Dark/Light Mode

Hasil Rekapitulasi KPU
Pemilu Presiden 2024
Anies & Muhaimin
24,9%
40.971.906 suara
24,9%
40.971.906 suara
Anies & Muhaimin
Prabowo & Gibran
58,6%
96.214.691 suara
58,6%
96.214.691 suara
Prabowo & Gibran
Ganjar & Mahfud
16,5%
27.040.878 suara
16,5%
27.040.878 suara
Ganjar & Mahfud
Sumber: KPU

Benny Susetyo: Guru Garda Terdepan Pembumian Pancasila

Selasa, 11 Oktober 2022 21:00 WIB
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo (Foto: Dok. BPIP)
Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo (Foto: Dok. BPIP)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) melalui Direktorat Evaluasi Kedeputian Pengendalian dan Evaluasi bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur (NTT) menyelenggarakan Seminar Seminar Pendidikan bertajuk “Peran Pendidik dalam Penanaman Nilai-nilai Pancasila Melalui Kearifan Lokal”, di SMK 3 Kupang, NTT, Selasa (11/10). Acara ini menyasar kaum guru dan pendidik di lingkungan NTT dan dihadiri 100 orang secara luring dan 1.200 orang secara daring melalui aplikasi Zoom Meeting.

Pembukaan acara menghadirkan narasumber Guru Besar Universitas Nusa Cendana Profesor Mien Ratoe Odjoe dan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo. Direktur Evaluasi BPIP Edi Subowo menyatakan, pendidik memegang peranan sangat krusial dalam perkembangan masa depan bangsa.

“BPIP sangat mengapresiasi segala bentuk masukan dan saran dari para guru, khususnya terkait penanaman ideologi Pancasila melalui kearifan lokal dalam  proses pendidikan Indonesia. Diharapkan dalam acara seminar pendidikan ini terjadi dialog dan masukan-masukan inovatif terkait penanaman nilai Pancasila pada generasi muda dengan cara-cara yang mengedepankan kearifan lokal dan nilai-nilai yang berkembang serta hidup nyata dalam masyarakat,” ucapnya, seperti keterangan yang diterima RM.id, Selasa (11/10).

Selanjutnya, Prof Mien Ratoe Odjoe menyatakan, kawasan Flobamora yang terdiri dari Flores, Sumba, Timor, dan Alor merupakan kawasan yang sarat akan nilai dan budaya. Tidak kurang dari 16 etnis dan 72 bahasa asli yang tersebar di 22 kabupaten membuktikan bahwa NTT memiliki nilai dan budaya yang beragam yang berkembang dengan penuh harmoni dan keselarasan.

Baca juga : Sumur Resapan Belum Sakti Taklukkan Banjir

“Guru sebagai pembimbing bagi peserta didik, yang merupakan masa depan bangsa, sudah seharusnya menuntun para murid untuk senantiasa dapat berkembang menjadi manusia yang tidak hanya cerdas namun juga selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang tercantum pada Pancasila,” ucapnya.

Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo mengatakan, dalam era digital di saat ini, kearifan lokal mulai terlupakan bangsa. Yang dahulu amat menghormati kebudayaan dan keberagaman, sekarang terjebak dalam politik identitas, berita bohong, dan hoaks.

“Karenanya, para guru memiliki beban berat. Tidak hanya mengajar, namun harus dapat mendidik dan menjadi teman bagi para peserta didik yang merupakan generasi masa depan bangsa, untuk dapat mengembalikan masyarakat indonesia kepada fitrahnya sebagai bangsa yang menghargai keanekaragaman suku, budaya, dan bahasa sebagai anugerah dari Tuhan yang Maha Esa agar negara ini tidak berakhir terpecah belah dan musnah,” ujarnya.

Penulis buku “Politik Pendidikan Penguasa” ini menyampaikan, dalam era digital, internet dan media sosial memiliki nilai dan bagian luar biasa dalam kehidupan manusia. Keberadaannya yang tidak mengenal ruang dan waktu membuat masyarakat tak sadar makin tergantung kepada internet. Karena hal tersebut terjadi pergeseran nilai di masyarakat.

Baca juga : Bahlil Sebut Ekonomi Global Gelap, Ingatkan Semua Pihak Waspada

“Sekarang masyarakat lebih mementingkan kepopuleran, kuantitas mengenai berapa like, view, dan share yang menyebabkan terjadinya penyalahgunaan media sosial yang cenderung mengedepankan sensasi, konten nirfaedah, dan berita bohong. Hal ini sejalan dengan perumpamaan Plato tentang manusia yang masuk gua besar dan meraba-raba. Kebenaran di era digital ini cenderung mengedepankan persepsi, bukan kesadaran kritis dalam mengolah informasi,” ucapnya.

Doktor komunikasi politik melanjutkan, saat ini setiap orang bisa menjadi berita. Keterbukaan ruang publik di alam digital membuat siapa saja dapat menjadi sumber informasi hingga siapa pun yang kreatif, bertenologi tinggi dengan konten yang dapat mempengaruhi masyarakat, dialah yang paling unggul. Hal ini menyebabkan ruang publik direduksi menjadi alat kepentingan, bukan ruang dialektika untuk memajukan masyarakat.

Padahal, ruang publik seharusnya menjadi ruang dialog multi arah, bukan sekadar tempat bermonolog para individualis yang tidak menghargai perasaan orang lain dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat. “Oleh karena itulah, diharapkan guru-guru dapat terlibat secara aktif dengan mulai mengajak para murid memenuhi ruang digital dengan konten konten positif, yang penuh budaya dan kearifan lokal. Agar masyarakat dapat menyadari bahwa kebersatuan adalah hakekat berbangsa dan bernegara,” jelas Benny.

Pemerhati pendidikan ini mengharapkan, melalui konten-konten positif diharapkan pembumian nilai-nilai luhur Pancasila tidak hanya dapat sampai dan terinformasikan kepada masyarakat. Namun dapat menjadi habituasi atau kebiasaan dalam kehidupan masyarakat. Sehingga rasa persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ini dapat terjaga.

Baca juga : BPIP Perkuat Pembinaan Ideologi Pancasila Di Kaltim

“Guru sebagai panutan, sahabat dan pembimbing para peserta didik hendaknya menyadari peranannya dalam upaya merawat kemajemukan dan menjaga keutuhan bangsa,” tutup Benny.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.