Dark/Light Mode

Kasihan, Anak Di Pandeglang Andalkan Mie dan SKM Untuk Pemenuhan Gizi

Sabtu, 1 Oktober 2022 22:39 WIB
Kental manis/ilustrasi. (Foto: Istimewa)
Kental manis/ilustrasi. (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Melihat progres tumbuh kembang anak yang sehat dengan asupan gizi lengkap, menjadi dambaan setiap orang tua. Karena pemenuhan gizi menjadi hal penting untuk bekal tumbuh kembang anak. Jika gizi tak terpenuhi, akan mengancam kondisi gagal tumbuh.

Imaz, bocah berusia 2 tahun asal Pandeglang, Banten, merupakan salah satu dari balita dengan pemenuhan gizi yang tidak ideal. Di umurnya yang sudah 2 tahun, berat badan Imaz hanya 9,6 kilogram dan tinggi badan 93,4 centimeter.

Mie dan susu kental manis (SKM) menjadi salah satu alasan Imaz kekurangan gizi. Nina, ibunda Imaz, menceritakan alasan di balik konsumsi mie dan kental manis setiap harinya.

Baca juga : Pemda Diminta Tak Ragu Gunakan Anggaran Untuk Kendalikan Inflasi

"Saya memberikan mie instan dan kental manis ke anak saya karena hanya mengandalkan gaji dari suami sebesar Rp 750.000 per bulannya. Itu pun tidak cukup buat sehari-hari," ujar Nina.

Nina menjelaskan, anaknya sangat gemar jajan ke warung membeli mie dan kental manis daripada makan makanan yang bergizi seperti sayur, daging, dan ayam.

Salah satu kader Posyandu Desa Rawasari, Kabupaten Pandeglang, Ene, memaparkan jika saat pemantauan bulanan anak-anak di wilayah tersebut, berat badan Imaz sempat mengalami peningkatan. "Sempat naik, tapi habis itu turun lagi karena pemberian makanan bergizi tidak dilakukan secara konsisten", ujar Ene.

Baca juga : Kominfo Ajak Manfaatkan Potensi Lokal Untuk Konten

Ene menjelaskan, selama ini pihaknya melakukan penyuluhan terkait kesehatan. Mulai dari cara pemberian makanan sampai cara pemberian susu.

"Kalau bisa, kental manis jangan dikonsumsi. Tapi, ya yang namanya dia sudah terbiasa minum kental manis, ya minum kental manis aja nggak bisa digantikan yang lain," ucapnya.

Hasil survei Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Kementerian Kesehatan mencatat, 24,5 persen bayi usia di bawah 5 tahun (Balita) di Banten mengalami stunting pada 2021. Kabupaten Pandeglang tercatat sebagai wilayah dengan prevalensi balita stunting tertinggi di, yakni mencapai 37,8 persen.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.