Dark/Light Mode

Meningkatkan Literasi Masyarakat Sama Dengan Memajukan Bangsa

Jumat, 29 September 2023 16:29 WIB
Kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat yang digelar Perpusnas bersama Institut Pendidikan Indonesia, di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (29/9). (Foto: Dok. Perpusnas)
Kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat yang digelar Perpusnas bersama Institut Pendidikan Indonesia, di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Jumat (29/9). (Foto: Dok. Perpusnas)

RM.id  Rakyat Merdeka - Dalam upaya penguatan budaya literasi, Perpustakaan Nasional (Perpusnas) bekerja sama dengan Institut Pendidikan Indonesia (IPI) Kabupaten Garut menyelenggarakan kegiatan Peningkatan Indeks Literasi Masyarakat (PILM), di Garut, Jawa Barat, Jumat (29/9). Acara ini diisi oleh Perpusnas, Komisi X DPR, akademisi IPI, dan Dinas Perpustakaan Garut, sampai pegiat literasi.

Anggota Komisi X DPR Ferdiansyah mengatakan, literasi bukan sekadar membaca, tapi juga mendengar. Dia lalu menerangkan enam jenis literasi yang perlu diketahui.

"Pertama, tentunya baca tulis, Menariknya ada pesan terselubung terkait dengan literasi. Dulu ada belajar menulis tebal tipis, itu melatih perasaan. Olah rasa yang saat ini sudah tidak dilakukan lagi," ujarnya.

Kedua, literasi numerasi. Ketiga, literasi sains. Keempat, literasi digital. Kelima, literasi finansial. Keenam, literasi budaya serta kewarganegaraan.

Baca juga : Dubes Amerika Serikat Sung Kim Penggemar Berat Tempe Indonesia

Deputi Bidang Pengembangan Bahan Pustaka dan Jasa Informasi Perpusnas Mariana Ginting menyebut, perpustakaan adalah penerang dalam perkembangan intelektual masyarakat. Hal ini menjadi arah transformasi bahwa paradigma perpustakaan sudah berubah.

"Paradigma baru perpustakaan mengarahkan pada pekerjaan manajemen koleksi tinggal 10 persen. Lalu, me-manage ilmu pengetahuan yang mendapatkan porsi 20 persen. Porsi perpustakaan sebagai medium transfer ilmu pengetahuan (transfer knowledge) kini lebih besar. Kami menyebutnya sebagai perpustakaan menjangkau masyarakat," terangnya.

Perpusnas, sambung Mariana, memiliki program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) yang sudah ada sejak 2018 di tingkat provinsi, kota/kabupaten, hingga desa. TPBIS terbukti efektif dalam memberikan manfaat kepada masyarakat, khususnya bagi masyarakat marjinal.

"Mengelola literasi sama dengan mengelola manusia. Tujuan pentingnya adalah memajukan bangsa dan memaksimalkan pembangunan masyarakat," kata Mariana.

Baca juga : Malioboro Coffee Night Siap Akrabkan Masyarakat Dan Pegiat Industri Kopi

Pustakawan Utama Perpusnas Deni Kurniadi menjelaskan, program TPBIS telah bersinergi dengan dinas perpustakaan provinsi, dinas kabupaten/kota dan perpustakaan desa/kelurahan di seluruh Indonesia. "Ciri khas TPBIS, yakni perpustakaan tidak hanya menyiapkan program, tapi juga didayagunakan melalui praktek agar masyarakat bisa sejahtera serta mampu mengerek ekonomi keluarga," bebernya.

Program ini, tambah Deni, tidak hanya didukung dinas, tapi juga pegiat literasi. Bahkan, program TPBIS sudah direplikasi sejumlah provinsi, lebih dari 300 kabupaten/kota, serta ribuan desa/kelurahan melakukannya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Garut, Totong. Dia menyebut, keberadaan perpustakaan bersama dengan pendidikan harus dimaknai sebagai bagian dari strategi kebudayaan. “Gerakan literasi adalah gerakan yang bersifat kolektif,” imbuhnya.

Tantangan perpustakaan yang dihadapi Pemkab Garut adalah menciptakan aksesibilitas masyarakat memperoleh informasi yang valid, co-working space, inisiator digital publishing, ruang belajar, ruang berbagi pengalaman (best practices), sampai ketersediaan ruang baca digital. “Kami telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 5,2 miliar untuk pengembangan perpustakaan, sarana prasarana, dan buku-buku,” ungkap Totong.

Baca juga : PTPN III Hibahkan Ambulans Bagi Masyarakat Tanjung Selor Timur

Sementara, Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Sosial, Bahasa dan Sastra IPI Garut Lina Siti Nurwahidah mengimbau agar para perempuan di Garut melek baca-tulis, memahami literasi digital, finansial, dan budaya agar terhindar dari berita hoaks. “Akibat terjebak pada berita hoaks dan kurangnya literasi finansial, banyak masyarakat yang terkena pinjol,” urai Lina.

Dia menegaskan, perempuan di Garut pun berpartisipasi aktif dengan kemampuan dengan memanfaatkan potensi kedaerahan yang ada di sekitarnya. Misal, mengolah budidaya hasil rumput laut.

Update berita dan artikel RM.ID menarik lainnya di Google News

Dapatkan juga update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari RM.id. Mari bergabung di Grup Telegram "Rakyat Merdeka News Update", caranya klik link https://t.me/officialrakyatmerdeka kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.