Dark/Light Mode
BREAKINGNEWS
- Pebulutangkis Muda Indonesia Syabda Perkasa Wafat Usai Kecelakaan
- Ini Sederet Prestasi Almarhum Syabda Perkasa Belawa
- Awal Pekan, Rupiah Masih Kurang Tenaga
- Dubes RI Untuk Inggris Desra Jamu Dan Semangati Tim Indonesia Di All England
- Incar Pasar Anak Muda, Bank Mandiri Relaunching Kartu Kredit Khusus Pegolf
Ketum PP Muhammadiyah: Pemilu 2024 Harus Akhiri Pembelahan Politik Kebangsaan
Jumat, 28 Oktober 2022 19:57 WIB

RM.id Rakyat Merdeka - Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir menegaskan, negara Indonesia dibangun di atas fondasi persatuan untuk semua.
Dari paham kesatuan tersebut, setiap bentuk oligarki, monopoli, dan kekuasaan mutlak oleh satu orang atau segelintir pihak, berlawanan dengan jiwa Pancasila dan Konstitusi Indonesia.
Merujuk Pidato 1 Juni 1945 Soekarno, Haedar mengatakan, Indonesia bukan satu negara untuk satu orang maupun golongan saja. Indonesia berdiri untuk semua.
"Indonesia dengan bangunan dasar Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika mesti dikonstruksi dengan jiwa dan pandangan yang moderat. Jauhi pandangan radikal-ekstrem, yang menempatkan segala idiom ke-Indonesia-an, dalam nalar antagonistik yang memecah," kata Haedar dalam acara Orasi Kebangsaan Sumpah Pemuda, Jumat (28/10).
Karena itu, Haedar mengajak seluruh elemen bangsa, untuk menghindari segala bentuk ujaran dan tindakan, yang menebar virus perpecahan. Lebih-lebih, menjelang tahun politik 2024.
Berita Terkait : BNPT: Ingat, Kesatuan Indonesia Adalah Kunci Pembangunan Bangsa
"Hindari segala bentuk ujaran dan tindakan, yang menebar virus perpecahan. Pemilu 2024 harus menjadi komitmen bersama, yang menyatukan bangsa dan mengakhiri pembelahan politik kebangsaan,” tegas Haedar.
Guru Besar Sosiologi ini mendorong agar energi persatuan menjadi alam pikiran kolektif. Khususnya, kepada generasi milenial sebagai pewaris.
Dia berpesan, agar masyarakat terus memupuk kesadaran menjadi aktor persatuan dan kemajuan bangsa. Serta menjadikan media sosial dan ruang publik, sebagai arena persaudaraan.
“Tumbuhkan pola pikir, sikap, dan tindakan bahwa semua anak bangsa dari latar belakang yang berbeda adalah saudara untuk hidup bersama secara harmoni, damai, toleran, dan berkemajuan,” pesan Haedar.
Menurutnya, persatuan harus dibangun dengan jiwa tulus dan autentik. Bukan disimulasi dengan kepentingan-kepentingan sesaat.
Berita Terkait : Hari Santri 2022, Kemenag Gelar Shalawat Kebangsaan
Terkait hal ini, Haedar mengutip Surat Al Hasyr ayat 13 yang menerangkan tentang persatuan yang banal atau dangkal, dan tidak sampai pada hati.
Menurutnya, semua elemen bangsa harus hadir dengan keteladanan dan kenegarawanan.
“Semua elite dan warga bangsa hadir dengan keteladanan dan kenegarawanan untuk mewujudkan cita-cita Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil, dan makmur milik bersama,” papar Haedar.
Berbekal modal persatuan yang kokoh dan otentik, Haedar yakin, Indonesia akan tumbuh menjadi negara dan bangsa berkemajuan.
Kemajuan Indonesia adalah tonggak utama untuk hidup setara dan bermartabat. Sama dengan bangsa lain di panggung dunia.
Berita Terkait : Pertumbuhan Ekonomi Harus Inklusif Dan Dinikmati Semua Kalangan
Menurutnya, hal itu hanya dapat diwujudkan, bila seluruh institusi negara dan warga negara bersatu.
“Persatuan dan kemajuan itu mahal harganya. Persatuan harus menjadi gerakan dan budaya kolektif seluruh komponen bangsa. Ruang publik Indonesia, mesti dipenuhi suara-suara emas yang menggelorakan persatuan," papar Haedar.
"Jangan biarkan, para pembikin kegaduhan dan perpecahan menguasai jagat Nusantara. Agar Indonesia tetap utuh dan maju,” imbuhnya.
Haedar optimis, potensi bersatu yang dimiliki bangsa Indonesia, lebih besar ketimbang virus perpecahan.
"Di tubuh bangsa ini, masih hidup akal sehat, moral dan kesadaran kolektif untuk bersatu. Dengan menjadikan Pancasila, agama dan kebudayaan luhur bangsa sebagai basis nilai utama," tandasnya. ■
Tags :
Berita Lainnya