Dark/Light Mode

Wakil Kepala BPIP Dorong ASN Jadi Suri Tauladan

Jumat, 23 September 2022 13:15 WIB
Karjono usai memberikan kuliah umum Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Sekretariat Negara. (Foto: Ist)
Karjono usai memberikan kuliah umum Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Sekretariat Negara. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Karjono mengajak, Aparatur Sipil Negara di lingkungan kementerian dan lembaga untuk menjadi suri tauladan dalam bekerja dan berkehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara.

"Menjadi seorang ASN atau pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan, di tengah kesibukan juga mampu membangkitkan, menggugah semangat dan memberikan dorongan moral semangat kerja," kata Karjono  

saat memberikan kuliah umum Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan di Pusat Pengembangan Kompetensi Aparatur Sipil Negara Sekretariat Negara, di Jakarta, Kamis (22/09).

Ia meminta para peserta diklat untuk dapat belajar dari para pahlawan bangsa, salah satunya Ki Hajar Dewantara dengan pesannya, "Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani".

Baca juga : Kepala BPIP Minta Masyarakat Sidikalang Antisipasi Ideologi Selain Pancasila

Kuliah umum dengan tema “Etika dan Integritas Kepemimpinan Pancasila" itu, Karjono mengawali pemaparannya dengan mengenalkan salam Pancasila yang digagas Ketua Dewan Pengarah BPIP Megawati Soekarnoputri, yang diadopsi dari pekik "Merdeka" yang ditepkan oleh Bung Karno melalui Maklumat 31 Agustus 1945. Menurut dia,  sejatinya Salam Pancasila memiliki ruh salam kebangsaan yang menyatukan Indonesia yaitu Salam Merdeka.

Karjono melanjutkan, peran Pejabat Administrator dan Pengawas sangat strategis dalam menjunjung tinggi nilai Pancasila, khususnya bagi pelaksanaan tugas dan fungsi negara dalam melayani masyarakat.

"Pemimpin saat ini tidak sebatas pada pintar atau juga pandai, akan tetapi juga harus bener," tegasnya.

Ada beberapa aspek yang harus dimiliki dan dikuasai generasi muda diantaranya kemampuan bela negara, revolusi mental, dan pemahaman terhadap empat pilar wawasan kebangsaan.

Baca juga : Kepala BPIP: Pancasila Tidak Anti Agama

Wakil Sekretaris Majelis Ulama Bidang Hukum dan Ham itu menjelaskan sejatinya Pancasila merupakan satu kesatuan yang lahir pada 1 Juni 1945, piagam jakarta 22 Juni 1945, kemudian menjadi perjanjian luhur bangsa pada sidang PPKI pada 18 Agustus 1945 sampai dengan ditetapkan peraturan presiden nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila, serta testimoni pelaku sejarah oleh Bung Hatta yang memberikan kuasa kepada Guntur, dan testimoni Dr. Radjiman Wediodiningrat, dan pelurusan sejarah oleh AB Kusuma.

Ia juga menyebut di sisi lain, kondisi masyarakat saat ini terhadap Ideologi Negara cukup memperhatinkan. 

Menurutnya berdasarkan survei Syaiful Muzani Research and Consulting (SMRC), hanya 64,6 persen responden yang dapat menyebutkan Pancasila secara utuh dan benar, 10,2 persen menyebutkan empat sila dengan benar, 5,1 persen menyebutkan tiga sila dengan benar, 3,9 persen menyebutkan dua sila dengan benar, 3,9 persen menyebutkan satu sila dengan benar, dan yang paling memperihatinkan 12,3 persen responden tidak dapat menyebutkan pancasila dengan benar.

“Hal ini sangat meprihatinkan, Pancasila adalah Ideologi Bangsa yang seharusnya di internalisasi tiap-tiap Warga Negara Indonesia," paparnya.

Baca juga : Wacana Hidupkan Kembali PPHN Dianggap Rusak Sistem Ketatanegaraan

Di akhir paparannya Karjono memberikan sejumlah resep kepada para first line manager tersebut untuk menjadi seorang pemimpin.

"Bapak Ibu harus datang sebelum yang lain datang dan pulang setelah yang lain pulang, itu yang dilakukan oleh para pucuk pimpinan, kemudian yang terpenting adalah loyal dan profesional,” ujarnya.

“Bapak dan Ibu tempel terus para pimpinan, bekerja sebaik mungkin untuk menyelesaikan tugas, jangan membentur-benturkan loyal dan profesional, itu merupakan satu kesatuan seperti dua sisi mata uang. Loyal berarti Bapak dan Ibu tunduk dan patuh terhadap Pimpinan Instansi, profesional berarti Bapak dan Ibu harus menjaga penuh integritas dan kejujuran dalam bekerja, jangan pernah berfikiran membawa satu rupiahpun untuk kepentingan pribadi," pesannya.

Dalam kesempatan tersebut hadir Kepala Pusat Pengembangan Kompetensi ASN Sekretariat Negara Adhiawarman, Widyaiswara Ahmad Taufik, peserta diklat berasal dari Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Kementerian Pemuda dan Olahraga, Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme, dan Komisi Yudisial.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Tags :