Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Rintihan Penderita Hemofilia, Impikan Kemudahan Dapat Obat Dari Negara
Selasa, 5 April 2022 19:46 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Di tengah situasi pandemi ini Covid-19 ini, para penderita penyakit hemofilia kian kesulitan mendapatkan akses layanan kesehatan.
Penderita hemofilia sebenarnya sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah dengan pengobatan yang ditanggung oleh BPJS. Namun, obat dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan belum bisa mencukupi kebutuhan mereka.
Kondisi mereka mengharuskan untuk menyetok obat, tetapi kebijakan yang berlaku tidak mengizinkan demikian. Obat baru boleh dimiliki sesuai kebutuhan pasien. Pilihan terapi pun, sangat terbatas.
Baca juga : Ingatkan Pemerintah Soal Harga Pangan, Puan Ketua DPR Powerfull
Wartawan mendapat kesempatan berbincang-bincang lebih lanjut dengan para pengidap hemofilia akut. Sebut saja Mas Pur (31) dan Aryo (13). Rani (41), kakak Mas Pur yang tahu betul bagaimana adiknya itu berjuang melawan hemofilia nyaris di sepanjang hidupnya.
Sang adik diketahui menderita hemofilia saat usianya sekitar 5 tahun pada 1995. Di era itu, penyakit hemofilia belum ada obatnya.
"Jadi pengobatannya cuma dikasih yang ada pada saat itu. Secara otomatis, pendarahannya sulit berhenti karena penyakit hemofilia itu sakitnya pendarahan, tetapi tidak bisa berhenti atau sulit diberhentikan," papar Rani, belum lama ini.
Baca juga : Penuhi Permintaan Pasar, Pemerintah Harus Berdayakan Produk Dalam Negeri
Pendarahan itu pun bisa terjadi setiap waktu, terkadang berupa pendarahan kecil, kadang pendarahan besar, dan yang terjadi di dalam tubuh. Setiap kali darahnya keluar, Mas Pur merintih kesakitan. Bayangkan saja, rasanya darah mengucur dari dalam tubuh melalui kulit. Tentu sakit sekali.
"Kita saja kalau lecet sedikit itu rasanya sakit. Kondisi adik saya ini kelihatan dari mukanya, ia sangat menahan rasa nyeri," kisahnua.
Kondisi ini terus berlangsung hingga Mas Pur beranjak dewasa. Dia sungguh dijaga. Sama sekali tak boleh terbentur. Dilarang juga beraktivitas berat.
Baca juga : Singapura Telat, Kampung Di Sini Sudah Banyak Yang Lepas Masker
Dari pengalaman yang sudah-sudah, Mas Pur bisa mengalami bengkak yang sangat parah jika melakukannya. "Lalu pendarahan lagi. Otomatis kalau pendarahan itu tidak dihentikan maka akan terus makin membengkak," tuturnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya