Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Gelar Seminar Budaya Tri Tangtu Di Buana

BPIP: Pancasila Digali Dari Akar Budaya Lokal

Jumat, 7 Oktober 2022 12:28 WIB
Seminar Budaya Tri Tangtu Di Buana Di Universitas Indonesia. (Foto: Ist)
Seminar Budaya Tri Tangtu Di Buana Di Universitas Indonesia. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Wakil Ketua Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Jenderal (Purn) Try Sutrisno mengatakan, Pancasila digali dari akar budaya yang jadi falsafah-falsafah lokal yang ada di bumi nusantara.

Hal tersebut dikatakan Try Sutrisno saat membuka secara resmi acara Seminar Budaya Nusantara di Kampus Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat, Kamis (6/10).

Seminar diselenggarakan atas kerjasama BPIP dengan Forum Silaturahmi Keraton Nusantara (FSKN), Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia. 

Acara ini bertujuan mengangkat nilai-nilai luhur dari keraton-keraton di nusantara, yang pada kesempatan ini mengambil tema “Tri Tangtu di Buana”. Tri Tangtu di Buana adalah sebuah falsafah dari kerajaan Sunda-Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Di acara ini Try Sutrisno didampingi Wakil Kepala BPIP Karjono. 

Baca juga : Puji Pidato Menlu Di PBB, Dewan Pakar BPIP: Cerminan Pancasila Dalam Diplomasi

Try Sutrisno dalam sambutannya menyampaikan, “Tri Tangtu di Buana” merupakan salah satu falsafah budaya Galuh yang dapat dibuktikan keberadaannya melalui situs-situs budaya yang ada di Galuh, Ciamis. Menurut dia, falsafah tersebut  sebagai nilai-nilai luhur yang berhasil diramu dan dirumuskan menjadi Pancasila.

“Bahwa Pancasila digali dari akar budaya yang jadi falsafah-falsafah lokal yang ada di bumi nusantara," kata Try.

“Tri Tangtu di Buana” sendiri merupakan falsafah budaya Sunda-Galuh dalam mengelola hubungan antar manusia dengan alam semesta dan Sang Pencipta, yang terbagi menjadi tiga kontekstual fungsi yaitu Rama (legislatif), Ratu (eksekutif) dan Resi (yudikatif).

“Falsafah ini terkenal sebagai 3 lembaga yang mengatur dalam menjalankan pemerintahan di kerajaan Galuh. Ini hebat, yang kita kenal dengan Trias Politica, ternyata nenek moyang kita sudah membuat ini sejak dahulu dan kita patut bangga dan bersyukur bahwa di zaman modern ini, sesungguhnya telah ada dan diterapkan oleh nenek moyang kita dengan memahami Tri Tangtu di Buana sebagai falsafah lokal,” jelasnya.

Baca juga : Tito Minta Dukungan Dari Wakil Rakyat Nih

Bupati Ciamis yang diwakili oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Ciamis, Tatang mengatakan bahwa konsep “Tri Tangtu di Buana” adalah sebagai konsep khasanah tradisi berupa cara berpikir atau falsafah hidup yang hidup dalam masyarakat tradisional sunda dan juga merupakan ilmu pengetahuan dan kearifan masa lalu karya nenek moyang masyarakat Sunda yang masih relevan dengan kondisi dan situasi saat ini yang diharapkan mampu melahirkan solusi keberlangsungan hidup bangsa.

"Konsep Tri Tangtu di Buana mempunyai relevansi yang kuat dengan bagaimana cara membangun kesalehan individual dan sosial dalam masyarakat pada saat ini,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum FSKN Brigjen  Mapparessa Karaeng Turikale VIII, Maros, Sulawesi Selatan mengatakan bahwa Seminar Budaya Nusantara akan diselenggarkan rutin oleh FSKN sebagai manifestasi peran kontributif dalam upaya pelestarian dan pemajuan kebudayaan nasional yang bersumber dari nilai-nilai luhur budaya keraton-keraton Nusantara sebagai epicentrum kebudayaan dalam rangka mendukung program Pemerintah sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

“Beberpa nilai-nilai luhur yang telah diwariskan, harus kita jaga, harus kita kembangkan dan kita wariskan kembali kepada anak-cucu kita," tuturnya.

Baca juga : Kepala BPIP: Pancasila Tidak Anti Agama

Diharapkan dengan terselenggaranya acara Seminar Budaya Nusantara ini dapat lebih membangun wawasan budaya bangsa, terutama generasi muda penerus bangsa, agar tidak terputus dari mata rantai perjalanan emas sejarah leluhur pendiri bangsa.

Seminar Budaya Nusantara ini dihadiri pula oleh Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid, Dekan FIB UI Bondan Kanumoyoso, Dekan FISIP UI Prof Semiarto Aji Purwanto serta menampilkan beberapa narasumber dari FIB dan FISIP UI seperti Prof Agus Aris Munandar, Alfonsus Sutarno, Yat Rospia Brata, dan Ilham Purwa dari Universitas Galuh Ciamis.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.