Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- KAI Group Raih Tiga Penghargaan, Raden Agus: Cambuk Untuk Lebih Baik
- Kemenkumham Banten Resmikan Blok Hunian Maximum Security Lapas Cilegon
- Kronologi Kecelakaan Maut Di Houling PT TMA Angsana, Tewaskan Sopir Truk Tambang
- Silaturahmi Ke Ponpes Roudhotul Mutaallimin Surabaya, Ganjar Dikenal Figur Merakyat Dan Ulet
- MedcoEnergi Raih 4 Penghargaan dari SKK Migas di Ajang ICIUOG 2023
Begini Mekanisme Otak Dan Tubuh Kita, Saat Merespons Kebaikan
Minggu, 28 Mei 2023 11:53 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Berbuat baik, memiliki banyak manfaat positif. Salah satunya, membantu otak menyalurkan energi positif ke seluruh tubuh. Sehingga, organ tubuh dapat bekerja lebih baik dan tidak mudah sakit.
Bahagia dalam menjalani hidup, dapat membantu menekan potensi munculnya penyakit.
Bagi penerima kebaikan, manfaatnya pun tak kalah besar. Dapat membantu menenangkan dan menenteramkan jiwa.
Soal ini, Ahli Biologi Molekuler Riza Arief Putranto mengatakan, impuls kebaikan yang kita terima melalui penglihatan, pendengaran, dan sentuhan, akan disampaikan ke otak. Terutama, bagian hipotalamus.
Baca juga : Juru Masak Di Madinah Siap Sambut Jemaah Haji
Di dalam hipotalamus otak, sel-sel saraf yang mengelola impuls tersebut, menerjemahkannya hingga level DNA.
"Riset menunjukkan gen OXTR GG / AA dan AVPR1A G banyak ditemukan pada orang dengan kebaikan tinggi: kedermawanan, empati," jelas Riza via Instagram.
Bersama yang lainnya, kedua gen tersebut mengatur jumlah oksitosin dan vasopression bersama neurotransmiter lainnya melalui respon kompleks.
Setelah diedarkan ke seluruh tubuh, muncul perasaan hangat dan tenang.
Baca juga : Blibli Optimalkan Layanan Pengiriman 2 Jam Saat Libur Lebaran
"Selain itu, mekanisme feedback-loop juga terjadi. Hal-hal baik yang kita lihat, dengar atau rasakan disimpan oleh otak sebagai ingatan. Sebagian ilmuwan menyebutnya The Jar of Love (Toples Kasih Sayang)," jelas Riza.
Ingatan ini bisa tersimpan dengan sangat detil dan mendalam. Semakin perbuatan baik itu bermakna bagi pemberi atau penerima, semakin dalam tertanam ingatan terkait hal tersebut.
Otak emosional berperan membantu mempertajam "pentingnya" ingatan itu.
"Dari penjelasan saintifik itu, kita bisa saja merasa bukan siapa-siapa. Tapi, kita bisa menjadi "dunianya" seseorang. Sebaik-baiknya manusia adalah yang membawa manfaat. Potensi bermanfaat berpeluang besar, saat kita berbuat baik," pungkas Riza. ■
Baca juga : Pengguna Angkutan Umum Tembus 5,9 Juta Orang, Selama Masa Mudik Lebaran 2023
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya