Dark/Light Mode

Penjualan Tiket Langsung Di Pelabuhan Dihapus, Bambang Haryo: Menyulitkan Penumpang

Kamis, 12 Mei 2022 19:33 WIB
Bambang Haryo Soekartono/Ist
Bambang Haryo Soekartono/Ist

RM.id  Rakyat Merdeka - Ketua Harian Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Jawa Timur, Bambang Haryo Soekartono, menegaskan, penghapusan penjualan tiket on the spot di pelabuhan kurang tepat.

Menurut dia, kebijakan tersebut akan mempersulit masyarakat menggunakan angkutan penyeberangan.

“Harusnya kan tahu, fungsi angkutan penyeberangan adalah kepanjangan jalan raya seperti jembatan atau jalan tol. Setiap detik, meni, dan jam, penumpang dan kendaraan bisa melakukan perjalanan menyeberang 24 jam nonstop,” kata Bambang Haryo, Kamis (12/5).

Bambang Haryo mengatakan, angkutan penyeberangan atau kapal feri berbeda dengan pesawat terbang, kereta api, atau kapal laut jarak jauh yang tidak selalu tersedia setiap saat. Sehingga penyeberangan seharusnya melayani penjualan tiket dengan kemudahan dan cepat.

Baca juga : Kementan Siapkan Strategi Pemberantasan, Mentan: PMK Tidak Menular Ke Manusia

Bila diberlakukan tiket online, penyeberangan bisa menerapkan seperti halnya di jalan tol menggunakan e-Toll, yang bisa didapat dengan mudah tanpa aplikasi. Namun, untuk mendapatkan tiket online, masyarakat harus mengunduh dulu aplikasi di smartphone untuk setiap pembelian tiket.

“Sehingga mempersulit masyarakat yang saat ini masih banyak yang tidak melek terhadap teknologi,” katanya.

Menurut Bambang Haryo, untuk memesan tiket online dari smartphone, mereka akan menemui kesulitan. Sebab, sekitar 40 persen penduduk Indonesia berpendidikan SMP ke bawah dan 20 persen belum mengenyam pendidikan. Demikian juga penggguna penyeberangan, sekitar 70 persen adalah masyarakat menengah ke bawah, sehingga dipastikan akan kesulitan mengakses untuk mendapatkan tiket online.

Apalagi, kata dia, aplikasi Ferizy itu mendapat review rendah dari pengguna di google playstore. Bukti banyak keluhan masyarakat yang kesulitan menggunakan aplikasi tersebut untuk mendapatkan tiket. Akhirnya, mereka harus tetap menggunakan calo untuk mengakses aplikasi tersebut.

Baca juga : Kendaraan Logistik Di Pelabuhan Ketapang Dialihkan Ke Pelabuhan Jangkar

Menurut Bambang Haryo, munculnya calo-calo yang jumlahnya kini ratusan bahkan ribuan terjadi di lintasan penyeberangan Merak-Bakauheni.

Sudah menjadi rahasia umum, biaya untuk pengurusan mendapatkan satu tiket melalui calo-calo itu menjadi mahal, misalnya tiket sepeda motor dari Rp 54.000 dijual Rp 65.000. Tiket penumpang bengkak dari Rp 19.500 menjadi Rp 25.000 dengan bantuan calo-calo yang tumbuh subur di Merak-Bakauheni.

Ketua Dewan Pembina DPP Gabungan Pengusaha Nasional Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan (Gapasdap) ini membeberkan beberapa praktik penjualan tiket penyeberangan di sejumlah negara yang menyediakan berbagai pilihan, meski telah menerapkan tiket online.

“Kalau kita lihat negara di Eropa, Jepang, Filipina, termasuk negara kepulauan lainnya seperti Karibia, Yunani dan lain-lain, untuk mendapatkan tiket penyeberangan tetap memberikan layanan penjualan secara cash, walaupun mereka sudah melayani penjualan online untuk mempercepat pelayanan,” ungkap Bambang Haryo.

Baca juga : Penumpang Arus Balik Di Pelabuhan Merak Terus Meningkat

Diketahui, PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) memastikan tidak ada lagi penjualan tiket on the spot di pelabuhan. BUMN ini ingin mengadaptasi sistem ticketing bandara dan stasiun kereta api, serta menerapkan pengisian data diri penumpang saat memesan tiket. [REN]

 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.