Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Sebelum Harga BBM Naik, Kepuasan Ke Jokowi 72%

Senin, 5 September 2022 08:01 WIB
Presiden Jokowi (Foto: Setpres)
Presiden Jokowi (Foto: Setpres)

RM.id  Rakyat Merdeka - Survei kepuasan publik ke Presiden Jokowi kembali dirilis lembaga survei kredibel. Hasilnya, sangat memuaskan. Kepuasan publik ke Jokowi tembus di angka 72 persen. Survei ini dirilis Lembaga Survei Indonesia (LSI). Survei ini dilakukan 13-21 Agustus 2022, jauh sebelum harga BBM subsidi dinaikkan. 

Survei ini digelar menggunakan metodologi wawancara tatap muka terhadap 1.200 responden usia 17 tahun ke atas, yang dipilih secara random (multistage random sampling). Margin of error dari ukuran sampel tersebut sebesar +/- 2.9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.

Direktur Eksekutif LSI, Djayadi Hanan memaparkan peningkatan tingkat kepuasan terhadap kinerja Jokowi terjadi secara konsisten dalam 3 bulan terakhir. "Dari 66 persen menjadi 68 persen. Kemudian sekarang menjadi 72 persen," kata Djayadi, dalam konferensi pers yang digelar secara virtual, kemarin.

Djayadi menggaris bawahi, angka kepuasan publik terhadap Jokowi yang mencapai 72 persen itu, didapat sebelum harga BBM naik. Menurutnya, angka ini bisa saja berubah, bila survei digelar pasca BBM dinaikkan. "Karena kondisi ekonomi berkorelasi positif dengan tingkat kepuasan terhadap Presiden," paparnya.

Baca juga : Dunia Maya Rame Foto Mega-Puan Menangis

Apalagi dalam survei ini, kata dia, ada temuan bahwa sebanyak 58,7 persen responden menolak kenaikan harga BBM. Responden bahkan rela negara ngutang, ketimbang harus menaikkan harga BBM. "Hampir 60 persen masyarakat menyatakan sebaiknya BBM tidak usah dinaikkan, walaupun itu akan menambah utang," terangnya.

Apa pemicu masyarakat puas terhadap kinerja Jokowi? Menurut Djayadi, paling besar dipengaruhi berbagai program bantuan kepada rakyat kecil, pembangunan infrastruktur, kinerja baik, merakyat, mampu mengendalikan harga bahan pokok, hingga memiliki kepribadian yang dianggap dekat dengan rakyat.

Sementara 26 persen yang tidak puas juga sama. Penentu dominannya juga karena faktor ekonomi. Seperti harga bahan pokok, distribusi bantuan yang tidak merata, tidak berpihak pada rakyat kecil, banyaknya pengangguran, hingga angka kemiskinan yang stagnan. "Ekonomi masih mendominasi," sebutnya.

Seperti diketahui, Jokowi resmi mengumumkan kenaikan harga BBM, Sabtu (3/9) siang. Dari semua jenis BBM, Pertalite yang selama ini jadi primadona masyarakat untuk dikonsumsi, paling tinggi kenaikannya. Dari Rp 7.650 per liternya, naik menjadi Rp 10 ribu per liternya. Diikuti Solar subsidi dari Rp 5.150, naik menjadi Rp 6.800 per liter.

Baca juga : Harga BBM Naik Ketika Minyak Dunia Turun, Ini Penjelasan Menkeu….

Meskipun alasan pemerintah menaikkan harga BBM demi menyelamatkan kantong negara dari biaya subsidi yang terus membengkak, banjir protes tidak bisa dihindarkan. Di Senayan, para wakil rakyat ramai-ramai menolak kenaikan BBM. Tak cuma anggota DPR dari partai di luar pemerintah, tapi suara penolakan itu juga datang dari partai pendukung pemerintah.

Anggota DPR dari Fraksi PKB, Luqman Hakim menegaskan, kenaikan harga BBM merupakan kado pahit bagi rakyat.  "Harga BBM naik & wacana presiden 3 periode, sungguh kado pahit awal September!" kata anak buah Muhaimin Iskandar itu, lewat cuitan di akun Twitter pribadinya, kemarin. 

Penolakan tentu saja lebih kencang lagi disuarakan oleh politisi dari partai oposisi, seperti PKS dan Demokrat. Kedua parpol ini paling lantang menyerukan agar kenaikan harga BBM dibatalkan. 

Di luar Senayan, kritik terhadap kenaikan harga BBM tidak kalah ramainya. Dari kalangan mahasiswa hingga buruh, menggelar aksi unjuk rasa sebagai bentuk protes. Tak hanya di DKI Jakarta, gelombang unjuk rasa juga terjadi hampir di setiap daerah. 

Baca juga : Sambut Hari Pelanggan Nasional, BCA Fokus Inovasi Dan Kolaborasi

Kalangan buruh di bawah komando Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal juga akan menggelar aksi demonstrasi besar-besar di 33 provinsi. Aksi unjuk rasa akan digelar secara serentak. 

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves), Luhut Binsar Pandjaitan menyadari, kenaikan harga BBM sangat memberatkan masyarakat. Apalagi diprediksi bakal ada efek domino dari kenaikan BBM ini pada harga kebutuhan pokok.

Tapi, Luhut meyakini, rasa sakit yang dirasakan masyarakat itu cuma sebentar. "Mungkin pada periode tertentu akan painful buat kita, ada sakit buat kita, tapi saya kira setelah beberapa bulan, tidak ada masalah. Asal kita kompak saja," kata  Luhut di SMA Unggul Del di Kabupaten Toba, Sumatera Utara, Sabtu (3/9).■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.