Dark/Light Mode

Ini 4 Skenario Operasi PT MRT Jakarta Hadapi Covid-19

Kamis, 30 April 2020 11:35 WIB
Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar/Marula Sardi RM
Dirut PT MRT Jakarta William Sabandar/Marula Sardi RM

RM.id  Rakyat Merdeka - PT MRT Jakarta menyiapkan 4 skenario operasi menghadapi Covid-19. Sebab, sampai sekarang belum bisa diprediksi kapan pandemi ini bakal berakhir.

“Kami kembangkan karena kita belum tahu pasti kapan Covid-19 bakal melandai dan selesai. Sehingga kita siapkan 4 skenario," kata Direktur Utama PT MRT Jakarta William Sabandar dalam konferensi pers virtual, Rabu (29/4).

Keempat skenario itu yakni Moderat, Berat, Sangat Berat dan Buruk. Menurutnya, skenario tersebut memperhitungkan prediksi berakhirnya pandemi di Jakarta.

Skenario moderat yakni kalau krisis selesai bulan Mei, maka selama empat bulan setelahnya memasuki masa rebound. Diperkirakan layanan dan jumlah penumpang bakal kembali normal September 2020.  

Baca juga : Ini Lima Skema Jokowi Lindungi UMKM di Tengah Wabah Covid-19

Kemudian, skenario berat kalau krisis berakhir pada Juli. Maka, Agustus mulai rebound dan Desember bakal stabil.

Skenario sangat berat yakni kalau krisis ini berlangsung selama 7 bulan, maka kondisi normal operasional MRT baru stabil tahun depan.

Terakhir yakni kalau krisis berakhir November, maka operasional MRT baru stabil Maret 2021. "Kita berharap yang terjadi skenario moderat," jelasnya.

William mengungkapkan, kondisi krisis ini berdampak pada pendapatan tiket dan non-tiket. Sebab, dari segi jumlah penumpang berkurang 95 persen dari rata-rata 100 ribu per hari sebelum Maret dan sekarang hanya 5 ribu penumpang per hari.

Baca juga : Komisi VI DPR: Tantangan Garuda Hadapi Badai Covid-19 Sangat Berat

The New Normal

Selain itu, William menambahkan usai pandemi ini pun bakal terjadi perubahan layanan. Sebab, physical distancing diprediksi bakal berlangsung lama. Ini tentunya mempengaruhi pola operasi MRT Jakarta.

Pertama, yakni physical distancing mensyaratkan jarak antar penumpang dalam setiap kereta. Kalau dalam kondisi normal setiap gerbong bisa mengangkut 325 penumpang per gerbong atau 1.900 penumpang dalam satu rangkaian.

Tetapi, dengan physical distancing hanya bisa mengangkut 60 penumpang per gerbong atau maksimal 900 penumpang per rangkaian kereta. Karena itulah ada dua pertimbangan supaya jumlah ridership tetap tinggi.

Baca juga : Ekspor Manggis Laris Manis di Tengah Pandemi Covid-19

“Pertama kita perpanjang durasi peak hour yang sebelumnya hanya dua jam pagi dan dua jam sore bisa ditambah menjadi masing-masing empat jam. Piihan kedua yakni menambah headway. Tetapi dengan jumlah kereta dan headway yang saat ini sudah 5 menit maka yang paling rasional adalah menambah durasi peak hour," jelasnya. [MRA]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.