Dark/Light Mode

Narasi Keagamaan Yang Keliru Di Medsos Akar Radikalisme

Sabtu, 17 Juni 2023 22:35 WIB
Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla (Foto: Istimewa)
Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla (Foto: Istimewa)

RM.id  Rakyat Merdeka - Maraknya narasi keagamaan yang keliru di media sosial (medos) bisa menjadi salah satu akar dari radikalisme berbasis agama. Narasi keagamaan yang keliru seringkali menyebar dengan cepat dan luas di medsos dan dapat memengaruhi pemaham agama seseorang secara negatif. Untuk itulah, generasi muda harus paham bagaimana cara kelompok radikal melakukan aksinya dan harus tahu bagaimana mencegah terjadinya penyebaran narasi keagamaan yang keliru itu dan mengurangi dampak dari aksi kelompok radikal di dunia maya.

Hal itu diungkap Ketua Lakpesdam PBNU Ulil Abshar Abdalla saat Pengukuhan Duta Damai Santri dan Regenerasi Duta Damai Dunia Maya Regional Jawa Tengah, di Semarang. “Peran generasi muda di dalam menghadapi narasi keberagamaan yang radikal yang paling utama adalah memahami bagaimana cara kerja kelompok ini,” ungkapnya, seperti keterangan yang diterima redaksi, Sabtu (17/6).

Menurut Ulil, kaum milenial tidak akan bisa menanggapi ideologi radikal jika tidak memahami cara kerja kelompok tersebut berselancar di dunia maya. Untuk, generasi milenial harus paham dulu cara kerja kelompok radikal.

Baca juga : Pekan Literasi Digital: Semakin Cakap Di Media Sosial

“Setelah kita tahu dan paham, kita baru bisa merumuskan narasi tandingan. Narasi tandingan ini sebetulnya narasi yang tidak berangkat dari 0, karena narasi tandingan ini praktik keagamaan dan praktik dakwah yang sudah berlangsung di Indonesia selama beradab-abad,” lanjutnya.

Namun, pada kenyataannya, masih banyak generasi muda, termasuk para santri, yang hanya menjadi pengguna media sosial pasif. Padahal mereka memiliki ilmu agama yang cukup.

Ulil mengungkapkan, santri memiliki ilmu yang banyak dan bagus karena mereka belajar ilmu Islam dari para kiai. Namun, mereka juga memiliki beberapa kekurangan. “Kelemahan para santri, mereka kurang artikulatif, kurang banyak menulis, kurang banyak membuat dan memproduksi konten dan juga kurang canggih memahami bahasa komunikasi saat ini,” tambahnya.

Baca juga : Heru Apresiasi Gerak Cepat Pembukaan Dan Penataan Trotoar Di Depan Kedubes Amerika

Ulil menyampaikan, generasi muda dan para santri perlu memperkuat kemampuan komunikasi. “Para santri memiliki ilmunya, jadi tinggal memoles tekniknya saja,” ujarnya.

Dia berharap, setelah mengikuti kegiatan pelatihan ini, generasi muda, termasuk para santri, memiliki kemampuan dan terus meningkatkan keahlian yang mereka miliki. “Saya berharap setelah mengikuti pelatihan ini mereka menjadi generasi muda yang punya skill teknis yang mumpuni sehingga bisa menyampaikan ajaran-ajaran Islam yg rahmatan lil alamin sesuai dengan bahasa sekarang,” tuturnya.

Ulil juga menyampaikan, akar penyebab radikalisme berbasis agama sangat kompleks dan ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap kemunculannya. Karena itu, radikalisme berbasis agama tidak bisa dipisahkan dari konteks masyarakat modern dengan seluruh karakteristik masyarakat.

Baca juga : Saat Posisi Kopiah Ganjar Kurang Presisi, Mega: Sini Ibu Rapihin

Ia mengungkapkan, faktor yang berkontribusi terhadap munculnya radikalisme berbasis agama antara lain tekanan politik, solidaritas agama, budaya keagamaan masyarakat, kebijakan pemerintah, dan pendidikan. “Faktor-faktor tersebut dapat menciptakan rasa marginalisasi, frustrasi, dan keputusasaan yang dapat menyebabkan individu menganut ideologi radikal,” ungkap Ulil.

Selain itu, lanjutnya, agama dapat digunakan sebagai alat untuk membenarkan tindakan kekerasan dan mendapatkan dukungan dari orang lain yang memiliki keyakinan yang sama. Penyebaran ideologi ekstremis melalui media sosial dan platform daring lainnya juga berkontribusi terhadap munculnya radikalisme berbasis agama.

Menguurtnya, untuk mengatasi masalah radikalisme berbasis agama, penting untuk mengatasi akar penyebabnya dan mempromosikan pendidikan, toleransi, dan pemahaman. “Hal ini dapat dicapai melalui inisiatif yang mempromosikan dialog antaragama, memberikan peluang sosial dan ekonomi bagi komunitas yang terpinggirkan, dan melawan narasi ekstremis secara online dan offline,” tutupnya.■

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.