Dark/Light Mode

Dialog Dengan Masyarakat Indonesia Di Jerman

BPIP Dorong Pemilu Damai Tanpa Isu SARA

Minggu, 11 Juni 2023 12:09 WIB
Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo. (Foto: Ist)
Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo. (Foto: Ist)

RM.id  Rakyat Merdeka - Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) berharap Pemilu 2024 berlangsung damai. Para elite dan masyarakat diminta untuk menjadikan Pancasila sebagai landasan politik serta menjauhi politik identitas atau SARA. 

Harapan tersebut disampaikan Staf Khusus Ketua Dewan Pengarah BPIP Antonius Benny Susetyo saat menjadi narasumber peringatan  Hari Lahir Pancasila dengan tema "Membumikan Pancasila untuk Pemilu Damai dan Bermartabat"  yang digelar Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Frankfurt, Jerman, pada Sabtu (10/6).

Dalam dialog ini hadir narasumber lain yaitu Menkopolhukam Mahfud MD. Benny dan Mahfud memberikan paparan secara daring. Acara diikuti oleh masyarakat Indonesia yang tinggal di Frankfurt dan sekitarnya secara luring dan daring. 

Benny menyatakan, pada dasarnya, kontestasi pemilu adalah perebutan kekuasaan. Yaitu bagaimana partai politik dengan segala cara mendapat simpati rakyat. Kata dia, tantangan pemilu nanti adalah  menghadapi isu politik identitas yang memanipulasi agama dan sifat kedaerahan. Menurut dia, isu-isu tersebut  yang demokrasi mengalami kemunduran. 

Baca juga : Gabungan Seniman Indonesia: Ganjar Pemimpin Pandai Dan Suka Guyon

Benny mengatakan, tantangan lain adalah menciptakan pemilu damai. Yaitu mendorong agar para peserta pemilu menjadikan ide sebagai perdebatan. Bukan identitas, isu SARA, ataupun memori-memori masa 'keemasan' jaman dahulu. "Seperti Romo Magnis katakan, cari pemimpin yang dosanya paling kecil, yang rekam jejaknya paling kecil dosanya," kata Benny. 

Ia yakin masyarakat mampu mewujudkan pemilu damai itu. Mengingat masyarakat Indonesia sudah mampu menghayati nilai Pancasila. "Nilai Pancasila dibatinkan oleh publik sebagai living dan working ideology. Itu yang harus kita sadari terus," katanya. 

Bagaimana cara mewujudkan nilai Pancasila itu? Mudah saja. Jika masyarakat memiliki nilai ketuhanan, mereka takut pada Tuhan; mereka mencintai Tuhan sehingga tidak akan menghancurkan martabat manusia lainnya. Martabat manusia lainnya tidak akan direduksi, sehingga nilai kemanusiaan dijunjung tinggi. Karena nilai kemanusiaannya dijunjung, maka mereka akan menjaga persatuan; itulah nilai persatuan. Karena bersatu, tidak ada mayoritas minoritas, semua orang sama, itulah sila keempat. "Dan dari situ, tercipta kolaborasi untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," bebernya. 

Selain itu, mereka yang mengamalkan nilai Pancasila tidak akan menjelek-jelekkan orang, menganggap orang lain di bawahnya, menganggap orang lain bisa ditindas, dan tidak memecah belah persatuan Indonesia

Baca juga : Wamenhan Dorong Kerja Sama Coast Guard Di Kawasan ASEAN

Dia pun menuturkan tugas dari para peserta, yang kebanyakan adalah masyarakat yang tinggal di Jerman, baik untuk pendidikan ataupun bekerja untuk ikut menjaga kedamaian di dalam Pemilu. Bangun terus kesadaran untuk literasi digital. "Kobarkan pendidikan politik berdasarkan etika dan moral Pancasila. Berpolitik adalah untuk kesejahteraan umum, itulah cita-cita kita berbangsa dan bernegara, sebagaimana dituang dalam Pembukaan UUD 1945," ungkapnya.

Salah satu pendiri Setara Institute ini pun memberikan beberapa poin bagaimana demokrasi Pancasila tetap terjaga selama masa menyambut tahun pemilu 2024, yang intinya nilai Pancasila landasan berpolitik. 

Elite politik mengedepankan Pancasila, sebagai etika publik dan alat pemersatu. Mereka tidak boleh bicara soal keluar dari Pancasila. Kedua, partai politik mengendalikan tim sukses dan sosial yang menyebarkan hoaks dan kebencian. Ketiga, partai politik mengedepankan nilai musyawarah mufakat. Keempat, penggiat media sosial menjadi pemutus kata bukan pengiya kata, menjadi kritis untuk menelaah informasi. "Anda harus menjadi wasit yang adil agar media sosial bukan penghancur tetapi menjaga persatuan Indonesia. Kelima, partisipasi publik diperlukan untuk menjaga moral dan pendidikan pemilih yang cerdas," ujarnya. 

Benny menutup paparannya dengan sebuah menyerukan agar menggunakan konten cerdas untuk bantu generasi muda dalam memilih. "Sehingga memiliki pemimpin yang memiliki jiwa Pancasila. Lawan radikalisme, politik identitas, dan rayuan 'masa keemasan' masa lalu," ungkapnya. 

Baca juga : Masyarakat Inginnya Sistem Pemilu Terbuka

Sementara itu, Konsul Jenderal RI Frankfurt, Acep Somantri mengharapkan lewat acara ini, semangat menjaga pemilu yang damai terus terjaga. “Harapannya adalah agar dalam pemilu ini kita tidak terpecah belah, dipenuhi kebencian dan politik identitas. Ini bukan sekedar pesta demokrasi lima tahunan saja, tetapi ini tentang masa depan Indonesia. Kita harus menjaga kontestasi pemilu dengan damai," tuturnya.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.