Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
RM.id Rakyat Merdeka - Ahli Bahasa Universitas Airlangga (Unair), Jawa Timur, Dr. Dra. Ni Wayan Sartini M.Hum menyoroti fenomena bahasa, yang saat ini diistilahkan sebagai bahasa anak Jakarta Selatan (Jaksel).
Bahasa yang ngetren di kalangan milenial itu mencampurkan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam satu kalimat. Bahkan satu kata.
Misalnya saja: "Lu tau kan, gue tuh gak comfort banget di rumah. Which is bokap nyokap berantem terus, like everyday. That's why gue jadi semakin worry gitu buat getting married (kamu tahu kan, aku nggak merasa nyaman di rumah. Setiap hari, bapak ibu berantem terus. Aku juga jadinya semakin khawatir untuk menikah)".
Dalam sosiolingustik atau ilmu bahasa dari segi sosial, fenomena itu disebut dengan alih kode atau code switching.
"Ini adalah perkembangan fenomena kebahasaan masyarakat. Hasil pemikiran atau ide yang kreatif. Nggak masalah, jika masyarakat menggunakan bahasa yang bercampur. Selama penggunaannya berada dalam situasi yang tepat. Atau hanya pada ranah pergaulan atau informal,” tutur Dr. Wayan melalui situs resmi Unair.
Baca juga : RUU TPKS Tuntas Pekan Depan
Dr. Wayan mengibaratkan bahasa seperti sebuah pakaian. Kita tidak dapat menyamakan penggunaannya, pada situasi yang berbeda. Bahasa disebut baik, bila menyesuaikan situasi.
"Saya lihat, selama ini penutur hanya menggunakannya sebagai bahasa pergaulan. Jadi, sah-sah saja,” sambungnya.
Meski menggabungkan kedua bahasa, Dr. Wayan berpendapat, fenomena ini tidak berdampak buruk bagi bahasa Indonesia.
Bahasa Indonesia tidak akan tergeser kedudukannya, hanya karena kehadiran bahasa Jaksel.
“Karena, pada saat berada di situasi formal atau resmi, penutur akan menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai. Saya rasa, mereka tidak menggunakan bahasa Jaksel ketika menjadi pembicara seminar, saat ujian skripsi, atau situasi formal lainnya. Kurang tepat, jika sampai terjadi,” papar Dr. Wayan.
Baca juga : Indihome Jadi Dasar Smart City Kota Podomoro Tenjo
Dia bahkan menilai, bahasa Jaksel dapat menjadi sarana pembelajaran bahasa asing.
Pengaruh Globalisasi
Dr. Wayan menilai, fenomena munculnya bahasa Jaksel tak lepas dari pengaruh globalisasi.
Bicara soal globalisasi, bahasa Inggris adalah “aktor” utamanya. Mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa persatuan dalam dunia global.
"Fenomena bahasa Jaksel adalah cerminan dari identitas masyarakat Jakarta Selatan. Bahasa tersebut menandakan bahwa mereka adalah masyarakat global, yang terbuka dan menerima pengaruh dari luar budaya sendiri. Karena perkembangan bahasa mengikuti perkembangan budaya,” ungkap dosen asal Bali tersebut.
Baca juga : 900 Ribu Pemudik Bakal Melintasi Jateng, Ini Kata Ganjar
Selain itu, bahasa Jaksel dengan bahasa Inggris sebagai pelengkap komunikasi, juga berkaitan dengan prestise status sosial.
"Tingkat sosial masyarakat Jaksel dianggap lebih tinggi. Sehingga, merasa perlu untuk memasukkan unsur bahasa Inggris dalam percakapan sehari-hari," pungkasnya. [HES]
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya