KPK: Buronan Izil Azhar Sudah Mulai Muncul Tahun Lalu, Bukan Di Luar Negeri

RM.id  Rakyat Merdeka - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengungkapkan, tersangka kasus kasus dugaan penerimaan gratifikasi pembangunan Dermaga Sabang 2006-2011, Izil Azhar yang buron sejak 2018, mulai terlihat sejak tahun lalu.

"Saya dengar DPO ini satu tahun yang lalu sudah mulai muncul, keberadaannya tidak di luar negeri," ujar Deputi Penindakan KPK Karyoto, di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta Selatan, Rabu (25/1).

Namun, saat itu KPK tak mau memberitahu ke publik soal keberadaan tangan kanan eks Gubernur Aceh Irwandi Yusuf ini.

Baca juga : Penyerapan Anggaran Kemenperin Tahun Lalu Capai 98 Persen

"Kita tidak memberitahu, kita hanya diam. Kalau DPO dikasih tahu, sama aja ngasih tau, 'kamu pindah tempat dong'," seloroh eks Wakapolda DI Yogyakarta ini.

Komisi pimpinan Firli Bahuri cs ini pun akhirnya mulai melakukan koordinasi dengan Polda Nanggroe Aceh Darussalam.

"Secara infrastruktur, Polri ada sampai desa, jadi kami bisa melacaknya dengan bantuan Polri," tutur Karyoto.

Baca juga : Ketua KPK Sebut Buronan Izil Azhar Tiba Di Soekarno-Hatta Sore Ini

Akhirnya, pada Selasa (24/1), Tim Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) melakukan penangkapan terhadap Izil Azhar, di salah satu tempat yang berada di Kota Banda Aceh.

"Yang bersangkutan selanjutnya dibawa dan diamankan ke Mako Polda NAD untuk pemeriksaan intensif," bebernya.

Setelah itu, tim membawa terhadap Izil Azhar ke Jakarta untuk ditahan, agar mempercepat penyelesaian perkara. Izil Azhar ditahan mulai tanggal 25 Januari 2023 sampai dengan 13 Februari 2023 di Rutan KPK pada Kavling C1 gedung ACLC.

Baca juga : KPK Sudah Intai Buronan Izil Azhar Sejak Desember Tahun Lalu

Wakil Ketua KPK Johanis Tanak mengungkapkan, Izil Azhar merupakan orang kepercayaan atau tangan kanan Gubernur Aceh periode 2007-2012 dan 2017-2018 Irwandi Yusuf. Dia tercatat sebagai salah satu anggota tim sukses Irwandi pada Pilkada Aceh 2007.

Izil Azhar disebut menjadi perantara penerima uang gratifikasi sebesar Rp 32,45 miliar dari Board of Management Nindya Sejati Joint Operation, yakni Heru Sulaksono dan Zainuddin Hamid alias Let Bugeh untuk Irwandi Yusuf.

"Mengenai sumber uang yang diserahkan Heru Sulaksono dan Zainuddin Hamid diduga dari dana biaya konstruksi dan operasional proyek pembangunan dermaga bongkar pada kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas Sabang Aceh," ungkap Johanis.
 Selanjutnya 

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.