Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cegah Stunting Dengan Pemberian Protein Hewani

Sabtu, 4 Februari 2023 22:09 WIB
Foto: Ist.
Foto: Ist.

RM.id  Rakyat Merdeka - Pemerintah menargetkan prevalensi stunting pada tahun 2024 mendatang bisa dipangkas menjadi 14 persen.

Guru Besar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI) Prof Damayanti Rusli Sjarif optimis, Indonesia mampu mencapai target tersebut selama konsisten menjalankan konsep yang terbukti secara ilmiah dengan konsumsi protein hewani.

"Hasil penelitian membuktikan zat makanan terpenting untuk mencegah stunting adalah protein. Kunci menurunkan stunting adalah mengonsumsi asam amino esensial lengkap dan cukup yang bersumber dari protein hewani," ujar Damayanti, seperti keterangan yang diterima RM.id, di Jakarta, Sabtu (4/2).

Ia menambahkan, penelitian lebih jauh mengungkap bahwa pangan sumber protein hewani mengandung asam amino esensial yang lengkap dan bisa didapatkan dari susu, telur, ikan, ayam dan lainnya.

Baca juga : Ganjar Launching Program Kancing Merah

Kendati demikian, Damayanti juga menegaskan tidak semua balita pendek itu diklasifikasikan sebagai stunting, melainkan hanya yang mengalami kekurangan gizi berulang atau kronis.

Ketua Satgas Stunting Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini menuturkan ada dua hal yang bisa menyebabkan anak kekurangan gizi.

Pertama, asupan tidak memadai dan hal ini bisa terjadi karena kemiskinan, penelantaran atau ketidaktahuan.

Kedua, misalnya anak sering sakit, sehingga memiliki gangguan makan, atau memang memiliki masalah bayi berat lahir rendah (BBLR), prematuritas, dan kelainan metabolisme bawaan yang harus ditangani dengan pemberian nutrisi khusus atau disebut pangan olahan untuk keperluan medis khusus (PKMK).

Baca juga : Finnet Dukung Digitalisasi Sistem Pembayaran Proyek KCJB

Untuk itu, Damayanti menuturkan orangtua memiliki peran penting dalam pencegahan dan penanganan stunting dengan pemenuhan nutrisi berkualitas pada anak.

"Jika anak terlanjur mengalami stunting, bukan berarti tidak ada harapan," ucapnya.

Damayanti menuturkan, penelitian Graham McGregor di Jamaika memperlihatkan bahwa pangan lokal ditambah terapi nutrisi susu 1 kilogram setiap minggu dilengkapi terapi stimulasi bermain selama 18 bulan pada anak yang mengalami stunting masih dapat mengejar hingga 90 persen potensi kecerdasan yang seharusnya.

Adapun anak yang sudah mencapai usia dua tahun jika terus didukung dan diperbaiki nutrisinya hingga usia 5 tahun dan penurunan IQ bisa tidak terlalu banyak.

Baca juga : Pemerintah Pastikan Kesiapan Layanan Haji

Bahkan, bisa mengejar hingga minus 5 dari potensi seharusnya jika tidak pernah mengalami stunting. Bahkan langkah perbaikan dari segi nutrisi masih bisa diberikan hingga anak mencapai usia 9 tahun.

Dikatakan Damayanti, kunci menurunkan stunting adalah mengonsumsi asam amino esensial yang bersumber dari protein hewani.

Hal ini dikarenakan kelengkapan, kecukupan dan bioavailabilitas asam amino esensial pada protein hewani lebih tinggi jika dibandingkan dengan protein nabati.

"Protein nabati memiliki limiting amino acids yang menghasilkan pembentukan protein misalnya hormon pertumbuhan yang kurang efektif," bebernya.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.