Dark/Light Mode

Pesantren Warisan Khas Nusantara, Transmisikan Konsep Keagamaan Moderat

Jumat, 4 Februari 2022 16:12 WIB
Wakil Direktur Pascasarjana UIN Makassar Andi Aderus (Foto: Istimewa)
Wakil Direktur Pascasarjana UIN Makassar Andi Aderus (Foto: Istimewa)

 Sebelumnya 
Andi menggarisbawahi, di samping banyaknya jenis dan kekhasan pesantren, seperti pesantren tahfidz, darul hadits, dan pesantren modern, penting untuk mengetahui mana yang belajar tentang moderasi beragama dan mana yang jauh dari nilai moderasi beragama. “Jadi, saya kira memang ini sangat penting bagi orang tua atau wali untuk melihat track record dari sebuah pondok pesantren. Perlu dilihat juga bagaimana pesantrennya, alumninya, pengajar seperti apa, hingga kurikulum atau pengajarannya juga dilihat,” terangnya.

Terkait moderasi beragama, ia menuturkan bahwa ada beberapa pondok pesantren yang sudah mulai surut pendidikan kebangsaannya dan nilai moderasinya. Hal itulah yang harus dicermati dalam memilih pesantren baik dan mengajarkan moderasi beragama.
“Misalnya NU (Nahdlatul Ulama) dengan ribuan ponpes, ada Darud Dakwah Wal Irsyad ini memang ponpes yang mengajarkan moderasi beragama, serta Nahdlatul Wathan, dan sebagainya yang sudah kita ketahui bersama track recordnya dan pastinya mengajarkan moderasi beragama,” tuturnya.

Baca juga : Gubernur Jabar Ridwan Kamil, Resmikan Program Pendanaan Online

Ia menilai, menjadi hal penting bagi Kementerian Agama (Kemenag) untuk dapat melihat legalitas dari pesantren, latar belakang, serta kurikulum pembelajarannya. Hal ini sebagai upaya untuk mewaspadai pondok pesantren yang didirikan kelompok yang mengajarkan ideologi transnasional.

Yang pasti, lanjutnya, pesantren yang lahir dan didirikan dari ormas yang ikut berjuang terhadap kemerdekaan bangsa, tidak perlu diragukan lagi kredibilitasnya.

Baca juga : Perjanjian Ekstradisi Dengan Singapura, Puan : Kuatkan Komitmen Penegakan Hukum

Ia menyinggung terkait narasi islamofobia yang dilayangkan beberapa kelompok atas indikasi adanya pesantren yang terafiliasi dengan kelompok teroris. Dirinya menilai, harus ada kebijaksanaan dan keterbukaan baik dari tim riset dan pondok pesantren itu sendiri.

“Kita harus membangun keterbukaan. Ponpesnya jangan sampai eksklusif, tetapi harus welcome terhadap siapa saja yang ingin masuk. Bukan hanya komunitas atau orang tertentu yang boleh masuk. Begitu juga dengan tim peneliti, harus ada keterbukaan,” ucapnya.

Baca juga : Nusantara Bermakna Spiritual Dan Historis Dalam Perkuat Persatuan Indonesia

Untuk itu, Andi mengimbau kepada semua pihak, terutama ormas keagamaan, ulama, dan tokoh pesantren, untuk menanamkan dan bahkan mengakarkan kepada umat tentang pentingnya nasionalisme sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW dalam Piagam Madinah. “Ini kadang lepas dari pembacaan kawan-kawan yang suka berpikir bahwa tidak ada nasionalisme dalam Islam. Jadi, saya kira ormas, maupun organisasi yang ada perlu dan wajib mengakarkan kepada umat bahwa kita wajib menjaga bangsa ini,” katanya. [WUR]

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.