Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Cegah Peningkatan Populasi Stroke,Ini Sarab Dokter Bedah Saraf RS Eka Hospital

Jumat, 17 Maret 2023 13:50 WIB
Dokter Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Bedah Saraf RSCM, Dr Setyo Widi Nugroho. (Foto: Danu Arifianto/Rakyat Merdeka)
Dokter Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Bedah Saraf RSCM, Dr Setyo Widi Nugroho. (Foto: Danu Arifianto/Rakyat Merdeka)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dokter Spesialis Bedah Saraf Eka Hospital BSD, Dr Setyo Widi Nugroho, mengatakan bahwa pemerintah seharusnya berada di garda terdepan dalam penanganan stroke. Hal itu dikatakannya saat ditemui di Jakarta, Selasa (14/3).

"Yang seharusnya berada di garis terdepan dalam penanganan stroke itu sebetulnya bukan dokter, tapi pemerintah, dengan membentuk sistem. Dokter itu posisinya ada di ujung," kata Setyo Widi Nugroho.

Sistem itu menurut dia bisa berbentuk upaya pencegahan terjadinya stroke pada masyarakat. Misalnya, membuat kebijakan bagaimana orang harus slim atau tidak mengalami obesitas. Sebab, orang yang mengalami obesitas adalah pihak yang paling berpotensi terkena stroke.

Baca juga : Lestari: Penguatan Demokrasi Harus Sejalan Amanah Konstitusi

"Contohnya di Singapura dan Jepang. Anak-anak usia sekolah di sana makanannya saja diatur. Ada regulasi negaranya. Jadi, dalam pencegahan perlu ada intervensi dari negara untuk mengatur diet masyarakat, agar populasi stroke berkurang," tuturnya. 

Namun demikian, dia tidak menampik bila populasi stroke akan tetap selalu ada walau upaya pencegahan sudah berjalan optimal. Sebab, masih banyak penyakit yang bisa memicu terjadinya stroke.

"Kita juga harus paham. Penanganan stroke itu punya batasan waktu paling bagus di bawah 4 jam. Mulai dari persiapan rumah sakit, kelengkapan alat, obat-obatan dan sebagainya," papar Setyo Widi Nugroho.

Baca juga : Mantan Presiden AS Jimmy Carter Segera Jalani Hospice Care

"Kalau di Jepang dan Korea, penanganan Rumah Sakit di sana ketika ada pasien stroke datang, sangat cepat. Di bawah dua jam," imbuhnya.

Oleh sebab itu, pemerintah dinilai Setyo Widi Nugroho perlu bekerja lebih ekstra keras. Salah satunya dalam memeratakan keberadaan dokter ke seluruh daerah yang ada Indonesia.

"Situasi dan kondisi inilah yang tidak bisa dipecahkan dokter. Ini tugas pemerintah, dan semua pihak harus bekerjasama yang diatur dalam sebuah sistem. Mulai dari tenaga kesehatan, telekomunikasi, sistem ambulans dan masih banyak lagi," tandasnya.

Baca juga : Bareskrim Serahkan Dua Tersangka Ke Kejaksaan

Kendati begitu, Setyo Widi Nugroho yang juga menjabat sebagai Kepala Departemen Bedah Saraf RSCM itu menjelaskan, pemerintah sebetulnya sudah mencoba mengambil sebuah kebijakan tentang stroke.

Tapi masih jauh dari harapan, karena penderita stroke belum tertangani dengan cepat.

"Sampai saat ini masih banyak masyarakat kena stroke yang datang ke Puskesmas dulu, dan baru dateng ke RS yang bisa menangani stroke 24 jam kemudian," sesalnya. ■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.