Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU
Asal Sinerginya Nyambung Dan Kuat
Konsep Pentahelix Dalam Penanggulangan Terorisme Bisa Berhasil
Kamis, 24 Februari 2022 14:40 WIB
RM.id Rakyat Merdeka - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) terus berupaya mengembangkan kebijakan dan konsep serta strategi dalam menanggulangi permasalah terorisme di Indonesia. Salah satunya dengan dengan meluncurkan kebijakan Pentahelix dengan prinsip kerja sama dan kolaborasi secara multipihak.
Konsep pentahelix ini menggunakan seluruh potensi nasional dalam membentuk kekuatan nasional melawan ideologi radikalisme dan terorisme. Pentahelix ini merangkul lima elemen bangsa, yakni Kementerian/Lembaga (Pusat dan Daerah), komunitas-komunitas (ormas, pelaku seni dan budaya), akademisi atau civitas akademika, dunia usaha (BUMN/swasta), dan media.
Baca juga : Imbang 3-3 Lawan Persebaya, Pelatih Banggakan Semangat Tempur Skuad Persija
“Konsep (pentahelix) ini saya optimis itu akan berjalan dan berhasil. Gagasannya sudah cukup dan sudah sebagaimana yang seharusnya,” ujar Guru Besar Psikologi Politik dari Universitas Indonesia, Prof Hamdi Muluk, di Depok, Kamis (24/2).
Ia menilai, konsep pentahelix memiliki banyak kelebihan. Di antara berperan menghubungkan kelima komponen penting tersebut di masyarakat dalam rangka pencegahan paham radikal terorisme. Hal tersebut diharapkan mampu mempersempit ruang gerak kelompok radikal terorisme.
Baca juga : PLN Siagakan Unit Kerja Di Berbagai Daerah Jadi Sentra Penanggulangan Bencana
“Jadi memang bagusnya lima komponen pentahelix itu nyambung dan bisa bersinergi satu sama lain, sehingga ruang gerak dari kelompok radikal terorisme akan semakin sempit,” jelasnya.
Hamdi mengamati pola pergerakan kelompok radikal terorisme yang kian masif masuk kedalam berbagai sektor vital seperti pemerintahan maupun lembaga pendidikan. “Mereka ini militan, ekstrem dan totalitas selama 24 jam dalam seluruh aktivitasnya. Mereka menyusup dan berstrategi masuk ke berbagai lini, termasuk ke lembaga negara, organisasi masyarakat, Lembaga Pendidikan dan sebagainya,” jelasnya.
Fakta bahwa kelompok radikal telah menyusup hingga ke lingkungan pendidikan, menurutnya juga bukan hal yang baru dalam dunia studi terorisme. Ia menuturkan, hal ini bekaitan dengan kondisi energi dari kelompok radikal yang besar secara psikologis, serta memiliki daya tahan dan resiliens yang tinggi dalam mewujudkan misi jangka panjangnya.
“Jadi, tidak usah heran kalau survei yang pernah dilakukan oleh BNPT ataupun survey yang dilakukan pihak lain terhadap masjid atau pesantren. Kalau orang yang sudah studi ke kelompok radikal atau ekstrem, tentunya (temuan) itu adalah hal yang biasa,” tuturnya.
Selanjutnya
Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News
Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tags :
Berita Lainnya