalah aji Candrabirawa. Ajian Candrabirawa berupa ribuan raksasa kecil dengan keganasan seperti virus yang mengerikan. Siapa pun yang diserang Candrabirawa pasti tewas. Puntadewa dikenal sebagai satria legowo dan penuh kesabaran. Satria tidak pernah marah dan tidak pernah membenci orang lain. Puntadewa ibaratnya memiliki darah putih. Maka begitu dipaksa untuk maju perang, Puntadewa membiarkan raksasa kecil yang keluar dari tubuh Prabu Salya mengisap darahnya. Kali ini Candrabirawa kena batunya. Puntadewa tidak mati. Justru darah putih Puntadewa dapat mengalahkan ganasnya Candrabirawa.
“Kehebatan darah Puntadewa mirip vaksin penangkal virus, Mo,” sela Petruk sambil cengengesan. “Betul, Tole. ganasnya virus hanya bisa ditangkal dengan kesabaran kita sendiri. Selain itu jangan saling membenci atau menyalahkan orang lain. Pandemi merupakan masalah kita semua dan harus kita hadapi bersama. Sudah waktunya kita untuk saling gotong royong dan membantu dalam menghadapi pandemi ini.” Oye
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.